VALET : Cp 25

111 22 0
                                    


Pria dengan seragam biru danker berlari dengan surat di tangannya, memasuki Valetium dan menghampiri Hakkien yang sedang memperbaiki sistem di laboratorium yang mulai terganggu akibat serangan massal di atas tanah oleh orang tua siswa.

"Apa ini?"

"Ini perintah dari Tuan Nansen atas nama Raja Frederik, semua ini harus digerakkan sesegera mungkin!" jelas pria itu. Hakkien membaca isi suratnya dan mengangguk faham dan memanggil seluruh pegawai Valetium.

"Laksanakan apa yang sudah kita rencanakan sebelumnya! Jangan ada kesalahan atau kepala kita akan menjadi taruhannya!" tegas Hakkien.

"Baik Tuan!" ucap seluruh pekerjanya kompak dan berlarian ke pekerjaan masing-masing, tak menyisakan satupun celah untuk terlambat. Hakkien melangkah memasuki ruangan khusus di Valetium yang di dalamnya menampilkan satu monitor raksasa yang memonitor seluruh tanah Ewigkeit.

"Mari kita jatuhkan para orang tua pengkhianat itu dengan satu tepukan!" gumamnya dengan smirk licik sambil menendang susunan patung-patung plastik yang tersusun di meja monitornya itu.

Sealter bertemu Grey dan Andrea yang baru saja meninggalkan salah satu rumah klan Elf yang salah satu putrinya sekolah di Schutz.

"Apa yang Anda lakukan?" tanya Sealter setelah membungkuk hormat.

"Hanya mengajak mereka untuk ikut dalam penyerangan Schutz dan Valetium," jelas Grey.

"Berhasil?" Grey mengangguk dengan senang. Baru saja Sealter akan berbicara, Grey terlihat melotot di tempatnya juga Andrea, yang membuat Sealter menoleh ke arah mereka memandang dan tampak olehnya seorang gadis remaja dengan seragam Schutz mendatangi rumah klan Elf itu.

"Bukankah itu putrinya yang baru saja kau bicarakan, Tuan?" bisik Sealter, Grey kembali mengangguk yakin.

"Ya, itu putrinya. Bagaimana bisa dia pul-"

"AHKKK!" Suara teriakan terdengar dari rumah Elf itu yang membuat ketiga orang itu datang memastikan, dan ketiganya sangat kaget saat mendapati siswa itu membunuh kedua orang tuanya dengan menikam leher mereka berkali-kali dan yang menjerit tadi adalah adiknya yang kini meregang nyawa karena ditikam sang kakak dengan tega. Sealter melompat dan menarik siswi yang sedang asyik menikam dada adiknya berulang-ulang.

"Dia ... buk ... kan ... kakakku!" ucap gadis kecil itu dan meninggal di pelukan Andrea. Sealter diserang oleh gadis itu hingga Sealter mendapat luka tusukan pada lengannya dan dengan spontan Sealter memutar leher gadis itu hingga mati.

"Frederik, Frederik telah mengirim hasil kloningannya ke rumah-rumah. Mereka bukan lagi siswa yang kita kenal, mereka adalah pesuruh Frederik. Ini bahkan lebih mengerikan dari wabah, kita harus bergegas sebelum kita benar-benar tidak bisa membedakan mana yang asli dan mana yang hanya kloningan!" terang Grey saat mendengar banyak teriakan di rumah-rumah di Valenos.

"Tak ada jalan lain bagi kita untuk selamat selain mengambil jalan akhir," ucap Grey memutuskan.

"Apa?" tanya Andrea.

"Menemuinya untuk mengakhiri ini," tekad Grey meninggalkan keramaian menuju hutan Valenos diikuti Andrea, Quen dan Sealter juga Tekla dan Linnea.

****

Suck merasakan otot kakinya sangat pegal menuruni satu demi satu anak tangga dari bagian terowongan yang lain. Sudah hampir 5 jam Suck, Stigra dan Roof meninggalkan Istana Elves dengan melewati terowongan yang tertanam di bawah tanah Valenos atau bahkan di bawah seluruh tanah Ewigkeit, dan medan perjalanan semakin sulit dari yang tadinya hanya jalan datar dengan sedikit berbatu, kini berganti menurun dengan batuan yang selalu bergerak. Panda selalu siaga untuk bersama Suck walau gadis itu tak enak hati melihat hewan itu berjalan sebagai seekor Husky.

VALET✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang