VALET : Cp 30 (akhir)

247 36 4
                                    


Walaupun ide Suffer terdengar gila tapi tak ada yang bisa memberi ide lebih baik dari dirinya.

"Apa yang mau dipertahankan di Valenos? Schutz? Istana Elves? Mereka hanya bagian dari kekelaman bangsa Elf yang tak pantas dipertahankan oleh siapapun. Prioritas kita adalah menyelamatkan seluruh kehidupan di Ewigkeit karena kita adalah orang-orang pilihan, dan sang pilihan harus bisa memilih apa yang pantas dipertahankan dan aku pikir rakyat Ewigkeit adalah hal yang pantas untuk itu! Jika kalian punya ide silakan untuk berbicara!"

Itu yang Suffer katakan tadi, tapi tak ada yang berniat menyanggahnya baik itu Sealter maupun Quen yang biasanya selalu cerewet. Semua seakan setuju dengan pendapat pria yang tidak pernah mau melepas jubah dan penutup wajahnya itu. Satu-satunya orang yang mengenalinya adalah Frederik, bahkan Alfa Tersuck sendiri tak pernah melihat wajah putra tertuanya itu hingga hari kematiannya.

Oleh sebab itu, kini Quen berikut juga ratu Carenza mulai memastikan tak ada satupun warga yang tertinggal di Valenos. Mereka bergerak dengan susah payah karena malam hari di Valenos kali ini benar-benar gelap dan mencekam, bulan bahkan enggan untuk sekedar menampakkan diri menerangi perjuangan orang-orang yanh tersisa itu. Sealter dan Tion bergerak ke pintu perbatasan Valenos dengan Endlos untuk membuka pengamanan gerbang untuk sementara, karena tak memungkinkan semua yang akan diselamatkan memiliki kartu pass yang sebelumnya bisa dibuka tutup oleh penjaga gerbang yang kini sudah mati oleh serangan para kloning.

Setelah memastikan Quen dan Carenza mulai mengiring para warga yang tersisa sedikit lebih jauh dari pusat Valenos, Stigra dan Suffer saling tatap dan mengirim kode dengan tatapan mereka lalu mengangkat kedua tangan di depan dada yang perlahan mengeluarkan api merah milik Stigra dan api biru milik Suffer, perlahan membesar dengan sempurna. Bola api ditembakkan ke pusat Schutz yang perlahan terbakar. Dan keduanya terus menembakkan bola api ke segala penjuru walau harus terus menghadapi masalah dari para kloningan yang mematikan api-api itu.

Baru saja Sealter ingin mendudukkan pantatnya sebentar, tiba-tiba mereka dikagetkan dengan suara kepakan sayap yang besar dari langit dan melihat seekor Unicorn terbang merendah, tapi bukan itu yang membuat mereka membelalak kali ini, tapi penumpangnya yang tidak lain Suck yang sekarat dalam pelukan Malena yang sesungguhnya.

"Ada apa ini Panda?" tanya Sealter kaget sambil membantu Tion mengangkat gadis itu ke permukaan tanah.

"Frederik mengirim Malena palsu untuk membunuhnya dan nyaris membunuh Malena asli untuk misi itu!" jelas Panda.

"Kau bisa menyembuhkannya, kan?" tanya Malena dengan wajah cemas ke arah Sealter.

"Ntahlah, akan kucoba!" jawab Sealter mulai mendekatkan telapak tangan Suck ke dadanya mengeluarkan semua kemampuan penyembuhan yang dia pelajari dari klan Elf. Cahaya api merah terlihat menyatu cahaya hijau dalam tubuh Sealter. Perlahan Sealter terbatuk darah namun tetap mencoba fokus pada penyembuhannya.

"Kumohon, kumohon untuk sembuh Suck! Ini belum selesai, kita masih berperang, kau belum boleh pergi!" harap Sealter dalam hatinya dan gadis itu terus terbatuk darah. Malena dan Tion tidak bisa tahan dengan semua itu. Tion dan Malena menempelkan tangan mereka ke punggung Sealter dan mengeluarkan segala kemampuan mereka untuk membantu Sealter tetap bertahan. Dan sepertinya pepatah yang berbunyi 'Tak ada hasil yang membohongi usaha' itu benar adanya, perlahan jemari Suck yang di gengaman Sealter bergerak dan gadis Endlos itu berhasil membuka matanya.

VALET✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang