enam

86 7 0
                                    

Tak terduga!


H

appy reading!
Dengan smirknya gilbert menepuk bahu sang lawan tanpa ada rasa takut, "segera berlari yang jauh kawan, jika kau tak ingin melihatku berubah pikiran dan cuss nyawa mu melayang" ucapnya memperingati sang lawan yang cukup tabjuk dengan keberanian sang kapten, dengan takut² berlari menuju hutan malam dengan hasil maling mereka, sebelum suara yang begitu menakutkan terdengar "sekarang!!!!!"

Dengan sekali kedipan mata para penyusup itu berhasil dilumpuhkan, dengan luka tembak di dekat bahu mereka antara tengkuk dan bahu. Jelas, para tentara masih memiliki pikiran untuk melumpuhkan lawan berat seperti ini, menembak kakinya sama saja berusaha menembak diri.

Melihat para penyusup yang berjatuhan membuat gilbert segera mendekati mereka, melihat darah yang perlahan mulai mulai mengalir dengan kesadaran yang menipis. Jemarinya menarik rambut pria yang berhasil mengancamnya, wajahnya yang kacau dengan darah yang memenuhi, yang mana menjadi kebahagiaan tersendiri bagi gilbert,

"bukankah kau tau ini kawasan ku? Dan kau berani mengacaukan kawasan ku, maka selamat ku ucapkan untuk mu sebagai pendatang baru di penjara" bisik gilbert begitu menyeramkan, wajahnya yang tak menampakan eksperis dengan tatapan mata tajam yang seakan ingin mencabik² dagingnya.

Menghempaskan kasar kepala sang lawan dan segera berdiri untuk menjauh dari lawan yang tak akan pernah sebanding, bahkan malaikat maut saja akan bertanya berjuta kali untuk memastikan mencabut nyawanya. Dan berkali² pula dirinya selalu lolos dalam kematian, dan tak akan pernah kenal rasa sakit kecuali dihatinya, sorry kaum bucin!

Saat langkahnya baru terambil dalam hitungan ketujuh, ternyata mereka masih memiliki sebuah tenaga, tenaga besar yang dengan beraninya mengangat senjata tak bergunanya.

Dor!

Suara tembakan yang memecahkan keheningan malam, membuat para rekan segera bersiap dengan senjata mereka saat melihat sang kapten terluka "segera amankan mereka!!!" teriak arkan kepada para rekan, berjalan mendekati penyusup kurang ajar yang telah berani melukai kapten kesayangan mereka.

Menendang jemari sang penyusup yang terdapat senjata tajam, menatapnya musuh dan mengarahkan sepatu tentaranya yang memiliki garis² besar agar bertahan dalam licinnya lumpur. Menginjak jemari telanjang itu sambil memutarnya, tak memperdulikan suara sang penyusup yang tengah menahan rasa sakit.

Bahkan eksperis wajahnya yang terasa sangat menyakitkan, berusaha melepaskan jemari kanannya dari sepatu berbahaya dengan tangan kiri "t-tolong lepaskan" ucapnya mulai melemah, kesadaran yang perlahan mulai menipis tetapi seakan dipaksa sadar dengan rasa sakit di jemari.

Buggh

Suara yang cukup jelas terdengar, antara pipi dengan kaki yang bertabrakan. Rasa sakit yang sungguh luar biasa dirasakan oleh sang penyusup, arkan segera berjongkok menatap sang penyusup dengan mata memarah "kau bilang lepaskan?!!" tanyanya marah menarik anak rambut sang penyusup, dan menghempaskannya kasar.

Seakan muak dengan wajah tak berdaya sang penyusup, arkan segera berdiri "segera amankan dia, dan jangan obati lukanya hingga tiba dipernjara pusat!!" perintahnya dan segera berlalu meninggalkan, sebelum kembali menendang tubuh tak berdaya sang penyusup, berjalan mendekati gilbert yang nampak tak berdaya.

Para tenaga medis segera mendekat dan merapat, guna menyembuhkan para penyusup sebagai bukti kuat keadaan malam ini. Dan sebagai memperkuat masa hukuman bagi sang mafia, bahkan gilbert orang pertama yang merasa begitu bahagia saat membayangkan mafia ditahan lebih lama, bahkan hingga penggal kepala adalah doa terindahnya.

Gilbert pun mendudukan dirinya dikursi yang dibawa tentara, menatap datar nazahra yang berusaha mengobatinya "lebih baik anda segera mengobati luka anda, saya bisa diberi pertolongan dengan yang lain, dan tolong jangan terlalu memperdulikan saya" ucapnya begitu datar, tanpa menatap dan tanpa memperdulikan nazahra yang akan sakit hati.

"anda, segera obati luka saya" sebelum nazahra mengucapkan kalimat, gilbert pun memotongnya dan menunjuk shahia yang baru datang dengan tas medisnya.

Perlahan mendekat dan memulai acara memberikan pertolongan pertama "maaf bila saya lancang, sepertinya kapten harus melepas baju untuk mempermudah saya" ucapnya dengan begitu menjaga pandangan matanya, tanpa disuruh kembali pun gilbert segera melepas kaos hitamnya yang sedikit memperlihatkan deretan roti sobek yang siap dioleskan selai.

Dengan telaten shahia pun mengobati luka tembak yang tak terlalu dalam, hidup sebagai dokter tentara bukanlah hal yang mudah, apa lagi saat diri harus siap mengobati bahkan menjahit luka dalam keadaan perang sekali pun. Dirinya harus tetap fokus, meski sebuah timah panas berkeliaran disekitarnya.

Shahia pun segera mengoleskan cairan antiseptik disekitar luka dengan kapas, mengambil pisau bedah dan mulai membuka antara kulit dengan luka. Mengambil pinset dan mulai mengeluarkan peluruh yang bersarang dengan ssngat tenang, tak memperdulikan debaran jantungnya saat berada disekitar sang kapten.

"kendalikan diri anda! Saya tau anda takut dengan saya, tapi sebaiknya anda tetap tenang..., saya tak akan memakan anda" ucap gilbert menenangkan shahia yang sedikit gugup, tersenyum cukup jelas saat pandangan kedua matanya berjumpa. Yang mana membuat sang kapten merasa janggal kembali, dan kembali memfokuskan diri entah menatap apa, yang jelas menjauhkan matanya dari manik mata indah shahia.

Dari kejauhan nazahra meremas kuat kain kasa, berusaha melampiaskan rasa bencinya saat menatap keduanya yang nampak begitu nyaman, tak memperdulikan dirinya yang berusaha memendam rasa bencinya seandainya tak terjadi, aku sudah membuatmu bertemu dengan nerakaku! Kita tunggu saja setelah ini, kau pasti akan merasakan penderitaan yang ku buat khusus untuk mu! Batin nazahra mempersiapkan entah apa?

Dengan perlahan dan hati² shahia menjahit luka gilbert, memasuki jarum dengan perlahan dan menarik benang tabpa tenaga, seakan tak ingin melukai sosok dihadapannya. Membalut kain kasa di atas luka gilbert guna untuk melindungi si doi, dari kuman yang mungkin saja menempel meski terhalang bajunya.

Tersenyum melihat maha karyanya yang patut di banggakan, "kapten, luka anda telah saya obati saya ingin pamit" ucapnya merapihkan kembali perlalatannya, dan mengambil langkah mendekati rekan lainnya yang masih kalang kabut.

Melihat itu gilbert seakan tak rela saat sosok yang memiliki senyuman candu perlahan menjauh, ada rasa kecewa yanh tumbuh dihatinya. Saat sang penyusup hanya menembaknya satu, kenapa tidak dua atau tiga, atau jika perlu aga sedikit dekat dengan area vitalnya.

Gilbert menghela nafasnya lelah, antara ingin menggapai dan ingin menjauh. Memiliki sedikit trauma pada masa lalu bukanlah suatu yang patut disyukuri untuk memilih teman hidup, apa lagi saat memiliki sebuah penghalang besar dalam tujuhan hidupnya, sungguh sangat sulit sekali untuk bisa bersama sosok gadis yang entah dirinya salah kira.

Tapi mengapa hatinya bisa keliru pada sosok pujaan? Entah emang gadis itu yang berbuat jahat, atau hatinya saja yang begitu bodoh? Membiarkan sosok tak dirinya suku masuk begitu saja, dan setelah masuk dirinya begitu membenci!

"ahh, sepertinya saya harus segera mengubah akses informasi menjadi lebih sulit, dan mencari pelaku dalang dibalik semua ini. Tak mungkin jugakan si jomblo abadi itu? Atau jangan²-" guman gilbert berjalan menuju ruang cctv, dengan perasaan campur aduk...
_-
Terimakas!!!!

By.alishaputriramadani
Jumat,06agustus2021

Uh yang kemarin kabarnya kena covid, cepet sembuh ya bang! Padahal kemarin hari anniversary kita.. Huhuhu~
Sorry bucin exo!

 Huhuhu~Sorry bucin exo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
3hati Abdi Negara √tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang