VALET : Cp 29

121 20 0
                                    

Pasukan musuh yang terus bertambah membuat Grey tak bisa berbuat banyak. Satu persatu siswa Schutz yang normal berjatuhan, kalah dengan kesakitan dan kelelahan yang luar biasa. Di saat seperti itu banyak di antara mereka yang mati ditikam para kloningan yang mirip mereka sendiri. Itu membuat siswa yang tersisa bingung harus melawan siapa tanpa tahu mana yang asli mana yang kloningan sesuai ketakutan Grey sebelumnya.

Quenby Sidsel terkulai di sudut lain lapangan dengan darah mengucur deras dari perut kanan bawahnya akibat ditikam seseorang yang sangat mirip dengannya dengan kejam dan wanita itu telah membunuhnya tapi luka belum juga bisa disembuhkan.

"Agkh, Quenby! Ini adalah hadiah ulang tahun yang luar biasa tahun ini. Selamat ulang tahun Quen, ini adalah sweet seventeen yang sangat manis," bisik Quen pada dirinya sendiri sambil menekan lukanya kuat-kuat. Matanya berair dan isakan tertahan terdengar dari gadis manis itu saat mengingat bagaimana orang tuanya selalu ada di setiap ulang tahunnya kecuali tahun ini, dan itu takkan terulang.

"Quen! Bangunlah! Kita harus berjuang! Ada banyak orang yang harus kita selamatkan di Ewigkeit! Kita harus bangun!" teriak Linnea menyadarkan gadis itu, Quen menyeka air matanya dan bersiap untuk bangkit menerima uluran tangan Linnea yang tersenyum manis padanya, namun sedetik kemudian Quen terpaksa menutup matanya saat sebuah trisula menembus dada Linnea dari arah belakang hingga menembus ke depan dengan darah mengenai wajah Quen yang kaget.

"Linnea!" teriak Quen histeris saat Linnea luruh terbaring di tanah dan Quen segera menebas pelakunya yang tidak lain seseorang yang sangat mirip dengan Linnea sendiri.

"Seal ... Sealter!" panggil Quen mencari Sealter yang memang memiliki kemampuan menyembuhkan luka tapi Sealter tak kelihatan batang hidungnya. Quen memeluk Linnea yang kejang-kejang dengan darah yang terus melompat dari lubang di perutnya.

"Kumohon bertahanlah Linnea! Jangan meninggalkanku!" lirih Quen terisak sambil menggenggam erat tangan Linnea yang menatapnya dengan mata sendu.

"Kau harus berjuang, Quen." Itulah ucapan terakhir dari Linnea sebelum mata itu terbuka dengan tatapan kosong. Quen menangis memeluknya erat dan segera menutup mata gadis Valenos itu dengan lembut.

"Aku akan berjuang Linnea, akan berjuang!" tekad Quen meletakkan tubuh Linnea di tanah begitu saja dan bangkit menyongsong lawannya.

"Tuan, musuh semakin banyak dan beberapa sulit dikenali karena mirip dengan rekan kita," adu salah seorang dari siswa yang tersisa pada Grey.

"Teruslah melawan dan bunuh siapapun yang menyerang kalian karena mereka adalah musuh!" nasehat Grey. Tapi musuh tak kunjung berkurang hingga saat Grey nyaris kalah, tiba-tiba tanah bergetar dengan hebat dan suara ledakan terdengar dibagian lain Valenos.

"Apa lagi itu, Tuan?" tanya siswa itu pada Grey saat melihat api menjilat langit dari arah berlawanan dengan tentara milik Frederik.

"Itu pasukan Alfa Tersuck, dia datang untuk membantu!" seru Grey cukup lega sambil terus membunuh tentara Frederik tanpa ampun.

Grey benar, Alfa Tersuck membuka kandang neraka untuk mengambil para Griffin bernafas api peliharaan keluarga Demon juga menunggang naga kesayangannya sebagai pemimpin tim.

"Bunuh semua yang para kloningan itu tanpa ampun!" teriak Alfa pada Griffinnya yang menukik dan membakar semua kloningan yang terus menyerang mereka. Grey menarik anak-anak mundur menghindari para Griffin itu.

"ALFA TERSUCK!" Alfa berbalik dan menatap Frederik di atas rusa putih bertanduk emas milik leluhur bangsa Elf. Stigra dan Suffer terlihat kaget dengan kemunculan raja Elves itu saat mengingat bahwa tadi mereka membunuhnya.

VALET✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang