ALVINA 13 : PAPAH KENAPA?

573 34 3
                                    


Cinta pertama anak perempuan itu adalah ayahnya. Jika ayahnya menyakiti hati putrinya, maka ayahnya berhasil membuat cinta itu runtuh dalam sekejap.

-author

•••

“Gue dimana?” Vina melihat kesekelilingnya.

“Dirumah sakit,” jawab Karan yang sekarang berada disamping Vina.

“Bukan ditempat mamah kan?” tanyanya memastikan.

Karan menggeleng.

“Apa penyakit gue dok?” tanya Vina yang sudah penasaran tentang sakit apa yang dia alami.

Karan menghela nafas kasar. Bagaimana pun dia harus tetap jujur. “Gagal ginjal,”

Vina langsung menutup mulutnya. Matanya berkaca-kaca. Sungguh apa ini ya tuhan?!!

Karan langsung mendekat, dia memegang tangan Vina memberi kekuatan. “Kamu pasti sembuh, saya ada disini untuk membantu kamu,”

Vina menggeleng keras. Dia benar-benar tidak menyangka dengan apa yang dia alami sekarang. “Gue nggak mungkin punya penyakit itu dok!!” Vina histeris. Dia memukul dadanya, memukul tubuhnya sendiri. Dia benar-benar tidak menyangka akan ini semua.

“Hey tenang!” dengan sigap Karan menghadang tangan Vina yang memukuli tubuhnya sendiri. Dan Karan langsung memeluk Vina.

Vina menangis di dada kekar milik Karan. “Gue nggak mungkin dok,” isaknya, tangisnya kini sudah pecah.

“Nggak ada yang nggak mungkin Vina, ini semua takdir. Apa keluarga mu ada yang mengidap leukemia? Jika ada, berarti memang turunan,” jelas Karan.

Vina menggeleng lemah. “Setau gue nggak ada,”

Karan mengusap pinggang Vina lembut. “Kamu pasti sembuh Vin, saya akan membantu kamu. Tapi, kesembuhan itu juga harus ada keinginan dari diri kamu sendiri.”

Vina melepaskan pelukan Karan. “Jaga rahasia ini dok.” Karan mengangguk.

“Gue mau pulang.”

Karan dengan refleks langsung menggeleng. “Kondisi kamu belum pulih.”

Vina langsung melepas infusan yang ada ditangannya. “Aww!” Vina meringis ketika infusan itu berhasil lepas dari tangannya.

“Sukurin kamu. Melepas infusan juga ada caranya,” kata Karan.

Vina tidak mempedulikan ucapan Karan. “Kunci mobil gue?” Vina mengulurkan tangan meminta kunci mobilnya.

“Biar saya antar,”

Vina menggeleng. “Nggak! Nanti lo pulang sama siapa dok?”

“Saya bisa pulang naik grab.

“Terserah.”

•••

Setalah sampai di depan rumah Vina, mereka keluar dari dalam mobil.

“Makasih dok,” ucap Vina.

Karan mengangguk. “Mulai sekarang, setiap dua Minggu sekali kamu harus menjalani kemoterapi.”

Vina melongo. “Harus dok?”

Karan menatap Vina kesal. “Kamu ingin sembuh?”

Vina mengangguk. “Mau lah!”

“Wajib Vina! Tidak ada sunah untuk kemoterapi.”

ALVINA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang