dua puluh lima²

31 4 0
                                    

Sudah waktunya kah?

Happy reading!
Entah mengapa semuanya terasa begitu cepat, ke kasih hatinya yang begitu hangat berubah dalam sekejap begitu dingin, tidak ada senyuman tidak ada pula sapaanya, dan tidak ada pula rasa cinta begitu menatapnya. Hanya kebencian dan ke tidak sukaan saat menatap dirinya, apakah ucapannya begitu menyakitkan? Sehingga dengan mudah dia berpaling?

Dan entah mengapa dirinya sakit hati begitu melihat sang gadis bersama yang lain, tersenyum saling membalas dengan bayi malang yang berada di dalam pelukan sang rekan sejiwanya, yang entah mengapa juga seakan menghindarinya.

Menyisahkan dirinya yang seorang diri, dalam kesepian dan kesendirian yang dulu tidak pernah hadir sekarang hadir kembali bersama rasa cemburunya yang sangat besar. Tetapi apa boleh buat, kembali datang dan segera mengubahnya? Kembali membuat semuanya menjadi rumit dan canggung dengan keberadaannya?

Gilbert segera pergi meninggalkan posko kesehatan yang semangkin hari semakin sepi, menatap rumah² warga yang sudah berdiri kembali dengan kokoh. Beberapa tentara mulai berkemas merapihkan tenda pengungsian yang tengah kosong, menyisahkan tenda kesehatan yang menampung beberapa korban di dalamnya.

Seorang tentara dalam pakaian santai datang mendekat, memberikan hormat yang segera disahutkan "lapor, anda  mendapatkan tugas dari letnan kolonel!" gilbert menatapnya malas, jelas dia yang tau mengapa harus menunggu perintahnya kembali? Segera lakukan dan bacakan saja, "katakan!"

"letnan kolonel, menyuruh anda untuk segera menuju ke perbatasan, disana telah terjadi kerusuhan yang cukup besar" jawabnya menatap sang kapten tanpa ada rasa takut, sang kapten segera menganggutkan kepalanya "apakah disana terjadi kasus berat?" tanya gilbert memastikan, "tidak kapten! Hanya kerusuhan yang terjadi"

Gilbert segera menganggutkan kepalanya menyuruh rekannya segera pergi, dan berjalan menuju posko perkumpulan yang masih berdiri dengan kokoh. Dimana tempat yang menampung mereka, untuk istirahat dan melakukan segala hal yang mereka suka tanpa mendapatkan tatapan aneh dari para masyarakat.

Kedatangannya yang segera di sambut dengan hangat oleh mereka semua, berjalan dengan wajah datar kemudian menundukan dirinya. Menatap para rekannya yang pasti menunggu perintahnya, tersenyum kecil yang membuat mereka semua menatapnya heran!

Jelas, sang kapten begitu irit dalam mengeluarkan ekspresinya, apa lagi untuk menunjukkan senyuman yang terbilang cukup indah. Membuat beberapa tentara merasa was², banyak pula perempuan yang terpesona dengan ketakutan dari beberapa lelaki, takut akan mendapatkan tugas berat atau pun amarah?

"tidak perlu takut, saya hanya ingin tersenyum saja" ucap gilbert begitu mengetahui eksperis satu persatu dari para rekannya, "sudah sangat lama rasanya saya tidak tersenyum untuk orang umum seperti ini," sambung gilbert sesekali menggerakan otot wajahnya,

Seorang dokter tentara terkekeh, "kapten masih mudah mengapa otot wajahnya sudah kaku?" david segera memukul punggung kembaran kurang ajarnya, "maaf kapten" bisik sang kakak meminta maaf atas kesalahan sang adik, yang segera di ikuti sang kembaran.

Gilbert kembali tersenyum "tidak apa², saya hanya ingin tersenyum melihat para rekan saya" sahut gilbert yang mana membuat banyak tentara tidak mengerti, "saya mendapatkan tugas kecil dari letnan kolonel, dan saya membutuhkan dua orang untuk ikut, apakah ada yang bersedia?"

Ajakan gilbert yang membuat tempat tersebut menjadi hening, bukan karna apa? Tumben sekali sang kapten mengajak? Atau menyuruh para tentara mengajukan dirinya sendiri, bukan biasanya sang kapten akan mengajak? Atau segera memberikan perintah.

Jelas tidak ada yang mau mengangat tangan mereka!

Hal tersebut membuat kedua kakak beradik itu segera mengangat tangan mereka, "mengapa kalian ingin ikut?" tanya sang kapten begitu mengetahui ada rekannya yang ingin ikut, pertanyaan yang dimana membuat mereka terdiam, memutar otak agar mendapatkan jawaban yang sesuai,

"karna saya tau anda membutuhkan bantuan, maka saya dengan senang hati membantu anda kapten" sahut david dengan begitu tegas, di wajahnya tidak ada rasa ke tidak kepastian yang mana seperti sang adik "anda?" kini tatapan mata gilbert jatuh pada devan, yang menatapnya dengan sedikit takut "saya ikut dengan kakak saya!"

Pernyataan yang mana membuat sang kapteb terkekeh, tawa kecilnya yang membuat para anggota cukup terpana "lalu jika kakak anda kecebur di selokan apakah anda harus kecebur? Lalu jika kakak anda jatuh pada lubang, anda harus jatuh juga? Tidak seperti itu konsep kata kakak beradik yang selalu setia,"

Devan seketika menjadi membisu, "katakan semua itu dalam diri anda, jika anda ingin maka kejarlah jika anda tidak ingin maka tinggalkanlah tidak seperti saya yang menginginkan, tetapi tidak mengejarnya" gilbert menatap devan yang sedang mencari jalan keluar, "saya akan ikut kapten! Bukan sebagai kembaran yang setia, tetapi sebagai rekan yang setia!"

Sahutan yang membuat gilbert tersenyum bangga, "baik segera bersiap, kita akan segera berangkat dan tolong katakan pada arkan, untuk segera ambil komando besok kalian akan kembali pada tugas seperti biasa" sang kapten pun segera pergi meninggalkan, menyiapkan segala ke perluan yang mereka butuhi dalam melakukan tugas kecil yang tidak akan tau kebenarannya!

_-

Arkan dan shahia segera keluar dari posko kesehatan begitu berhasil menidurkan bayi mungil, menggantikannya dengan seorang dokter selagi keduanya menunaikan ibadah. Melangkahkan kakinya menuju tenda tentara yang mulai di kemasi oleh mereka, hal dimana yang membuat keduanya menatap heran.

"kapten!" ucap mereka begitu melihat arkan, hal dimana yang membuat shahia berserta arkan menatap mereka semua aneh, bahkan yang di panggil pun memiliki kerutan di kening yang sangat tebal "saya bukan kapten kalian! Panggil saya sama seperti biasa, tanpa jabatan!" bantah arkan kepada mereka semua, yang justru saling menatap tak berdaya.

Arkan segera menatap seorang tentara yang selalu memberikan laporan kepada sang kapten, "dimana kapten?" tanyanya dengan cukup heran, "lapor kapten! Kapten gilbert sedang mendapatkan misi dari letnan kolonel" jawabnya begitu patuh, wajahnya yang garang tidak menandakan sedikit ketakutan,

Lagi dan lagi kerutan kembali tercipta "panggil saya arkan seperti biasa!" bantah arkan yang merasa tak enak dengan panggilan kapten dirinya hanya bawahan sang kapten, lalu mengapa dengan tiba² di panggil kapten?

"kapten gilbert yang menyuruh kami memanggil anda kapten!" ucap tentara tadi, tanpa menunggu pertanyaan yang terucap "mengapa?" tanya arkan sedikit tidak enak di dengar "karna kapten gilbert meminta anda untuk menggantikannya" sahutan yang dimana membuat arkan seketika membeku di tempat,

Apakah dia menyerah demi ku? Apakah dia memberikan pujaan hatinya hanya untuk diriku? Tapi mengapa? Batin arkan yang belum selesai mengucapkan ribuan kaliamatnya, sudah terpotong dengan seorang tentara yang datang mendekatinya. "ada panggilan darurat dari devan, tentang keaadan kapten!" ucapnya yang segera memberikan telepon seluler kepada arkan, "katakan!" ucapnya dengan begitu tegas.

"kapten, kapten gilbert di culik kami sedang mengajar mereka tapi kami di halangi oleh bawahan mereka- dor!" kalimat yang belum selesai terucap, tergantikan dengan suara tembakan begitu saja, dan segera berganti suara "segera datang ke hutan perbatas barat, kami menunggu kedatangan mu untuk menyelamatkan kapten bodoh mu" suara yang tergantikan menjadi lebih mengerikan, sebelum panggil terputus.

Arkan hampir saja menyalurkan seluruh emosinya pada telepon seluler itu, "segera lacak keberadaan mereka! Dam laporkan semua ini kepada letnan kolonel, kita membutuhkan bantuan cepat untuk menyelamatkan sang kapten!"

Apakah sudah waktunya?

_-
By.alishaputriramadani
Rabu,18agustus2021

3hati Abdi Negara √tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang