ALVINA 58 : HAI INDONESIA

65 19 4
                                    

Menginjakan kaki kembali di tanah kelahiran ku, adalah salah satu hal terindah di dalam kehidupan ku.

-Alvina Kusuma Saputra

58. HAI INDONESIA

1 Minggu setelah pembicaraan Jihan dan Vina di ruang tamu, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke Indonesia, dan sekarang mereka sudah ada di rumah Karan.

Pekerja yang di rumah itu menyambut mereka dengan bahagia.

Mereka sekarang sudah masuk ke kamarnya masing-masing, dan Jihan memerintahkan Kiran agar menemani Vina di kamarnya.

Tiba-tiba Bibi yang bekerja di rumah itu datang ke kamar Jihan.

“Permisi bu,” ucap Bibi sembari membuka pintu kamar Jihan.

Jihan menengok ke arah pintu. “Silahkan masuk bi,”

Bibi memasuki kamar Jihan dengan membawa minuman dan makanan ringan untuk Jihan. Bibi menaruh makanan dan minuman itu di meja yang ada di kamar Jihan.

“Silahkan duduk bi,” Jihan menyuruh bibi untuk duduk atas kasur, di sebelahnya.

Bibi duduk di sebelah Jihan. “Bu, silahkan dimakan makanannya..”

Jihan mengangguk. “Iya bi, nanti saya makan. Bibi apa kabar?”

“Bibi kabar baik, bu. Ibu apa kabar?” tanya balik Bibi.

“Baik, bi.”

“Maaf sebelumnya, bu. Ibu ke sini hanya bertiga? Apa pak Juan dan den Karan tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka yang di Singapura?” tanya wanita paruh baya itu dengan hati-hati.

Jihan seketika terdiam beku, bagaimana dia bisa menjelaskan semuanya?

Bibi melihat perubahan raut wajah Jihan yang berubah menjadi sedih. “Ibu kenapa?”

Jihan menghela nafasnya sebentar. “Mereka bukan sibuk dengan pekerjaan, bi.” Jihan memejamkan matanya sebentar. “Mereka sudah meninggal,” lanjutnya.

Bibi membuka matanya lebar, dia sungguh tidak percaya dengan berita buruk ini. “I-ibu bilang apa? Bibi nggak ngerti, bu. Ibu jangan bohong.”

Jihan tersenyum kecil. “Saya nggak bohong, bi. Mereka meninggal dalam kecelakaan hebat, saat mereka sedang mencari pendonor ginjal untuk Vina...”

Bibi meneteskan air matanya. “Bu, ini kayak mimpi.”

Jihan mengangguk. “Saya juga mikir gitu, bi. Tapi, ini nyata...”

“Pantes, Bibi liat wajah non Vina tadi keliatan murung. Kayak nggak punya kebahagiaan hidup. Pasti dia sedih banget, Bu.” ucap Bibi sembari mengingat raut wajah Vina tadi, ketika Vina datang.

“Dia cuma berusaha kuat aja, bi.” jawab Jihan.

Cklek.

Terdengar suara seseorang membuka pintu kamar Jihan, dan ternyata itu Vina. Mata Vina sudah memerah akibat menangis. Ya, dia mendengar semua pembicaraan tadi.

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang