Rombongan siswa Schutz yang akan berangkat ke istana Elves telah bersiap di lapangan luas depan kantor kepala sekolah. Stigra, Quen, Tekla dan Linnea berada di posisi paling depan, kesembilan siswa sudah berkumpul, hanya Suck yang belum terlihat batang hidungnya."Mana Suck?" bisik Tekla ke arah Quen.
"Kau pikir aku pengasuhnya! Kau yang mengaku temannya harusnya lebih tau di mana dia sekarang! Atau kau bukan ya?" ejek Quen membuat Tekla bungkam
"Bisakah kau lebih waras di pagi ini, Quen! Dia hanya bertanya!" sahut salah seorang teman sekelas Tekla, sesama Elf. Quen menoleh dengan memiringkan kepalanya dengan ekspresi mengejek.
"Yang menjawab itu kan mulutku, terserah aku mau bicara apa. Kau jangan ikut campur atau kucabut mulutmu itu, Elf!" ancam Quen tak mendapat jawaban balik dan gadis bangsa Human itu tersenyum puas.
"Kenapa kau tidak bersamanya? Bukankah kau dan dia satu kamar?" tanya Stigra dari kiri Quen yang menatap acuh tak acuh.
"Satu kamar bukan berarti aku tahu dia di mana! Suck meninggalkan kamar tadi subuh, semenjak itu aku tidak melihatnya sama sekali," tegas Quen membuat Stigra bingung.
"Pergi?" beonya.
"Ya, pergi setelah hampir membunuh Quen dengan tangannya sendiri. Gadis itu sangat berubah akhir-akhir ini, sepertinya dia mulai error setelah kepergian Livi," sambung Linnea.
"Aneh," pikir Stigra saat mengingat dengan jelas bahwa Suck melangkah pergi ke arah asramanya saat mereka berpisah subuh tadi, lalu ke mana Suck perginya di hari sepagi itu? Stigra ingin ingin beranjak untuk mencari keberadaan Suck tapi Wilma dan Nansen telah tiba di tempat perkumpulan.
"Selamat pagi semuanya, sepertinya kalian sangat berbinar pagi ini!" sapa Wilma disambut jawaban iya yang bersemangat dari para siswa pilihan kecuali Stigra yang pikirannya terbang pada Suck.
"Madam ada pengumuman, hari ini harusnya Lexa dari kelas Rot akan ikut dengan kita tapi ternyata setelah melakukan selidik nilai, Suck bukanlah rangking sepuluh besar, dia hanya berada di 20 besar karena kekuatannya tak selevel dengan kalian. Sangat disayangkan jika itu melukainnya tapi tetap saja orang yang berhak harus pergi, maka dari itu Hema dan Abra akan bergabung dengan kita sebagai peserta dengan nilai seri di rangking 10."
"Dan karena ini juga hari special bagi kerajaan Elves, pihak istana membuka kloter kedua bagi siswa-siswi Schutz yang berminat untuk mengunjungi istana, mereka akan diadu hari ini dan akan bertemu kalian di istana," jelas Wilma. Kini terjawablah sudah keheranan Tekla dan Stigra, Suck tak ikut dengan mereka, lalu ke mana dia sepagi ini? Itulah yang masih menghantui pikiran Quen yang kini mulai menaiki kuda yang disiapkan kerajaan Elves bagi siapapun yang ingin mengunjunginya.
"Apa kau yakin tidak akan membawa Suck? Gadis itu juga memiliki bakat seperti anak lainnya," tanya Wilma pada Nansen yang mengangguk.
"Ada, ada urusan lain yang harus gadis itu buktikan padaku! Jika sudah selesai dia akan menyusul," bisik Nansen dengan seringai mengerikan. Wilma tak ambil pusing, hanya menaiki kudanya dan ikut bersama rombongan.
"Bagaimana dengan gadis itu?" tanya Nansen pada bawahannya yang datang menghampirinya.
"Dia tak menjawab apapun dari pertanyaanku, dia bersikeras mengatakan tidak mengenal pangeran dan tidak mau menjawab pertanyaan selain itu dan juga-" Pria itu diam karena ragu dengan ucapannya.
"Apa?" tanya Nansen penasaran.
"Dia ingin bertemu dengan Anda," sambung pria itu membuat Nansen tertawa penuh arti.
"Gadis pemberani, semoga aku benar-benar menyukainya," gumam Nansen sambil melangkah meninggalkan kantor.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
VALET✔
Fantasy(Fantasy) Suck yang dibesarkan di keluarga sederhana tak menginginkan hal lain selain bisa hidup tenang dengan keluarga kecilnya. Membantu ayahnya bertani, merawat kebun di pekarangan rumahnya dengan Sang ibu adalah satu-satunya impiannya. Suck tak...