sembilan belas²

31 5 0
                                    

Berpaling?

Happy reading!
Hingga langkah kakinya pun terhenti, akibat sebuah halangan yang sangat besar dan tak mudah dirinya lewatkan begitu saja!

Manik mata pria itu menatap sebuah bencana besar tepat di depan matanya, bukan sebuah makhluk halus melainkan manusia nyata yang membuat kekacauan yang cukup hebat di posko kesehatan, bahkan beberapa korban kembali di keluarkan demi keamanan. Arkan segera melangkah mendekati shahia yang hampir saja tubuh rapuhnya terkena barang, melindunginya dengan bahunya agar sang gadis tak terluka.

Tatapan mata keduanya pun berjumpa cukup lama, dan entah mengapa terasa begitu sulit untuk saling berpaling dari manik mata yang begitu indah. Entah ada sebuah tali yang mengikat keduanya untuk terus bersama seperti itu, sebelum

Bughh!

Entah sebuah benda cukup besar apa yang mampuh membuat pertahanan arkan runtuh, jatuh kedalam pelukan hangat shahia dengan bibir sialan yang dengan mudahnya mendaratkan diri di atas kening sang dokter. Nafas hangatnya begitu terasa di wajah shahia, detak jantung pun entah mengapa berdetak cukup cepat.

Rasa yang sama dan kembali datang kepada orang yang berbeda, sanggupkah dirinya untuk berpaling?

Dari jarak tak jauh, gilbert menatap keduanya dengan pandangan yang sulit diartikan, antara rasa sakit kekecewaan dan cemburu yang menjadi satu. Membuatnya seakan lupa daratan, bahwa dirinya yang telah menolak gadis itu dengan terlalu sering. Dan sekarang dirinya mengharapkan kembali kehadirannya, datang mengucap kata cinta yang mungkin saja sudah berpaling!

Gilbert segera memberikan perintah kepada rekannya, menyuruh mereka untuk segera memakamkan pemuda malang yang tak berhasil di selamatkan. Besi karat yang menancap tanpa bisa di keluarkan membuat organ disekitar terkena infeksi, dan membutuhkan pertolongan cepat, yang sayangnya hingga saat ini bantuan dari pusat pemerintah belum mereka dapatkan.

Mendengar teriakan sang pria tua yang sangat histeris membuat keduanya pun tersadar, arkan segera menaruh bayi malang itu ke dalam pelukan hangat shahia "bayi ini baru saja di lahirkan, dan aku rasa detak jantungnya sedikit melemah" ucapnya mengusap lembut ubun² sang bayi, yang berada di dalam gendong shahia.

Dokter shi menganggutkan kepalanya dan segera membawa bayi malang itu pada salah satu bed yang masih kosong, meminta bantuan pada rekan sesama dokter tentara guna mempercepat proses penyembuhan sang bayi "bayi ini membutuhkan Inkubator!" ucap salah satu dokter yang menambah rasa kecemasan.

Gilbert seakan tak ingin kalah dari arkan, segera mendekatkan dirinya sambil membuka baju hitamnya yang membalut tubuh tegapnya. Mengambil beberapa tisu basah yang tersedia dan segera membersihkan tubuhnya, meski hanya keringat yang berada di sekitarnya tapi tetap saja harus dibersihkan "saya memang tidak menjamin keselamatan bayi itu, tapi saya tau dengan memberikannya pelukan dapat menghangatkan tubuh mungil itu"

Shahia mau tidak mau segera memberikan bayi yang itu kedalam pelukan sang kapten, dengan perasaan tak menetap beberapa dokter tentara itu mulai memberikan pertolongan seadanya kepada bayi malang itu.

Melihat itu lagi² ada yang merasa panas, arkan segera keluar dari posko kesehatan. Entah menghilanhkan rasa marah dan tak terimanya, atau hanya sekedar meredakan hawa panasnya.

Hingga beberapa saat langkah kaki yang tegas terdengar, disana arkan dengan beberapa peralatan yang di bawanya. Berjalan mendekat ke sebuah meja yang menyimpan beberapa pelaratan medis, mengambil box styrofoam dan mengekuarkan semua barang medis yang berada di dalamnya.

Meletakan beberapa kain hangat di dalam box styrofoam, membuat bantal kecil dengan kain² yang di lipat menjadi satu. Beberapa senter yang sering kali menghasilkan panas di letakan di sisi box, membawanya mendekati bed bayi malang tadi "saya rasa tempat ini bisa menghangatkan tubuh bayi" ucapnya meletakan box tersebuat di atas bed.

3hati Abdi Negara √tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang