tujuh

81 6 0
                                    

Latihan perang!

Mengenang kembali episode paling menegangkan di drakor Descendants of the Sun, yang bakalan ai tulis.
Keknya tapi!

Happy reading
Pranggg

Suara gelas kaca yang di banting dengan keras memecahkan keheningan disebuah ruangan minim cahaya, dimana terdapat dua orang yang berbada kondisi dan perasaan hati. Satu dengan kemarahan besar, dan satunya dalam keadaan yang kurang baik dengan rasa takut yang amat besar tertulis di dalam dirinya.

Pria malang yang bertekuk lutut tepat di depan meja itu hanya bisa menundukkan kepalanya dalam, berusaha tak melirik barang sedikit pun sang tuan yang dalam keadaan buruknya. Langkahnya yang mendekat membuat pria malang itu menjadi khawatir akan nyawanya, yang mungkin saja hilang dalam hitungan detik.

Sang tuan pun mencengkam erat dagu pria malang yang membuatnya mau tak mau menatap mata menyeramkan itu, "sudah ku perintahkan kepada mu bukan? Bahwa kau harus membawa gadis itu bagaimana pun caranya, dan sekarang?, kau seakan lalai dalam tugas mu" ucapnya berbisik, bulu kuduk pun seakan ikut merasakan ketakutan yang diciptakan sang tuan.

Menghempaskan dengan kasar wajah pria malang, berjalan menuju koleksi deretan pistol canggih. Jemarinya bermain² di deretan pistol yang terpajang rapih, mencari pistol paling baik dari deretan terbaik. Hingga jemarinya berhenti tepat di baris kedua nomer tiga, mengambilnya dan memperlihatkan betapa indahnya senjata berbahaya itu.

Berjalan perlahan mendekat dan mendudukan diri di kursi kerja, menyilang kakinya dengan begitu elegang sambil menatap hamba tak berdaya yang berlutut dibawah sana "bersujudlah memohon kepadaku" ucapnya mulai menghisap nikotin beebahaya.

Tak memiliki pilihan membuat pria malang itu bersujud sebanyak tiga kali dengan rasa takutnya, "awalnya kami telah berhasil membawa nona bersama senjata khusus mereka, tapi ada salah satu tentara yang melihat kejahatan kami, mengejar dan memencet sebuah tombol yang saya kira sebuah lonceng. Dan para tentara itu mengejar semakin banyak, memblokir jalan kami dengan cepat.,

Kapten tentara itu awalnya membebaskan kami, dan membiarkannya pergi bersama senjata khusus mereka tanpa nona. Tapi sepertinya dugaan salah besar, para tentara itu dengan cepat menembak tengkuk kami dan segera mengamankan. Dan beruntung saya berhasil kabur dengan membawa teknologi markas kita" ceritanya dengan sedikit ada rasa syukur dihati, saat dirinya bebas begitu saja.

Mendengar cerita singkat itu membuat pria dalam bayangan gelap mendadak tak suka, "kau bilang kau beruntung bebas dari mereka?" suaranya kembali terdengar menyeramkan, jemari kanan yang sesekali menghisap batang nikotin dengan jemari kirinya yang bermain di pistol yang siap kapan saja mengulurkan timah panasnya.

Seketika tubuh pria malang itu menegang saat mendengar pertanyaan mematika, benar dirinya memang bebas dari malaikat mau dengan melarikan diri dan membiarkan kawannya di tangkap begitu saja, tapi dirinya sekarang tak mungkin bebas dari malaikat maut yang sebenarnya. Malaikat yang lebih seram dan kejam dalam mencabut nyawan, memberikan sejuta rasa sakit sebelum menjemput ajal.,

Memberikan banyak luka dengan air garam yang disiram, menggores, menyayat atau pun memberikan jutaan pukulan, menendang bahkan menembak dibeberapa bagian. Melihatnya mati secara perlahan dengan luka yang semakin banyak memang adalah hal terindah bagi pemuda, pemuda yang merupakan anak seorang mafia dari Indonesia.

Anak mafia itu memberikan smirknya saat pandangan keduanya bertemu, meski hanya mengandalkan matahari sore dari luar pria malang itu melihat dengan jelas. Banyak bedoa dan mengingat kembali kesalahan² terbesarnya, bahkan jika seperti dirinya sangat berharap saat dulu untuk tidak dituliskan takdir seperti ini.

3hati Abdi Negara √tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang