lima belas

50 5 0
                                    

Misi selesai!²

Lagunya untuk boy ya, bukan girl!
Lagunya aku tidak terlalu pastikan cocok untuk bagian cerita ini!

Happy reading
Apakah semua ini telah berjalan dengan sempurna? Apakah langkah yang mereka ambil sudah sangat benar? Atau ini hanya sebuah jalan kecil yang harus mereka lalui untuk menuju jalan besar yang berbahaya? Jika memang benar, arahkan semuanya kejalan besar yang tidak terlalu bahaya bagi keselamatan mereka.

Melangkah kembali memuju markas dengan keadaan yang tak terlalu mengecewakan, mereka berhasil menghancurkan markas utama mafia paling ditakuti. Tapi, mereka tak mampuh membawa kedua rekan mereka pulang dengan selamat.

Tepat saat dimana mereka kembali dirumah tercinta, dua rekan yang mendapatkan luka paling parah berpulang kepada sang pencipta. Tepat saat fajar yang hampir saja menyambut keduanya dengan sinarnya yang begitu indah, tapi sayang seakan tuhan lebih sayang mereka untuk berada disisi-Nya bukan disisi mereka yang hanya mungkin memanfaatkan keberadaannya.

Sang kapten menatap kedua rekannya yang masih setiap menutup kedua matanya, tak akan pernah ada air mata yang turun dari manik mata tajam itu. Ruang rawat inap yang masih terisi tangisan² pilu beberapa rekannya, tak kuasa melihat kepergian dua rekan yang begitu berati dalam hidup mereka.

Shahia datang mendekati sang kapten yang berdiri di dekat jendela, mata merahnya tersenyum hangat menatap gilbert yang berusaha kuat. Jemarinya pun mulai mengusap lembut punggung lebar itu, menenangkan sosok paling kuat diantara mereka, paling tangguh dan paling rapuh "menangislah, saya tau ini menyakitkan untuk anda, tapi tuhan begitu menyayanginya. Jadi ikhlaskan dia, jangan menahan kepergiannya" ucap shahia dengan sangat lembut,

Membawa sosok tegar diluar gilbert untuk memperlihatkan sosok rapuhnya, sekuat apa pun seorang kapten dan sehebat apa pun seorang kapten, dia juga merupakan sosok rapuh yang membutuhkan sebuah bahu. Dan pasti akan menumpahkan segala kesedihan, disebuah bahu yang tepat dan layak.

Gilbert pun memeluk tubuh mungil shahia, menumpahkan semuanya dalam diam. Menceritakan keluh kesahnya dalam sebuah isakan pilu, yang membuat beberapa rekannya menatap tak percaya. Tetapi mereka bersyukur dengan adanya sosok gadis itu, sang kapten yang mereka takuti terlihat layak seperti seorang manusia pada umumnya, tidak seperti manusia yang berusaha menyembunyikan kesedihan dari balik air hujan.

Mengusap lembut bahu lebar itu sambil membisikkan kata² yang menenangkan, "anda adalah kapten yang hebat, mereka pasti akan sangat bangga pernah menjadi bagian dari pasukan anda. Dan jangan pernah berpikir bahwa anda adalah penyebab kematian mereka, karna ini semua adalah tulisan takdir" ucap gadis itu berusaha menenangkan keadaan sang kapten.

Arkan menatap kedua pasang itu dengan pandangan yang cukup sulit diartikan, antara bahagia dengan kesediaan yang menjadi satu. Dirinya akan menjadi saksi bisu, betapa cintanya sosok hebat itu kepada sang gadis, tapi ego dengan sikap pengecutnya yang justru lebih mendominasi.

Membuat pasangan itu hanya bergantung pada takdir, dan arah yang tak akan pernah menentu. Tak ada rencana, atau mungkin tulisana yang tak akan pernah berakhir. Yang ada hanya sebuah rasa pengecut yang menghilangi semuanya, melupakan rasa cinta entah demia apa?

_-

Barisan pasukan itu segera memberikan hormat kepada dua rekannya, yang akan dibawa menuju rumah duka. Menurunkan tangannya sambil menatap helikopter yang terbang menjauh, berusaha menahan air mata yang pada akhirnya runtuh begitu saja. Menangisi kepergian sang rekan yang begitu cepat, bahkan tak pernah terbayang dalam benak mereka,

Beberapa rekannya pun segera berbalik badan guna kembali menuju ruang inap mereka, shahia yang dapat dengan jelas melihat sang kapten yang sendari tadi tak pernah meruntuhkan tangannya. Barang sekejap pun, seakan begitu menghormati sosok yang telah pergi jauh membawa dua rekan anggota tak berdosanya, yang mati begitu saja.

Melangkahkan kakinya berusaha tak menimbulkan suara, memeluk tubuh tegap itu dari belakang sambil terisak kecil. Dan membagi betapa kehilangan dirinya akan dua sosok rekannya, memeluk erat tubuh yang mungkin kapan saja akan terjatuh. Merasakan punggungnya yang gemetar membuat sang kapten segera menurunkan tangannya, melepaskan jemari yang memeluknya erat "bisakah anda lepaskan pelukan anda?" tanya gilbert tanpa menolehkan kepalanya, hanya suaranya yang terdengar sedikit lirih.

Dengan tak rela shahia melepaskan tubuh rapuh itu, yang langsung di hadapkan dengan wajah tampan gilbert "anda dengan saya itu berbeda, anda memiliki agama yang melarang umatnya untuk bersentuhan dengan pria yang tak memiliki hubungan darah. Jadi jangan pernah sentu saya, sebelum saya membawa anda menuju keatas pelaminan" ucap gilbert menjaga jarak, menatap shahia dengan pandangan sendu,

"jika begitu, miliki aku seutuhnya! Jadikan aku sebagai wanita yang hanya bisa menyentuhmu sebagai pria yang ku inginkan, jadikan aku sebagai istri mu dan jadikn aku sebagai tempat mu pulang!" sahut shahia yang membuat gilbert terdiam seketika, bukan perkara hal yang sulit baginya untuk melakukan itu, tapi entah mengapa ada penghalang yang berusaha membuatnya tuli.

Mengambil langkah kedepan berusaha tak perduli pada sosok gadis rapuh itu, "anda yang membuat saya jatuh kepada anda, dan anda pula yang berusaha membuat saya melupakan anda" ucapan shahia yang mana berhasil membuatnya terhenti, bukan sebuah pernyataan yang menamparnya tetapi ucapan yang penuh dengan isakan tangisan itu,

"anda, adalah pria pengecut yang pernah saya kenal dan selalu saya cintai. Saya akan terus berdiri disini menunggu anda untuk berbalik, dan membuat semuanya terasa mudah. Saya percaya anda pasti akan berbalik kearah saya" lanjut shahia dengan wajah memerah, menahan segala tangisan yang akan keluar sebentar lagi, ya saat dimana pria yang dicintainya berbalik arah.

Tapi seakan tuli, pria itu kekasih hatinya yang bahkan tak membalikan badannya sedikit pun. Jangan kan untuk sekedar menatapnya, membalas kalimatnya saja seakan begitu berat dan membosankan. Apakah cintanya begitu bertepuk sebelah tangan? Atau memang tuhan yang begitu mempermainkan takdirnya?

Mengapa begitu menyakitkan untuk mencintaimu? Mengapa hanya aku saja yang begitu mengharapkan mu? Apakah aku tak sepantas itu untuk mengharapkan mu? Atau kau dan aku memang sangat sangat berbeda? Batin shahia menatap kepergihan gilbert dengan sangat terluka, hati perempuan mana yang tak terluka saat di perlakukan seperti ini?
_-

By.alishaputriramadani
Kamis,12agustus2021

3hati Abdi Negara √tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang