Balas dendam?
Happy reading
Gilbert tersenyum menatap posko kesehatan yang dimana menampung dua orang tercinta dengan seorang rekan setianya, tersenyum miris menatap nasibnya yang begitu memprihatinkan. Terkekeh menertawakan dirinya yang begitu pengecut, membiarkan sosok yang begitu dirinya cintai bersama yang lain,Bohong jika dirinya tidak merindukan sosok itu, bohong bila dirinya tidak ingin memeluknya, bohong pula bila dirinya berkata tegar. Sekuat² apa pun jiwa seorang tentara, tetap saja dirinya manusia yang kadang bisa merasakan sakit dan luka di dada.
Membalikan badannya dan segera berjalan menuju mobil yang sudah di siapkan, hatinya terasa sakit dan tak rela untuk pergi menjalankan tugas ini. Terasa berat dan sulit untuk dirinya pahami, seakan ada bencana besar yang akan datang menujunya, tetapi ini merupakan tugasnya, seberapa berat dan sulitnya dirinya harus tetap melakukannya.
"kapten!" seorang tentara datang memberikan hormat kepada, "katakan!" perintahnya menatap sepenuhnya sang tentara yang selalu setia dalam memberikan segala laporannya, "mengapa anda tidak menyuruh kami untuk ikut? Meski hanya sebuah kerusuhan, tapi anda harus membawa beberapa pasukan!"
Gilbert tersenyum menatapnya jemarinya membawa punggung sang tentara ke dalam pelukannya, "bukankah kau tau ini hanya tugas biasa? Entah pulang dengan keadaan jiwa dan raga, atau dengan raga saja. Ini sebuah tulisan takdir yang tanpa kita ketahui, jika hanya dengan raga, tolong bimbing arkan dengan baik. Saya pamit"
Sang tentara seakan membeku di tempat tak mampuh memcerna semua ucapan dari sang kapten, entah salam perpisahan atau pula sebuah kalimat paling menyakitkan. Tetapi ketika sosok yang selalu menbuatnya takut pergi, meninggalkan dirinya entah mengapa dirinya merasa kosong, tidak perlu ada orang yang di takutinya kembali.
Sang kapten berjalan memasuki mobil dan segera pergi membawanya bersama dua rekan lainnya, terasa sangat berat dan menyakitkan dengan tiba² di isi keheningan yang seakan menjadi saksi.
_-
Ukiran tulisan yang sangat indah berhenti dalam sekejap, saat dimana dirinya merasakan kendaraan yang di tumpangi berhenti. Menutup buku kecil yang selalu dirinya bawa, segera menyimpan dengan rapih di dalam tasnya. Maniknya segera menatap si kembar yang berada di depan, "ada apa?" tanya gilbert begitu lemah, bagaikan orang yang tidak memiliki tujuan hidup, dengan kata lain siap mati saat itu!
Devan segera menatap sang kapten, "kapten, di depan banyak orang berbadan besar yang menghalangi jalan" lapornya dengan suara yang sedikit gemetar, manik matanya yang terlihat tak tentu arah menandakan ketakutan yang begitu hebat,
Tetapi dengan senyuman yang enatah mengapa begitu menyakitkan gilbert menjawab, "segera bersiap saya akan periksa" perintahnya segera mengambil pistolnya, di selipkan di dalam kantong celana tentaranya. Segera membuka pintu yang mana langsung di sambut oleh orang² berbadan besar, dengan senapan besar yang sangat pas di badan mereka.
Terhitung dalam sepuluh orang berbadan besar dengan seorang gadis yang menatapnya tajam, meneliti setiap pegerakan sang kapten. Segera turun dari atas mobil yang terpakir rapih, langkahnya yang anggun dengan anak rambut yang melambai² tersapu angin.
Jalanan hutan yang sepi membuat aksi mereka making lancar, gadis cantik itu dengan lancang mengalungkan salah satu tangannya, segera menurunkan kaca matanya dengan tangan yang kosong. Menatap tajam gilbert yang masih mencerna semuanya, "kita kembali berjumpa kepten gilbert, dan kali ini aku pastikan kau tak akan bisa lolos bersama gadis itu" bisiknya, tepat di telinga sang kapten.
Mendekatkan diri untuk menyatukan bibirnya di rahang kokoh itu, sebelum sebuah tangan kasar menjauhkan mendorong tubuh mungilnya dengan cukup kuat.
Melihat nonanya terluka para manusia berbadan besar itu segera mengarahkan senjata mereka, menatap gilbert dengan begitu musuh yang dengan mudah mati dalam hitungan detik. Sebelum sebuah suara berhasil menghalangi kematiannya, "biarkan dia melakukan hal sesukanya, lagi pula dia akan akan mati bukan begitu kapten gilbert?"
Tepat di depan matanya nazahra berdiri dengan anggun, memperlihatkan ke kuasanya yang begitu besar atas nyawa sang kapten yang tak panjang "bukankah sudah ku bilang jangan pernah menolak ku? Tetapi kau justru berpaling dengan gadis lain, ck² cepat bawa dia!!" perintah nazahra menyuruh para bawahannya, untuk segera melakukan perintahnya.
Gilbert dengan cepat mengarahkan pistolnya memuju salah satu bawahan nazahra yang berusaha mendekatinya, "segera turunkan senjata mu kapten! Aku tau kau tak akan berdaya, apa lagi dengan dua orang bocah bodoh!" priantah nazahra yang bersandar di mobil, dengan jemari yang mengisap batang nikotin.
Seakan tuli dengan cepat gilbert memberikan segala serangan, berusaha menyelamatkan diri dari orang² berbadan besar senjata tajamnya yang terdengar bersautan, berusaha melumpuhkan gilbert yang begitu kuat dengan stamina tubuh yang tak mampuh di remehkan.
Kepanikan pun muncul dari kedua manusia yang berada di dalam mobil, devan segera menyambungkannya telepon seluler guna meminta bantuan, maniknya melihat sang kakak yang sudah bergabung di dalam arena pertarungan yang sangat tidak seimbang.
Seakan jiwanya di paksa keluar, begitu melihat sang kapten mendapatkan luka tembak di beberapa sisi tubuhnya, di siket tanpa hati oleh mereka dan segera di masukan kedalam mobil yang entah di bawa kemana?
"kapten, kapten gilbert di culik kami sedang mengajar mereka tapi kami di halangi oleh bawahan mereka-
Dor!
Kalimatnya yang belum selesai terucap yang di paksa berhenti dengan sebuah timah panas, bersarang tepat di bahunya begitu cepat tanpa bisa dirinya hindari atau lawan. Menatap pria berbadan besar yang mengambil telepon seluler dengan paksa, "segera datang ke hutan perbatas barat, kami menunggu kedatangan mu untuk menyelamatkan kapten bodoh mu"
Kalimat meremehkan yang dirinya dengar, sebelum ke tidak sadaranya yang datang menghampirinya. Ya sebelum pria itu pergi meninggalkan devan yang terluka, pria itu memberikan sebuah pukulan cukup keras di kedua rahangnya, membuat kesadaran yang datang menghampirinya begitu cepat tanpa bisa dirinya hindari.
David berusaha bangkit dari ketidak berdayanya, luka di seluruh tubuh dengan empat luka tembak membuatnya lemah. Keadaannya begitu memprihatinkan, tetapi begitu melihat sang kapten tercinta di bawa mereka, seakan ke sadarnya kembali tiba membuatnya dengan susah payah segera bangkit dan mengejarnya.
Dor!
Dari barisan mobil paling belakang seorang pria mengeluarkan kepalanya berserta senjatanya, dan segera menembak david guna memperlemah keadaanya. Mobil pun melaju meninggalkan si kembar yang berada dalam batas kematian, sebelum beberapa anggota datang menghampiri dan berusaha menyelamatkan meski harus menunggu dalam tiga puluh menit.
Dan pada akhirnya aku yang harus pergi meninggalkan mu, aku sudah menyiapkan semuanya untuk diri mu dan pujaan hati mu. Meski aku tidak bisa menikah dengan mu, tapi izinkan mahar dati ku yang kau gunakan!
_-
By.alishaputriramadani
Rabu,18agustus2021
KAMU SEDANG MEMBACA
3hati Abdi Negara √tamat
Short StoryCinta segitiga antara abdi negara yang terjebak dalam sebuah misi rahasia, antara seorang kapten tentara bersama salah satu rekannya, jatuh hati dalam waktu yang berbeda tetapi pada gadis yang sama shi seorang dokter tentara yang memiliki sosok luar...