VALET : Cp 19

104 23 0
                                    


Rombongan Wilma telah tiba di istana setelah melakukan pemeriksaan besar-besaran. Istana Elves sangat mewah dan besar layaknya istana biasanya, itulah yang dapat rombongan itu simpulkan saat mereka tiba dan kini sedang berada di ruang tamu istana yang sangat luas, muat untuk ribuan orang.

"Selamat datang," sapa Frederik, raja bangsa Elf sekaligus petinggi keseluruhan dari tanah Ewigkeit, dia datang dengan jubah biru putih kebesaran bangsa Elf dan di sisinya berjalan seorang wanita cantik berkulit putih bak susu, mata biru yang indah, bibir pualam yang tipis, hidung yang sempurna, dan rambut hitam yang lembut digelung tipis yang di atasnya terselip sebuah tiara kecil yang sinkron dengan jubah putih birunya. Dia tidak lain adalah Carenza Eldis, ratu bangsa Elf dan juga wanita nomor satu di Ewigkeit yang terkenal dengan keramahan dan kecantikan juga kepintarannya. Keduanya duduk di bangku yang berdekatan dengan rombongan.

"Kiranya saya akan gugup saat bertemu dengan siswa pilihan tapi ternyata wajah kalian sangat membuat nyaman," gurau Caren mencairkan suasana canggung yang dia baca dari wajah rombongan Stigra.

"Anda sangat murah hati, Yang Mulia," sahut Stigra yang duduk tak jauh dari kursi Caren. Kini Frederik menatap serius ke arah pemuda yang berani menatap istrinya itu. Tak bisa Frederik bohongi, dia sangat kaget dengan mata Stigra yang membuatnya seakan sedang menatap istrinya, Carenza.

"Rombongan itu telah tiba ternyata, Ayah. Kenapa tak memanggilku?" Itu Xion, putra mahkota Frederik, Vilexion Yngve, putra pertama Frederik dengan Caren. Semua rombongan kembali menghormat pada calon raja masa depan mereka.

"Mereka ini yang akan bertarung denganku nanti? Pasti akan seru, terutama denganmu," ucap Xion sambil menunjuk ke arah Stigra yang membungkuk seakan-akan merasa sangat terhormat, tidak sinkron dengan tangannya yang mengepal. Quen sadar itu, gadis itu cepat-cepat menggengam tangan Stigra yang menetap tak suka pada tingkah Quen.

"Apa yang kau lakukan?" bisik Stigra tak suka.

"Jangan berbuat bodoh! Kau harus menahan dirimu! Lakukan impianmu di gelanggang pertandingan, bukan di sini!" terang Quen mencoba menenangkan Stigra dan berhasil, pria dari Tanah Scupss itu sedikit tenang dan melepas kepalan tangannya.

"Apa yang Anda tawarkan jika saya menang melawan Anda, Putra mahkota?" tanya Stigra.

"Apa yang kau inginkan akan kuberikan."

"Bagaimana dengan kepala Anda?!" Semua terhenyak dengan pertanyaan tak terduga Stigra. Xion sendiri juga kaget dan mengganti rasa kagetnya dengan tertawa.

"Kau sangat pandai bercanda,"  ucap Xion takut-takut.

"Saya tidak bercanda Yang Mulia, karena saya selalu menginginkan  kepala sebagai konsekuensi akhir setiap pertandingan saya, jika Anda menang, kepala saya milik Anda sepenuhnya,  Anda berani?" tantang Stigra. Xion berdehem mengurangi rasa gugupnya dengan keterusterangan Stigra, tapi tatapan orang-orang di sekelilingnya membuat Xion harus bersikap gentle.

"Baiklah, kita akan menjadi lawan di gelanggang nanti!" ucap Xion menelan saliva yang gugup dengan tatapan penuh nafsu membunuh pria di hadapannya.

"Makanlah, dan berkelilinglah di istana sebelum kita melakukan pertandingan. Hari ini cukup cerah dan sangat cocok untuk mengirim beberapa nyawa sebagai persembahan, bukan begitu anak muda?" sindir Frederik pada Stigra yang baru saja menyendok makanannya tapi segera pria itu urungkan.

"Tentu Yang Mulia, Anda sangat pandai dalam memprediksi, saya akan menggunakan berkah itu untuk menang." Dan kedua pria itu saling kunci dalam tatapan mereka. Hingga seorang pelayan datang tergesa-gesa dan membisikkan sesuatu ke Frederik, sesuatu yang mengubah air mukanya.

VALET✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang