ALVINA 27 : PERDEBATAN DENGAN VARO

335 30 1
                                    

Jangan terlalu khawatir berlebihan.

-Alvina Kusuma Saputra

27. PERDEBATAN DENGAN VARO

"Vina mau bawa temen Vina ke sini, buat bantu-bantu bi Mirnah. Boleh nggak?" kata Vina yang terdengar tidak enak.

Semua orang menatap Vina dengan pandangan kaget. Termasuk Varo yang sudah menyiapkan beribu pertanyaan untuk kembarannya itu.

"Lo kira bi Mirnah kesepian di sini? Siapa temen lo itu? Pasti dia masih sekolah, kan? Lo mau kasih kerjaan ke orang yang masih sekolah? Gimana dia bisa kerja full di sini? Pakai otak lo, jangan cuma di pajang." tembak Varo yang langsung memberikan pertanyaan yang begitu panjang kepada Vina.

Vina memutar bola matanya malas. "Dari mana gue harus jawab?"

"Semuanya,"

"Pertannyaan lo terlalu panjang. Lebih baik ulang." kata Vina enteng.

Varo menatap tajam ke arah Vina, dengan sabar dia berusaha menanyakan semuanya satu persatu. "Lo kira bi Mirnah kesepian di sini?"

Vina menggeleng pelan. "Nggak juga,"

"Siapa temen lo itu?"

"Dia cewek, baik dan tidak sombong."

"Pasti dia masih sekolah, kan?"

Vina menatap Varo malas. "Iya lah! Dia kan temen sekelas gue."

"Lo mau kasih kerjaan ke orang yang masih sekolah?"

"Tentunya." jawab Vina yakin.

"Bagaimana caranya dia bakal kerja full di sini? Dia masih sekolah."

Vina tertawa receh. "Tinggal kasih dia gaji lima puluh persen dari gaji bi Mirnah. Selesai?"

"Terus mama sama papa yang akan membiayai hidup dia?"

"Dia mau kerja di sini, bukan numpang hidup!" kesal Vina.

"Kirain," Varo menatap Vina sebentar. "Lo punya temen di sekolah? Lo, kan, gak bisa bersosialisasi."

"Kali ini bisa, dan itu cuma sama dia."

"Sejak kapan kamu mengenal dia?" kali ini Gana yang membuka suara.

Vina terlihat memikirkan sesuatu. "Minggu lalu,"

"Apa?! Lo dengan mudahnya suruh orang yang lo baru kenal Minggu lalu buat minta dia kerja di sini? Gimana kalau dia cuma mau memperalat Lo?" kata Varo dengan wajah kesal.

Vina memutar bola matanya malas. "Lo ini berlebihan tau gak? Dia orang baik, gue yakin."

"Terserah,"

"Ma, pa, boleh kan dia kerja di sini? Dia gak akan numpang hidup kok, dia cuma kerja di sini. Gak lebih," ijin Vina lagi.

Gana dan Devi saling bertatapan sebentar. "Bagaimana dengan sekolahnya? Apa dia juga yang membiayai sekolahnya?" tanya Gana.

Devi menggeleng. "Dia gak pernah mengeluarkan sedikit pun biaya untuk sekolahnya, dia selalu dapat beasiswa dari SD. Jadi, dia kerja hanya untuk membantu kehidupannya."

"Bagaimana dengan keluarganya?" tanya Gana lagi.

Vina menghela nafas pelan, lagi-lagi dia harus menceritakan kisah Ghea. "Dia nggak punya keluarga, dia hidup sebatang kara. Dia anak tunggal, dan kedua orangtuanya sudah meninggal."

"Innalillahi wainanna ilaihi raji'un," ucap mereka serentak.

"Lo kashian sama dia?" tanya Varo sinis.

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang