Pintu besi berwarna cokelat mengkilap itu berderit nyaring saat dibuka perlahan, bau yang sangat tajam dan tidak ramah menguar menyapa hidung gadis dengan tutup mata putih itu. Rambut pirang sepunggung miliknya yang tergerai begitu saja, terlihat kusut saat kekuatan angin yang berasal dari ruang yang dia masuki menerpanya. Gadis itu berjalan dengan bantuan 2 orang pria yang memapah sebagai penunjuk jalan."Apa ini masih lama?" tanyanya dengan senyuman lebar yang terlukis di bibirnya, tanpa tahu ke mana dia akan dibawa. Tak ada sahutan, gadis itu hanya mendengar suara desingan angin di sekitar telinganya juga bunyi beberapa benda yang saling bertabrakan. Alisnya mengernyit karena mulai merasa curiga dengan sekitarnya.
"Hei, apa kalian tidak bisa mendengarku?" tanyanya lagi dan tetap tak ada sahutan. Gadis itu sangat penasaran dan berniat membuka penutup matanya, tapi tangannya ditahan dengan pukulan yang keras. Dengan kasar tubuh gadis itu dipaksa untuk duduk di atas sebuah kursi panjang dan kedua tangannya direntangkan selebar mungkin. Gadis itu mengeluh kesakitan saat tangannya terasa tegang dan diikat pada tempat yang berjauhan.
"Hei! Apa-apaan ini?! Lepaskan aku!" bentaknya dengan sedikit memberontak. Dengan kasar pria di sebelahnya merampas kain penutup matanya. Gadis itu mengedipkan matanya beberapa kali untuk memperjelas di mana dia saat ini. Sebuah ruangan yang luas dengan atap hitam dan kanan kirinya yang didominasi warna putih hijau. Beberapa orang dengan penutup kepala melewatinya begitu saja.
"I-ini di mana? Ini tidak seperti yang dijanjikan padaku!" ucap sedikit keras. Rasa cemasnya membuat seluruh tubuhnya bergetar ketakutan.
"Ini bagian dari perjanjian itu, dan kami sedang menepatinya. Kau hanya perlu diam dan menurut dengan semua prosedur, maka tak ada rasa sakit atau apapun itu yang akan menderamu di akhir. Kau tahu, kau sangat cantik jika diam. Jangan memancing amarahku yang akan membuatmu terluka," ancam wanita dengan masker biru dengan tatapan mengejek pada gadis itu yang sekarang berniat untuk menurut. Beberapa pria dengan jubah biru datang mendekatinya dan memasang alat medis seperti suntik yang ditusukkan di pangkal nadinya.
"Bagaimana?" tanya wanita bermasker setelah pria yang melakukan kegiatan suntik itu selesai dengan tugasnya.
"Dia induk yang bagus untuk ini, dia sehat dan punya DNA yang bagus," jawab pria itu.
"Bagus, laksanakan prosedurnya!" ucap wanita itu ingin pergi.
"Apa yang akan kau lakukan padaku?! Sedari awal bukan ini yang kalian katakan, bagaimana kalian menjadi pengkhianat seperti ini? Kalian membujukku hanya untuk ini? Lepaskan aku! Biarkan aku pergi! Kalian tidak berhak melakukan ini padaku, lepaskan!" Wanita itu mengorek telinganya dengan ekspresi bosan dan jengah sekaligus mengejek.
"Lalu apa yang bisa kau lakukan? Marah? Membunuhku? Atau melemparku?" Dengan kasar wanita itu menangkup wajah gadis menyedihkan itu dan memaksanya mendongak.
"Apa yang kau harapkan? Tempat yang mewah? Ini dia tempatnya, maka bersenang-senanglah, coba nikmati hidupmu dan bersyukurlah kalau kau hidup masih memiliki arti sebagai pengorbanan. Dengan DNAmu juga sel telurmu, kau akan menciptakan sesuatu yang hebat, sesuatu yang berguna untuk tanah ini di masa depan, jdi bergembiralah!" Dengan kasar wanita itu melepaskan tangannya dan beranjak pergi dengan air mata indah gadis malang yang Ia tinggalkan. Tiba-tiba langkahnya terhenti dan berbalik dengan tatapan mengejek.
"Kalian! Buat dia menjadi makhluk berguna sebelum dia menemui akhir hidupnya!" Para pria dengan jubah biru itu mengangguk dan mendekati gadis yang kini semakin gemetar.
"Lepaskan aku!" teriaknya tertahan saat salah satu dari pria itu membekapnya dengan sebuah sapu tangan yang membuatnya tidak berkutik dengan mata terkantup rapat.

KAMU SEDANG MEMBACA
VALET✔
Fantasy(Fantasy) Suck yang dibesarkan di keluarga sederhana tak menginginkan hal lain selain bisa hidup tenang dengan keluarga kecilnya. Membantu ayahnya bertani, merawat kebun di pekarangan rumahnya dengan Sang ibu adalah satu-satunya impiannya. Suck tak...