"Mari kita lihat apa yang anak kemarin sore bisa lakukan." Quen melompat ke arah Livi dengan tatapan membunuh. Livi terhuyung saat kaki Quen mendarat telak di dada kanannya tanpa bisa dia bendung, Livi memuntahkan darah segar akibatnya.
"Livi! Mengaku kalahlah!" teriak beberapa siswa Rot yang masih peduli pada keselamatan gadis itu. Dalam hukum Schutz, dua petarung hanya boleh dilerai jika salah satu dari keduanya sudah menyerah, tapi jika keduanya ingin terus bertarung, maka tak ada yang diperbolehkan melerai walau kematian yang akan menjadi akhirnya. Kejam, tapi itulah aturan, Schutz sangat menghargai keinginan bertarung seseorang karena pemenang adalah orang terhormat di setiap pertandingan.
"Apa anak ayam sudah K.O? Atau masih ada energi yang tersisa?" ejek Quen sambil menendang tubuh Livi yang hanya bisa mengerang kesakitan dan kembali memuntahkan darah.
"Aku tunggu kau di lapangan pertandingan."
Ucapan Tekla menggema di telinga Livi, ingatan bagaimana ayahnya mati akibat serangan bangsa Elf membuatnya trauma pertarungan dengan Elf walau dia tahu bahwa kemampuan Tekla hampir setara dengannya tapi harga diri Livi tidak akan tercoreng jika dia mati melawan orang terkuat dalam kaumnya, begitulah prinsip Livi yang kembali bangkit untuk menghadapi Quen yang terus-menerus mengejeknya.
"Aku takkan kalah, aku tidak ingin kalah di bawah kaki bangsa Elf dan juga tidak ingin mengakui kesalahanku menfitnah Suck karena keluargaku adalah yang utama, tapi untuk bertemu Suck, mau kuapakan wajahku ini? Suck takkan memaafkanku, tak yang tersisa antara aku dan Suck. Lebih baik aku mati," lirih Livi sambil bangkit mengejar Quen yang menggunakan tali es nya mengikat tubuh Livi menjadi kaku, gadis nomor terakhir di kelas Rot itu terlihat pasrah saat Quen melompat dengan tangan esnya.
"Sepertinya ini benar-benar akhir untukmu Livi!" teriak Quen mendaratkan kepalannya ke dada kanan Livi yang mengakibatkan bunyi remuk dan tubuh Livi terbanting terkapar di tanah dan muntah darah.
Setelah mati-matian melewati tangga yang sangat licin, akhirnya Suck tiba di permukaan dan meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Lalu bergerak menuju ruang kelas, tapi kelas kosong tak berpenghuni. Hingga salah seorang siswi kelas Blau lewat dan memberitahu Suck tentang pertandingan awal bulan di lapangan, merasa tak enak tanpa bisa nasib teman-temannya, akhirnya Suck memilih berlari menuju tempat tanding.
Adegan yang pertama kali Suck lihat adalah saat Livi terkapar dengan tinjuan Quen yang sangat kuat, membuat gadis itu terbang beberapa meter.
"Livi! Hentikan!" teriak Suck berlari mengejar Livi dengan menembus kerumunan siswa kelas Rot. Livi melihat Suck ada di antara orang-orang itu, melihat wajah cemas Suck membuat Livi menjadi semakin kehilangan muka.
"Livi! Apa kau masih ingin bertarung? Atau semua kita selesaikan sampai di sini?" tanya wali kelas memastikan. Livi masih terus terbatuk darah.
"Sudahlah Livi, lain kali kita lakukan, aku tidak ingin bermain dengan orang yang sakit," ucap Quen sambil berbalik berniat pergi, tapi ....
"Stigra!" teriak Livi membuat langkah Quen terhenti dan berbeda dengan wajah serius.
"Apa kau tahu apa yang aku lakukan dengan Stigra saat kami pulang berdua? Aku dan Stigra saling mencintai, aku dan Stigra bahkan pernah tidur bareng tanpa kau ketahui. Kau hanya pesuruh, Quenby! Stigra bahkan tidak pernah menganggap kau teman, dia hanya kasihan melihat bagaimana kau memujanya, dia hanya memperalat dirimu, Quenby Sang nomor dua yang takkan bisa menjadi nomor satu selamanya!" teriak Livi memancing emosi Quen saat melihat Suck ditarik staf keamanan karena ingin melerai pertarungan Livi.
"Hanya pesuruh? Lancangnya kau JALANG!" teriak Quen marah.
"Jangan memancing maut, Livi!" Itu yang Livi baca dari tatapan Stigra di antara kerumunan. Livi tersenyum menyadari bahwa hingga akhir Stigra ingin melindunginya tanpa kentara, tapi Livi sangat bahagia dengan itu. Juga dengan Suck yang notabenenya sudah ia khianati tapi masih juga ingin keselamatannya, tak ada yang lebih membahagiakan dengan mati secara terhormat untuk mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/271246764-288-k533849.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VALET✔
Fantasy(Fantasy) Suck yang dibesarkan di keluarga sederhana tak menginginkan hal lain selain bisa hidup tenang dengan keluarga kecilnya. Membantu ayahnya bertani, merawat kebun di pekarangan rumahnya dengan Sang ibu adalah satu-satunya impiannya. Suck tak...