11. cinta?²

54 6 0
                                    

Ketika pandangan mata berjumpa?

Happy reading!
Brakk

Dengan kasar gilbert membanting pintu mobil kepolisian, mobil yang habis bahan bakar membuatnya kesal luar biasa. Menendang ban mobil untuk melampiaskan semua rasa kekesalannya "bagimana?" tanya gilbert saat melihat shahia memakai tas medisnya, gilbert pun ikut mengambil tas yang dirinya bawa dan mengunci semua akses masuk kedalam mobil.

"kita harus berjalan keluar dari perkebunan ini, dan segera meminta bantuan kepada markas" putus gilbert, menggunakan tasnya dan mulai mengambi langkah, diikuti shahia dan meninggalkan nazahra begitu saja.

Sial rencana awal gagal! Batinnya dan segera menyusul kedua rekan tentaranya yang berjalan cukup jauh di depan sana, menuliskan beberapa kalimat di dalam benda pipihnya. Jalanan yang hanya dilalu oleh mobil besar dan itu pun sangat jarang terlewat, tak semestinya setiap saat lewat bukan?

Kicauan burung yang begitu indah menemani setiap langkah yang ada, tak membuat ketiganya menyerah dalam rintangan yang mereka lalui. Bahkan shahia masih sangat ingat kalimat yang di ucapkan sang kapten, 'saya rasa ada yang patut kita awasi, saya takut di dalam perjalanan terjadi hal tak terduga. Dan anda harus siap dalam segala rintangan yang ada, saya mencurigai rekan anda'

Dan benar saja dua mobil pun melaju dengan cepat dari arah belakang, menghentikan lajunya tepat di tengah jalan berusaha memblokir jalanan. Gilbert pun memberikan smirknya mengambil senjata tajamnya, dengan jemari kanan yang memencet tombol dari telepon seluler, berusaha meminta bantuan yang sudah dipersiapkan dari tadi malam.

Empat orang pun keluar dari dalam mobil dengan senjata yang mereka bawa, badannya yang besar dengan senjata canggih menandakan bahwa mereka begitu kuat "segera ikut kami" ucap salah satu dari mereka mempersiapkan senjatanya "apakah kalian bantuan dari letnan kolonel?"

Gilbert bertanya dengan begitu ringan, "jika bukan maka kami akan melawan!" lanjutnya segera mengarahkan senjata tajamnya, menciptakan pertarungan hebat yang ada.

Bughhh

Bughh

Bughhh

Dor!

Dengan begitu hebat gilbert menangkis dan memberikan pukulan di tubuh keempat pria berbadan besar, shahia pun tak ingin tertinggal. Segera melepaskan pelatuk senjata apinya, yang mana membuat salah satu penjahat yang hampir menancapkan pisaunya di tubuh sang kapten menjadi oleng, akibat timah panas yang bersarang di bahunya.

Saat shahia kembali menyerang penjahat yang berusaha melukai sang kapten, nazahra yang tepat berada di belakangnya segera menahan pergerakannya. Memeluknya dengan satu tangan dari belakang, dan tangan kirinya yang memegang sebuah pisau, dimana besi tajam yang siap melukai leher shahia "tolong menyerahlah kapten!"

Mendengar kalimat nazahra membuat sang kapten tak fokus, sehingga sebuah pisau berhasil menancap di pinggang kanannya. Merintih tertahan, dan segera kembali fokus kepada awal tujuan. Melawan segera serangan yang berada dari segala arah, melumpuhkan keempat penjahat yang masih memiliki kesadarannya, meski banyak luka yang melukis tubuhnya.

Dor!

Nazahra pun melepas pelatuk senjata tajamnya di udara, berusaha mengambil perhatian sang kapten yang seakan tak perduli dengan gadis malang, yang sebentar lagi akan menjemput ajalnya. Seketika sang kapten menatap tajam kearah nazahra, "ikut bersama kami dengan selamat, atau ikut dengan luka?" tawar nazahra tersenyum manis.

Yang mana tak membuat sang kapten menatapnya, justru menatap manik mata malang yang tengah menatapnya. Dari matanya seakan mengatakan suatu yang begitu berharga, 'alihkan perhatian mereka, saya akan mengatasi gadis ini' gilbert pun segera menangkis tangan² yang berusaha menangkap tubuhnya, dan hal itu berhasil mengundang kemarahan dari nazahra.

3hati Abdi Negara √tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang