dua belas

60 6 0
                                    

Marah?

Keknya lagunya cocok dah buat bagian dua belas, nct song emang parah sih! Enak² bener!

Happy reading!
Terik matahari yang minim akibat terhalang pohon kelapa sawit, kicauan burung menemani dalam setiap gerak sang gadis. Bahkan sepasang mata tajam milik sang kapten tak pernah henti untuk terus menatapnya, memperhatikannya dan bahka mengintimidasinya. Meski sang kapten sangat sering untuk melihat parq rekannya melakukan gerakan ini, mengapa rasanya lebih berbeda saat kekasih hatinya?

Gerakan yang dimana yang membuatnya sadar, bahwa mereka itu berbeda atau sangat berbeda dari sekian banyak hati yang pernah terukir di dalam diri sang kapten. Menamparnya dengan begitu keras bahwa dia islam dan aku kristen, dan tak akan mudah untuk bersatu dalam apa pun, terkecuali salah satu diantara mereka memutuskan untuk berpindah keyakinan tapi bukankah hal yang mustahi?

"السلام عليكم ورحمة الله وبركاته"

Hingga sebuah kalimat yang terucap membuatnya kembali sadar pada kenyataan pahit bahwa hati ini mengingatkan lebih, menatap shahia yang tersenyum dari sana. Melipat perlengkapan sholatnya dan segera berjalan mendekat kearah gilbert, "apakah saya begitu lama kapten?" tanyanya segera memasukan kembali perlengkapan sholatnya,

Gilbert pun terpesona dengan wajah shahia yang enatah mengapa terasa begitu cerah "tidak, tidak terlalu lama saya akan tetap menunggu anda hingga kapan pun!" sahut gilbert tersenyum tipis, segera ikut bersandar guna menghilangkan rasa lelah "saat ini matahari tepat berada di atas, apakah kita akan melanjutkan perjalanan?"

Shahia pun menolehkan kepalanya guna untuk menatap manik mata tajam itu, "jika anda kuat maka kita akan lanjutkan, saya tak ingin anda kembali terluka karena saya" ucap shahia, membuka kembali tas bawaannya dan mencari beberapa barang yang diinginkan, dan segera mengeluarkan tiga bungkus indomie seleraku sorry kaga di endorse heheh~.

"bagaimana jika kita mengisi perut terlebih dahulu, saya sedikit lapar" tawar shahia mulai mengeluarkan panci yang sempat²nya dirinya bawa, maklum perempuan kalo kemana² bawaannya banyak! Gilbert melirik dari ekor matanya, "sempet²nya bawa panci saya kira makanan instan, tapi tidak terimakasih saya masih keny-" belum selesai gilbert menyelesaikan ucapannya, dengan kurang ajar perutnya berbunyi yang mana mengundang tawa bahagia shahia,

"aduhh, ternyata kapten paling ditakuti terlalu jual mahal ya? Tidak apa, saya akan memasakan indomie spesial kaum tanggal merah" ucapnya menertawakan pria galak yang sangat jarang memperlihatkan eksperisnya, dan entah mengapa ikut larut dalam tawa bahagia shahia. Bahkan ujung kedua sisi bibirnya ikut tertarik dalam setiap tawa bahagia shahia, membuat gadis itu terpaku melihatnya "teruslah tersenyum seperti ini, anda terlihat lebih tampan jika hanya menampak eksperis datar"

Entah kalimat tanpa sadar atau kalimat yang memang terucap dalam hati, tetapi saat kalimat itu berdengun di telinganya, entah mengapa terasa begitu membahagiakan.

Dan keheningan kembali menjajah keduanya, tetapi tak lama sebelum sang kapten bertanya tentang kejadian cepat yang keduanya alami "apakah anda sedang gila? Saat dimana anda sendiri membocorkan rahasia anda?" tanya gilbert yang entah mengapa membuat semuanya menjadi canggung.

Shahia terdiam sekejap, kemudian jemarinya melanjutkan acara menuang bumbu indomie, memasukannya dalam panci dan segera mengaduknya rata "saya tak gila, saya saat itu sudah sangat sadar bahwa saya harus memberikannya, untuk keselamatan kita berdua" shahia pun memberikan garpu lengkap dengan sebungkus mie di dalam plastiknya,

"makanlah terlebih dahulu, saya akan menceritakannya setelah kepala anda dingin kembali" perintah shahia segera menjauh, mendudukan dirinya sambil memulai acara makanannya yang cukup hilang selera.

Kecanggung yang entah mengapa membuat sang kapten merasa bersalah, berusaha mengembalikan semua kehangatan yang hilang, tetapi egonya lebih besar. Yang mana hanya membuatnya terdiam membisu, menunggu gadis itu yang bahkan sama sekali tak mengeluarkan suaranya sepertinya dia orang yang terlalu baperan!

Selang beberapa menit berlalu diisi dengan kekosongan, shahia segera membereskan semua kekacauan yang ada. Gilbert pun menarik nafasnya guna menghilangkan semua rasa kemarahannya, "jadi bisakah anda jelaskan? Apa maksudnya dibalik semua kejadian tadi?"

Shahia pun tersenyum, mengekuarkan buku kecil yang merupakan catatan yang sesungguhnya "itu hanya sebuah kotak yang berisi bom, sebenarnya saya sudah menukar isi kotaknya dengan bom" ucapnya tersenyum yang dimana membuat gilbert lemot seketika, apa dia bilang? Menukarnya dengan bom?

"lalu bagaimana sekarang?" tanya gilbert dengan begitu bodoh, menatap langit sambil membayangkan kejadian yang melawakkan.

Tepat di markas, nazahra segera berjalan menuju ruangan sang ketua dengan kotak yang beisi buku catatan lengkap dengan telepon seluler. Sang ketua tersenyum bangga pada gadis yang merupakan sepupu jauhnya, menerima kotak tersebuat dan segera membukanya.

Tapi sayang, begitu kotak di buka sebuah alarm hitung mundur menggema membuat beberapa orang merasa panik luar biasa, berusaha menjauhkan diri dari waktu yang begitu cepat terhitung. Dan tak lama terdengar suara ledakan, yang membuat ruangan seketika kacau.

Nazahra dengan sang ketua yang belum mampuh menyelamatkan diri, hanya bisa merasakan sakit pada tubuhnya. Meski jiwa tak di ambil sang maha kuasa, tapi rasa sakit tak akan bisa mereka lewatkan "awas kau gadis kurang ajar!!!"

Gilbert pun terkekeh membayangkannya, betapa malangnya nasib mereka begitu bom berusaha meledak dan menciptakan kekacauan. Shahia pun ikut terkekeh bersama sang kapten, dan tanpa sadar lengan sang kapten membawanya dalam pelukan.

"saya bangga dengan kerja keras anda, saya berharap anda dan saya bisa terus berada dalam tim yang sama" ucap gilbert begitu bangga kepada shahia, meneguk punggung kecil itu sambil sesekali mengusapnya "Dan saya berharap juga, kita bisa saling mencintai bersatu dalam ikatan pernikahan" lanjutnya berbatin dengan harapan penuh.

_-

Suara helaan nafas lelah terdengar, membuat gilbert tersenyum tipis melihat sang gadis nampak begitu lelah. Matahari yang perlahan mulai turun dengan warna jingga, dan keduanya baru tiba tepat di depan mobil kepolisian yang terlihat malang dengan kesendiriannya.

Gilbert pun membuka pintu mobil dan segera memasukan diri diikuti shahia dari sebelah kiri, bersandar dengan nyaman di kursi penumpang tepat di sebelah kursi kemudi "bagaimana? Apakah kita lanjutkan perjalanan?" tanya gilbert meminum airnya, guna membasahkan tenggorokannya.

"jika anda tidak lelah saya tak apa, saya ikut dalam setiap langkah anda" sahut shahia yang entah mengapa membuat gilbert berbunga², "tapi sayang saya tak akan pernah bisa menjadi imam anda" lirih gilbert yang masih mampuh di dengar shahia, "anda bisa masuk kedalam agama saya, dan memulai rumah tangga yang sederhana" sahut shahia yang entah sadar atau tidak?

Gilbert menatap manik mata shahia yang tersenyum menatapnya, "tapi saya adalah seorang pria pengecut yang tak akan bisa bersanding dengan anda, saya tak akan bisa melawan semua itu" ucap gilbert mulai mencurahkan isi hatinya, "maka saya datang untuk membuat anda tidak termaksud kedalam golongan pria pengecut, dan saya akan menyakitkan anda, bahwa cinta itu menyenangkan" sahut shahia menggenggam jemari gilbert,

Gilbert menatap jemari yang bersatu dengan jemari shahia, segera melepaskan genggaman sang gadis dan mengalihkan semua perhatiannya "maaf, maafkan saya yang begitu pengecut untuk mencintai anda"
_-

By.alishaputriramadani
Rabu,11agustus2021

Jangan lupa, tebarkan bubuk cinta kalian agar tidak menjadi pengecut seperti gilbert.

3hati Abdi Negara √tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang