dua puluh² 💔?

52 6 0
                                    

Berpaling?

Happy reading
Malam yang damai dengan sebuah bulan tanpa bintang yang bersinar diatas sana, bulan yang bersinar sangat indah seakan tak tau banyak hati yang terluka akibat sebuah bencana besar yang datang melanda. Isakan kecil di tengah malam seakan menjadi melodi indah dengan ditemani suara² malang, yang memecahkan keheningan.

Langkah kaki terdengar dari arah belakang, menatap seorang gadis yang jelas sangat rapuh saat seorang diri. Tegarnya hanya saat berada di sekitar manusia, tapi ketika seorang diri pasti akan ada saja air mata yang turun saat kembali mengingat kenangan pahit.

Tersenyum hangat dan segera meletakan sebuah selimut di punggung gadis yang tak lain shahia, merasakan itu membuat shahai segera menghentikan tangisan dan mencari manusia yang mampuh berjumpa dengannya disaat² titik terendah seperti ini. Rasanya sangat tak nyaman begitu tertangkap basah sedang menangis!

Arkan segera duduk di samping kanan shahai, dan membawa kepala sang gadis ke bahunya guna untuk bersandar. Melihat arkan sang rekan setia kapten mereka membuat shahia terkekeh, bukan kembali mengingat kejadia indah tadi tapi kembali teringat saat di atap rumah sakit.

Dirinya yang begitu hancur atas penolakan sang kapten dan dengan enaknya, rekan seperjuangannya datang untuk memenangkannya. Mengucapkan beribu kata penenang untuk dirinya, yang dimana membuatnya tersenyum.

Bukan karna bahagia, tetapi karna ada seorang yang mampuh memberikan bahunya hanya untuk dirinya yang tak mungkin pernah bisa menggapai sesuatu. Sejak kecil hidupnya begitu sulit, berdiri di kaki sendiri tanpa bisa membagi keluh kesahnya kepada orang lain. Hanya dengan sang penghujat yang bisa menjadi kawan setiannya, menyembunyikan semua rasa sakitnya dari senyuman indah.

"kau ketauan menangis lagi? Dan apa penyebabnya untuk yang kali ini?" tanya arkan menatap shahai yang bersandar nyaman, memberikan sebuah botol berisi minuman hangat yang mampuh menghilangkan rasa dingin "apakah kau sudah makan?" tanyanya, mengeluarkan sebungkus roti sobek!

Yang mana membuat shahia terkekeh saat melihatnya, "apakah kantong baju mu juga kantong ajaib? Mengapa semua barang yang di butuhkan selalu ada?" tanya shahai sambil menerima sebungkus roti itu, membukanya dan memakannya dalam diam sambil menatao bintang "tidak! Kantong baju ku bukan kantong ajaib, buktinya dia tidak menyediakan hati yang baru"

Mendengarnya membuat shahia terhenti seketika dalam kunyahannya, jelas gadis itu sangat tau apa arti dari ucapan arkan. Manik matanya menatap arkan seakan tak mengerti, "benarkah? Mengapa begitu? Bukankah di dunia ini kita akan sangat mudah mendapatkannya?" tanya shahia menatao arkan dengan manik mata indahnya, yang membuat siapa pun akan terpaku.

Terdengar helaan nafas panjang dari arkan, "dunia ini memang sangat mudah untuk kita mendapatkan apa pun, asalkan selalu ada kerja keras yang mengiringinya.. Tapi, sekeras apa pun aku bekerja dia tak mudah untuk di gapai, rasanya begitu sulit dan mustahil.. Tak akan pernah bisa bersatu denganya" sahutan yang bagaikan sebuah tamparan,

"jika kau berpikir dunia ini sangat kejam untuk mu, maka kau salah! Ada ribuan orang yang bahkan mengalami ke kejaman dunia, termaksud bayi malang tadi. Ibunya meninggal bahkan sebelum dirinya melihat jelas wajahnya, mengetahui namanya dan mendengarkan kalimat lembutnya. Kau adalah orang yang sangat beruntung, kau bahkan lebih beruntung dari aku" sambungnya dengan lirih di akhir kata.

Kedua manusia yang selalu tersakiti berkumpul bersama hanya untuk saling membagi rasa letih, berusaha saling menguatkan diri meski banyak yang membenci!

"jadi, jangan pernah merasa hancur hanya karna sebuah hal kecil. Meski aku tak tau isi hati mu, tapi kau bisa membaginya kepada ku. Aku akan selalu ada dan akan selalu menjadi pendengar yang setia, jangan terlalu larut dalam sebuah kehancuran itu tidak baik. Jika perlu, kau harus menjadi pohon salam mamahku meski dia di tumbuhi benalu dan di tebang, tetapi hingga saat ini mamapuh berkembang dengan baik. Berdiri sambil memperlihatkan kekuatannya, bahwa dirinya tak akan pernah menyerah meksi hanya berdiri di kakinya sendiri!"

_-

Shahia terdiam mendengarkan setiap kata yang terucap dari mulut arkan, motivasi meski hanya numpang lewat di telinganya. Tetapi keberadaan sang pemuda yang membuatnya tersenyum bahagia, menurunkan selimut yang membungkus tubuhnya. Memakainya ulang, dan tak lupa menyelimuti arkan untuk menghangatkannya sementara.

Bersandar pada bahu yang sudah ke dua kalinya ia gunakan, "mengapa anda selalu datang saat saya sedang bersedih?" tanya shahia menatap langit malam, arkan tersenyum lebar meski tak terlihat "karna saya tau, bahwa ada salah satu bunga di hati saya yang tak mekar seperti biasanya" sahut arkan singkat seadaanya.

Shahia menatap sekejap arkan "memangnya ada berapa bunga di hati anda? Dan siapa bunga yang tak mekar tadi?" tanya shahia penasaran dan sedikit tidak mengerti, "ada tempat bunga di dalam hati saya, salah satunya telah mati dan tak akan bisa kembali bermekaran. Satu ibu saya dan satu adik saya, serta yang istimewa adalah orang disamping saya" jawab arkan tanpa menutupi semua yang ada, kaliamatnya begitu jujur yang mana membuat shahia cukup terkejut.

"mengapa?"

Pertanyaan shahia yang berhasil menciptakan suasana hening yang cukup lama, arkan menatap shahia cukup lama yang mana membuat pandangan keduanya berjumpa. Saling beradu satu sama lain, berkata dengan pandangan yang begitu dalam membawa seluruh emosi keduanya.

"karna anda telah mengambil hati saya, membawanya terbang jauh dalam bayangan yang tak pernah terlihat... Seandainya saya lebih cepat, saya pasti  dengan mudah memiliki anda sepenuhnya. Hati bahkan raga, tapi ternyata saya cukup terlambat dan hanya bisa menjadi pengagum yang merusak semuanya"

Bugh!

Tanpa membuang waktu kembali, shahia segera memeluk tubuh tegap itu terisak kecil dalam pelukan hangat yang sayangnya tak akan pernah terbalas. Dirinya mengerti sekarang bahwa orang yang kita cintai belum tentu akan selalu ada, dan orang selalu ada sudah pasti mencintainya. Pantaskah dirinya berpaling? Dan segera mengabaikan rasa pertama? Atau hanya menunggu tulisan takdir yang datang menghampirinya?

_-

Dari tempat lain pun tak jauh berbeda, disana gilbert berdiri sambil menatap sendu keduanya. Meski dirinya yang merupakan orang pertama, tapi rasanya begitu sakit saat mendengar pengakuan sang rekan. Rekannya yang paling dirinya percaya, hidup dan tumbuh bersama sari seragam biru, dan kini cinta yang datang dengan orang yang sama.

Pantaskah dirinya egois kepada sang rekan? Meksi dirinya orang pertama sekali pun yang disukai sang gadis, tak akan pernah pantas baginya begitu mengharapkan sebuah status! Dirinya dengan shahia begitu berbeda dari sudut mana pun, tak seperti sang rekan.

Apakah dirinya harus mengalah? Membiarkan orang terkasih dibawa bersama sang rekan? Yang sudah pasti lebih baik dan lebih mencintainya, tidak seperti dirinya yang pengecut!

Jika dirinya yang lebih baik dari pada saya, saya akan berusaha melepaskan anda meski saya tak akan pernah mampuh! Tapi saya pastikan anda akan segeta bersama dengannya!

_-
By.alishaputriramadani
Sabtu,14agustus2021

3hati Abdi Negara √tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang