dua puluh tiga²

37 6 0
                                    

Ayah?

Happy reading
Ruangan gelap yang minim cahaya, terdapat seorang yang terduduk di sebuah kursi. Iris matanya yang tajam dan begitu mengerikan, jemarinya yang memegang sebuah gelas. Memutar² gagang gelasnya sambil menerawang jauh, ruangan yang senyap dengan pencahayaan yang minim membuat siapa pun jelas tau,

Bahwa orang tersebut merupakan orang paling bahaya, atau singkatnya merupakan seorang iblis. Mengarahkan gelas ramping nan mahalnya menuju ujung bibir, dan segera menegaknya hingga tadas.

Tawa mengerikannya pun terdengar memecahkan keheningan yang begitu panjang, suaranya yang layak malaikat mau berada di samping. Membuat orang belari terbirit² manahan sejuta ketakutan, akibat di hadapi manusia mengerikan "tunggu pembalasan ku, ku pastikan kau akan mati di tangan ku" kalimat yang begitu menakutkan layaknya sebuah bisikan mantra, dan tawa mengerikannya kembali terdengar merdu.

_-

Tak!

Suara kapak terdengar merdu berusaha memisahkan batang kayu besar membelanya menjadi dua, dari sini dapat kita tidak lihat seorang gilbert yang sedang membagi batang kayu yang begitu besar. Membelanya menjadi beberapa bagian guna bisa di angkut dengan manusia, pohon yang besar jatuh menerjang sebuah rumah, yang mana membuat gilbert sebagai kapten segera terjun, membantu para warga mengembalikan rumah mereka.

Tidak jauh berbeda dari keadaan sang kapten, arkan mengusap keringat yang terjun bebas membasahi wajahnya. Handuk kecil yang sengaja di taruh di leher belakangnya, memerasnya dengan sekuat tenaga guna menghilangkan kumpulan keringat yang menumpuk di handuknya.

"ohh ya allah, mengapa aku harus mengerjakan pekerjaan berat seperti ini?" ucapnya mulai mengeluh, ujung matanya menatap beberapa potong kayu yang belum dirinya angkut menuju mobil truk. "aku berharap semua ink cepat berlalu, dan tak akan pernah mendapatkan tugas seperti ini lagi!" lanjutnya mengeluh, mengangkat potongan kayu besar dengan setengah hati,

Langkahnya yang layak orang mabuk dengan mata yang tidak sepenuhnya terbuka, berusaha berjalan mendekati mobil truk yang berada cukup jauh di sana. Melewati beberapa rekan dan warga yang menatapnya was², takut sang tentara jatuh begitu saja dan kayu berat itu jatuh menimpahnya.

Gilbert kembali mengingat tinggi² kapak itu, dan segera mengarahkannya menuju batang pohon yang berada di bawah. Pukulan pertama yang tidak bagus, membuat batang pohon itu tidak sama sekali memberikan reaksi sedikit pun. Kembali mengangat tinggi kapak itu dan hampir mengarahkannya sebelum seorang tentara datang menghampirinya,

"kapten!" ucapnya memberikan hormat, kembali seperti ke biasaanya yang hanya menjawab dengan deheman sambil menurunkan kapak menuju batang kayu. "lapor, Jenderal akan datang menuju lokasi dan meminta anda segera berjumpa denganya" lapor sang tentara setelah mendapatkan perintah, gilbert menatap rekannya sekejap "sekarang'kah?" tanyanya seakan tidak percaya.

Ke tidak percayaan sang kapten membuat dirinya seakan gugup, meneguk salivernya dengan susah payah dan dengan kepala yang mengangguk tidak yakin menjawab "b-benar"

Tak!

Kapak itu kembali bersentuhan dengan batang pohon yang besar dan kuat, suaranya yang cukup keras menarik perhatian banyak orang yang dimana merasa sangat sangat terkejut. Membuka kedua matanya lebar² dan berusaha memastikannya dengan sangat jelas, bahwa sang kapten begitu kuat bukan hanya fisiknya tapi begitu sangat kuat.

Lihatlah, bagaimana batang pohonya yang terbelah dua dengan gagang kapaknya yang ikut terbelah, bahkan hancur dalam sekali pemakaian. Tangan namjoon~

_-

"ayah!"

Suara yang terdengar begitu tegas dengan nada yang kuat, di sana terdapat dua orang pria dengan wajah nyaris sama hanya usia dengan jabatan yang membedakan keduanya. Pria paruh baya yang berada di hadapannya segera membalikan badannya, menatap gilbert yang berada tepat di belakang.

Tidak ada senyuman dan tidak ada pula rasa ke rinduan yang terlukis di wajah tua awet mudahnya, hanya dua bola mata tajam dengan wajah tanpa ekspesi yang menatapnya malas. Jemarinya yang berada di belakang badan memperlihatkan betapa berkuasa'nya, "sudah saya peringati berapa kali? Jika dalam tugas panggil saya dengan Jenderal bukan ayah, karna anda adalah bawahan saya bukan anak saya"

Perkataan yang sering terdengar dan selalu menyakitkan, ayahnya pria yang membuat dirinya hadir dan pria yang tidak terlalu mengakuinya. Sendari kecil hidupnya begitu sulit dengan segela peraturan yang tercipta, membuatnya sulit mendapatkan kebebasan, segala tekanan dan perintah dirinya selalu dapatkan,

Hingga sebuah jabatan yang sangat di puja dan di inginkan, menjadi seorang kapten tentara angkatan darat yang paling di takuti, tak membuat sang ayah luluh dan datang menuju pelukkan hangat yang tak pernah dirinya rasakan. Pantaskah pria itu di sebut sebagai ayah? Atau pantaskah dirinya menyebutnya ayah?

"maafkan saya Jenderal, saya tidak terlalu bisa mengontrol diri saya!" sahut gilbert dengan segenap jiwa, berusaha tetap kuat dalam pertahanannya. Yang begitu merindukan sosok di depannya, sosok yany hanya berjumpa dalam setahun sekali, dan itu pula ketika dirinya tidak mendapatkan tugas.

Pria paruh itu menatap gilbert dalam, "bagaimana kondisinya? Apakah mereka semua bisa menepatkan rumah mereka dalam seminggu? Atau'kah harus kembali menunggu?" berbagai pertanyaan terdengar, pertanyaan yang bisa mengatakan bahwa dirinya begitu tidak berguna dan patut di remehkan, "mereka bisa menggunkan rumah mereka dalam waktu seminggu, beberapa rumah telah di benarkan dengan beberapa fasilitas yang siap di gunakan"

Pria paruh itu hanya menganggutkan kepalanya sambil menghisap nikotin "apakah anda tau bahwa yang anda hisap itu begitu bahaya? Seharusnya anda menyayangi diri anda sendiri, bukannya merusak" ucap gilbert berusaha menahan semua rasa di hatinya, meski begitu kecewa akan sosok di hadapan, tapi meski bagaimana pun sosom itu adalah ayahnya orang yang menghadirkan dirinya ke duania.

"ck²! Nampaknya anda mulai takut kepada gadis itu? Apakah dia memperdaya anda? Sehingga anda bisa melawan saya? Dan siapakah anda untuk bisa melawan saya?" pertanyaan yang begitu menyakitkan terucap, setiap kalimat yang tanpa beban tetapi mampuh membuat sebuah hati hancur begitu saja, siapa dirinya?

Gilbert pun tertawa hampa menatap langit yang begitu indah, "apakah saya tidak pantas untuk di banggakan? Dan siapa saya untuk anda?" tanya gilbert mulai tak mampuh, jelas anak mana yang akan mampu mendengar semua kata menyakitkan itu?

"dengar ini!.., sekuat apa pun anda melarang saya, saya tetap akan melakukannya meski saya tidak ingin kembali melihat kepergihannya namun biarkan saya yang pergih menggantikannya!" ucapan gilbert yang seakan menampar lelaki paruh baya, jelas lelaki itu tau apa maksud ucapan sang kapten.

Tetapi egonya yang selalu ada dan selalu melekat, membuatnya lupa akan keadaan yang telah menyakitkan banyak hati "jika begitu pergilah! Pergilah sesuka hati mu bersama gadis kurang ajar yang tidak akan pernah bisa masuk ke dalam daftar keluarga ku!"

Gilbert menatap sekejap iris mata sang ayah, tatapan matanya yang sangat dalam dengan ke tidak percayaan yang membuat ke raguan pun muncul di dalam hati sang pria paruh baya "baik! Saya akan pergi dan jika sudah tiba, saya harap anda tidak menyesalinya" bagaikan sebuah kalimat perpisahan yang tak akan berjumpa kembali, pria muda itu pergi meninggalkan pria tua yang masih terpaku akan ucapan sang anak!
_-
Bye guys!!!!

By.alishaputriramadani
Senin,16agustus2021

3hati Abdi Negara √tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang