delapan belas²

39 5 0
                                    

Bencana!

Happy reading

Tap!

Shahia melangkahkan kakinya keluar dari truk tentara, matanya menatap sebuah desa yang mengalami rusak parah dalam setiap bagian yang ada. Atap² rumah yang hilang entah kemana, pohon² yang jatuh menimpah bangunan atau lebih parahnya sebuah rumah rubuh begitu saja. Bukankah pemandangan yang begitu mengerikan untuk di lihat?

Apa lagi saat melihat beberapa warga mulai mengevakuasi para tetangga yang tertimpah runtuhan, rasanya jiwa kemanusiaan mereka mulai membara². Segera berlari dan langsung terjun begitu saja menolong mereka, tanpa rasa sungkan dan memandang siapa dan apa, dari mana dan asal ya seperti keluarga doi!

Melihat itu gilbert dari kejauhan tersenyum hangat, menatap sosok mungil yang begitu mempesona. Dengan tingkat lakunya, senyumannya dan bahkan jiwanya yang begitu manusiawi makhluk berjenis apa yang tak menyukai dan tak ingin memiliki sosok se-sempurna shahia. Ya, terkecuali dirinya yang begitu sulit memilikinya!

Melangkahkan kakinya mendekati shahia yang nampak kesulitan memapah seorang wanita, gilbert dengan tangan terbuka membantunya memapah sang wanita yang memiliki luka cukup parah pada bagian kakinya. Kakinya yang terkena runtuh banguanan, dengan darah yang terus keluar tanpa bisa di cegah.

Mendudukan sang wanita, mengambil langkah guna mengambil tas medisnya yang segera di tahan gilbert "aku sudah membawakannya untuk mu, jadi jangan pernah kau meninggalkan tas berharga ini meski ternyata cukup berat juga ya?" ucap gilbert berjalan meninggalkan keduanya, setelah meletakan tas medis itu.

Membantu para rekannya yang tengah membangun posko bagi warga berlindung sementara, meski mereka tak tau akan bahaya selanjutnya yang akan datang menerjang kembali. Ya, berncana yang berasal dari gulungan angin besar yang telah merusah semua ini. Membuat para rumah warga hancur dengan mengikuti gulungan angin itu, layak permen kapas yang di tempat pernikahan tapi yang ini jelas lebih mengerikan!

Mereka pun mulai bahu membahu melakukan penyelamat secepatnya, sebelum malam tiba yang membuat semuanya menjadi tertunda akibat cahaya yang minim. Gilbert bersama salah satu warga menggotong seorang pemuda malang yang berada dalam tandu, pemuda yang memiliki luka cukup panah "shahia!" teriak gilbert memanggil gadis yang sedang lengah itu.

Membuat shahia mau tidak mau segera mendekat, memeriksa denyut jantungnya dan segera memberikannya penanganan. Luka tusuk akibat besi yang berusaha masuk kedalam perut sang pemuda, yang kiranya berusia enam belas tahun. Memeriksanya dengan jelas luka tusuk yang sepertinya sangat dalam, dengan sedikit harapan yang sepertinya ada.

Gilbert mematap shahia begitu tatapan mata keduanya bertemu, berbicara dari manik mata yang membuat sang pria yang merupakan ayah dari sang pemuda menatap keduanya. Dan melihat sang dokter nampak sedikit menggelengkan kepalanya, membuat dunia sang ayah seakan runtuh. Jelas ayah mana yang tak akan hancur begitu tau anaknya dalam batas kematian yang begitu besar?!

Tangisan histerisnya yang membuat keduanya menatap tak tega, "sepertinya anak bapak harus menunggu bantuan tjba, kami memang memiliki alat medis yang tepat. Tapi hanya bisa untuk meredakan rasa sakitnya, tidak untuk mencabut besinya, kamu butuh ruang operasi dengan pelaratan medis yang lengkap" jelas shahia tak tega, menatap pria paruh yang namapk tak berdaya.

"lalu sampai kapan saya menunggu bantuan tiba? Sampai anak saya mati? Dokter pikir semua ini mudah bagi saya?" tanya sang pria cukup histeris, yang membuatnya menjadi pusat perhatian.

Tak ingin membuang waktu, gilbert menyuruh dua tentara segera memindahkan sang pemuda malang. Shahia segera membuntutinya bersama dua rekan lainnya, berusaha memberikan penanganan sebisa mungkin. Dan memberikan semuanya kepada sang penguasa alam semesta, jika dari tangan mereka kurang mampuh maka sang tangan sang pencipta tak pernah salah.

_-

Arkan berjalan kecil menelusuri setiap tempat yang ada, berusaha mencari korban yang berada disekitarnya. Rasa lelah begitu terasa di dalam tububnya, membuatnya segera duduk pada salah satu bangunan. Yang mana segera diikuti tiga rekan lainnya, meminum minumannya guna menghilangkan rasa dahaga yang datang menghampiri.

"mengapa bantuan datang begitu lama? Padahal banyak sekali warga yang mengalami luka cukup serius, dan membutuhkan alat media khusus" ucap salah satu tentara, mulai berbagi keluh kesahnya "dan lagi alat berat hingga sampai saat ini belum juga tiba" sambung yang lain, ikut menimpalinya, "ku dengar ada korban yang mendapatkan luka cukup parah, katanya di pasien dokter shi"

Arkan menatap rekannya tak percaya "benarkan?" tanyanya dengan sangat terkejut, "benar! Jika bantuan tak segera datang, kemungkinan besar korban itu mati begitu cepat" jawab tentara tadi dengan begitu santai, "memang apa lukanya?"

"besi yang menancap di perut, dan katanya hampir saja ujung besi itu menancap di ginjal" sahut sang tentara yang membuat ketiga secara dengan bersamaan menyemburkan air minumnya, air yang baru masuk kedalam mulut dan di sembur begitu saja di wajah rekan malangnya "sial!" gumamnya menyesali.

"maaf kami tidak sengaja" ucap arkan mewakilkan meski dengan kekehannya yang membuat sang rekan mlang hanya bisa mengumpat dalam diam, guna melampiaskan semua rasa amarahnya yang tidak akan pernah bisa tersampaikan jika arkan orangnya.

Hikss!

Hingga sebuah isakan kecil yang membuat keempat tentara hampir memiliki badan besar itu segera bangkit, dan bersiap lari dari tempat yang sepertinya sangat angker itu "tolong" hingga sebuah rintihan kesakitan pun terdengar, membuat keempat waspada berpencar mencari sang peminta tolong.

Dari jauh dapat arkan lihat seorang wanita malang, yang tengah mengesot dengan membawa sesuatu di dalam gendongannya. Berjalan mendekati dengan perasaan takut, meski dirinya seorang tentara yang sering melihat hal seperti ini jika sedang sialnya, tapi ketika kembali dihadapkan tetap saja rasa takut selalu mendekat.

Hingga wanita itu menampakan jelas wajahnya yang membuat arkan bernafas lega, berteriak memanggil rekannya dan segera membantu sang wanita. Ketiga rekannya datang merapat "tolong selamatkan anak ku" ucapnya dengan begitu sulit, arkan pun segera mengambi bayi yang hanya terbungkus dengan selimut kecil,

Darah yang berada pada seluruh tubuh mungil itu seakan mengatakan bahwa bayi itu baru saja terlahir kedunia, "dia baru lahir, tolong segera berikan dia perawatan" ucap sang wanita saat melihat raut wajah kebingungan pria tersebut, arkan menatap ketiga rekannya "segera bawa wanita ini menuju posko!" ucapnya dan segera meninggalkan ketiga rekannya, guna menyelamatkan nyawa sang bayi yang seakan sangat tipis.

Dalam setiap langkahnya yang cepat seakan begitu menyiksa, di langit yang hampir gelap gulita ini dengan membawa seorang bayi. Tak ada suara tangisan dengan suara nafas yang semakin lama semakin menipis, membuat jantungnya berdetak berkali² lebih cepat daru biasanya. Hingga langkah kakinya pun terhenti, akibat sebuah halangan yang sangat besar dan tak mudah dirinya lewatkan begitu saja!
_-

Hemm, kira² apa halangan yang membuat langkah arkan berhenti ya?

Penasaran? Yukk tebarkan bubuk cintanya dan ingat, selalu tinggalkan jejak langkahnya.

By.alishaputriramadani
Sabtu,14agustus2021

3hati Abdi Negara √tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang