ALVINA 32 : SESEORANG DI BALIK PINTU

347 32 10
                                    

Kesalahan fatal yang terjadi kepada seseorang itu hanya keteledoran mereka, karena mereka tidak bisa mengendalikan diri mereka untuk tidak melakukan kesalahan itu.

-Author

32. SESEORANG DI BALIK PINTU

Tiba-tiba seorang cowok datang masuk begitu saja ke kediaman Gana.

Mereka di sana menatap ke arah seorang lelaki yang akan menghampiri mereka.

“Apa dia orangnya?” tanya Gana kepada Vina dengan menatap lelaki itu.

“Iya,” itu bukanlah jawaban Vina, melainkan jawaban cowok itu.

Vina menatap heran kepada cowok itu, mengapa dia harus mengakui kesalahan yang sama sekali tidak pernah dia lakukan?

“Saya akan bertanggung jawab dok,” kata cowok itu kepada Devi dan menatap sebentar ke arah Gana.

Devi menatap nanar lelaki yang ada di hadapannya kali ini. “Kenapa kamu melakukan ini kepada putri saya, Karan?” tanya Devi lemah. Ya, cowok itu adalah Karan.

“Saya di luar kendali waktu itu,” jawab Karan menatap Vina sebentar.

Vina tidak bisa menjawab, dia hanya terdiam. Bagaimana mungkin Karan melakukan ini?

“Untung saja kamu yang melakukan, jika orang lain saya tidak akan pernah terima,” kata Devi mengingat bahwa Karan tidak terlalu buruk, malah sangat baik. Mungkin caranya saja yang salah.

“Mama jangan salahin dokter Karan,” kata Vina membela Karan.

Devi tersenyum kecil menatap putrinya. “Kalian yang salah, bukan salah satu dari kalian.”

Mendengar jawaban Devi membuat Vina dan Karan saling menatap sebentar, Karan menatap Vina dengan tenang, seolah-olah semua ini bukan apa-apa.

Vina beralih menatap Devi dan Gana secara bergantian. “Papa dan Mama nggak marah sama Vina?” tanya Vina memastikan, sedari tadi belum ada kemarahan yang terlihat.

Devi tersenyum kecil seraya menggeleng pelan. Melihat respon Devi membuat Vina menghela nafas lega. “Makasih Ma,” kata Vina.

Vina beralih menatap Gana, sedari tadi Gana hanya diam. “Papa marah?”

Gana masih memasang wajah datar, dan tiba-tiba menggeleng kecil, membuat Vina kembali menghela nafas lega. “Maka—”

“Papa cuma kecewa sama kamu,” kata Gana membuat raut wajah Vina seketika berubah drastis. Vina langsung terdiam, mengurungkan niatnya untuk berterimakasih kepada sang Ayah.

Gana mendudukkan Devi secara perlahan, setelah itu Gana berdiri dan menatap Karan dengan serius. “Kamu nikahkan Vina besok malam.” kata Gana dengan serius kepada Karan. Karan mengangguk menyetujui.

Gana beralih menatap Vina. “Setelah kalian menikah, kamu akan ikut bersama suami mu, dan tinggal bersama dia.” titah Gana penuh dengan keseriusan. “Kamu juga tidak boleh lagi menginjakkan kaki di rumah ini,” lanjut Gana dan langsung pergi dari sana.

Vina menatap nanar punggung sang Ayah yang semakin menjauh dan menghilang dari balik pintu.

Devi memeluk Vina lembut, memberikan kekuatan kepada sang putri. “Kamu mampu mengikuti apa kata Papa kamu?” tanya Devi dan melepas pelukannya.

Vina menghela nafas pelan, menutup matanya sebentar, dan menggeleng kecil. “Nggak Ma, Vina nggak mampu. Tapi Vina akan berusaha,”

Devi menitihkan air mata melihat putrinya yang tampak tegar. “Mama sayang kamu,”

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang