"Suck!" panggil Stigra mulai kehilangan kekuatan untuk bangun saat air tak berhenti menimpa mereka, bahkan aula kini mulai tergenang. Suck membuka matanya dengan wajah yang berbeda tipis dengan mayat."Stigra, kita harus keluar dari sini! Ayah ... kita harus menyelamatkan ayah. Dia yang bisa membantu kita menghancurkan pria Elf itu," lirih Suck mencoba menggerakkan tubuhnya untuk bangkit, tapi gagal.
"Stig, kau yang menyegel kekuatanku, maukah kau melepasnya sekarang?" tanya Suck. Stigra terlihat berpikir untuk permintaan itu.
"Kau akan terluka, Suck, jika aku melepas segel itu, kau akan mengingat semua kenangan buruk di masa lalu yang akan menyiksamu." Suck menggeleng.
"Aku sanggup, aku sanggup menerimanya, Stig. Kumohon," pinta Suck. Tak ada jalan untuk menolak bagi Stigra. Dengan lembut pria itu mencium kening adiknya dan membaca sesuatu yang sangat mirip dengan ucapan Tion waktu itu.
Det Starkaste är Valet
Vars födelse föijdes av spökeld
Det ärade är Valet
Det högsta är Valet
Om du anländer, Säg mid!
Jag är Valet!*Namun dampaknya kali ini berbeda, tanda api di tubuh belakang Suck benar-benar merekah bahkan menembus ketebalan air yang terus mengguyur keduanya, menembus aula dan pecah ke langit Valenos.
"Suck?" bisik Stigra memeluk adiknya yang menggeliat kesakitan saat satu persatu kekuatan yang ia miliki mencoba terlepas dari segelnya. Stigra terus memeluk tak peduli tangannya yang terasa sakit saat Suck menggenggamnya dengan sangat erat.
"Terus hujani mereka!" teriak Frederik geram melihat cahaya merah biru bersinar terang dari balik air. Penjaga itu ingin kembali ke pengaturan air namun sebuah anak panah melesat dan menembus dada kanannya yang otomatis membuatnya tumbang, mati. Frederik sangat kaget saat melihat Tion berdiri di bagian lain lantai atas dan sedang mengarahkan panah ke arahnya.
"Tion?" desis Frederik geram.
"Lepaskan mereka, Ayah! Tak cukup dengan membuat mereka menderita di ruang laboratorium, kau ingin menambah dosa itu lagi! Kumohon hentikan, Ayah!" teriak Tion terus merentangkan busurnya dan perlahan berjalan mendekati Frederik yang memasang senyum miring melihat ulah putra tunggalnya, yah, hanya Tion putra satu-satunya setelah Xion, Sang kakak mati di tangan Stigra.
"Kalau ayahmu ini tidak mau, apa kau akan membunuhku?" ejek Frederik.
"Ayah, aku tidak akan melukaimu tapi itu jika kau menghentikan semuanya, kita bisa memulai lagi ayah setelah kau meminta maaf. Kumohon Ayah, sekali ini saja dengarkan aku sebagaimana kau mendengarkan saran Xion selama ini. Mengalah sekali saja, lalu membungkuk meminta maaf dan terima hukumanmu. Lalu kita memulai lagi, Ayah," lirih Tion disambut Frederik dengan tawa kecewanya.
"Inilah ... inilah yang membuat aku tak ingin berpihak padamu sejak dulu, Tion. Kau terlalu lemah untuk menjadi seorang penerus walau kau pintar. Menjadi seorang penguasa takkan hidup jika menggunakan nuraninya dan aku takkan kalah maupun meminta maaf, jika kau ingin menghentikanku, maka bunuh aku, Tion!" teriak Frederik merentangkan tangannya pasrah karena dia sangat yakin Tion takkan pernah bisa menembaknya, hati pria itu sangat lembut.
Tion di tempatnya memegang busur dengan tangan gemetar. Kuat rasa keraguan untuknya bsa membunuh ayahnya.
"Jika kau bunuh dia, maka aku juga mati, Tion!" Tion berbalik dan melihat Carenza menempelkan belati ke lehernya.
"M-mom?" Tion meletakkan busurnya putus asa. Tion mungkin bisa membunuh ayahnya tapi Carenza, dia wanita yang sangat Tion sayangi, bagaimana Tion bisa melakukannya.
Frederik tersenyum senang melihat Tion luluh di hadapan istrinya. Dengan cekatan tangannya menciptakan curahan air yang semakin banyak dan mengeluarkan busur emasnya dan mengarahkannya ke arah Suck dan Stigra yang di dalam genangan air.
KAMU SEDANG MEMBACA
VALET✔
Fantasy(Fantasy) Suck yang dibesarkan di keluarga sederhana tak menginginkan hal lain selain bisa hidup tenang dengan keluarga kecilnya. Membantu ayahnya bertani, merawat kebun di pekarangan rumahnya dengan Sang ibu adalah satu-satunya impiannya. Suck tak...