"Hei kau!" teriak Suck berlari mengejar wanita berseragam cokelat yang barusan menubruknya itu, tapi wanita dengan penutup wajah itu hanya menatap sekali dan terus berlari dengan kencang. Suck berhenti dengan napas ngos-ngosan saat sadar bahwa wanita yang dia kejar bukanlah wanita biasa seperti umumnya, dia berlari layaknya angin. Ungkapan "Tak ada yang normal di Tanah Ewigkeit" itu ternyata benar-benar kenyataan. Suck sendiri kaget saat menyadari bagaimana dia bisa membaca ingatan wanita itu akan kronologi menghilangnya Malena, dan sepertinya wanita itu menabraknya dengan sengaja, karena tatapannya meminta Suck untuk mengikutinya."Aku punya kemampuan membaca ingatan atau itu hanya imajinasiku saja? Kalau memang benar, sejak kapan itu terjadi?" lirih Suck menatap kedua tangannya dengan ekspresi takjub.
"Hei Nona! Arah Schutz bukan di sana!" Suck menoleh ke arah wanita penjemput yang tadi bersamanya di singa terbang. Suck dengan malas menarik kakinya kembali ke rombongan sambil sesekali menatap ke arah belakangnya berharap Ia melihat wanita misterius itu lagi.
"Ada apa?" tanya wanita penjemput saat Suck memegang tangannya, Suck hanya menggeleng dengan ekspresi malu dan bingung mengapa dia tidak bisa melihat pikiran wanita di depannya seperti wanita tadi? Suck juga tidak bisa membaca pikiran beberapa orang yang sempat disentuhnya saat turun dari singa terbang saat tiba di gerbang Schutz.
"Apa itu benar-benar imajinasiku saja?" tanyanya pada diri sendiri.
"Ahk!" pekik Suck saat tangannya seperti ditusuk sesuatu oleh penjaga pintu masuk Schutz yang luar biasa besar dan tinggi. Di atas tiang setinggi 4 meter terukir dengan jelas dan besar tulisan Schutz de School of Ewigkeit dengan terjemahan 'Sekolah pelindung untuk Ewigkeit' ughk, Suck merasa mual setiap membaca itu, pelindung? Hanya orang yang bodoh yang mengakuinya, pikir Suck.
"Nona Lexandra Suckerstine?" tanya penjaga gerbang, Suck mengangguk.
"Apa nama panggilan Anda?" Suck tampak berpikir.
"Terserah kalian saja," jawab Suck malas.
"Baiklah, ini." Suck menerima secarik kartu pengenal yang sudah selesai discan.
Nama : Lexandra Suckerstine
N of Schutz : Lexa
N study : 2997-03Suck benar-benar takjub dengan kecepatan mereka mengerjakan sesuatu dengan kekuatan yang mereka miliki, bahkan saat Suck masuk ke halaman, Suck dapat melihat beberapa petugas kebersihan sedang membersihkan halaman dengan kemampuan mereka menghilangkan sampah dengan sinar di tangan mereka seperti para penjemputnya lakukan.
Tak bisa Suck pungkiri, Schutz memang layak dijadikan sekolah bergengsi, terbaik dan teratas di Ewigkeit. Pasalnya sekolah ini sangat luas, dengan background sekolah yang dihiasi pegunungan Valenos yang tinggi dan hijau, dan pemilihan warna seluruh bagian sekolah dengan aksen hijau-lilac-ungu-silver, sekolah ini benar-benar hebat, belum lagi monitor pemindaian yanh tergantung di semua penjuru sekolah sebagai sumber keamanan tingkat tinggi, Screen di Endlos terlihat sangat kecil saat menapakkan kaki di Schutz.
Suck sudah bisa merasakan keindahan sekolah padahal di baru saja menapaki bagian luar sekolah, dan saat Suck memasuki gerbang 2, Suck dibuat kagum dengan jejeran bangunan yang tersusun rapi dengan pagar rumput setinggi 4 meter sebagai sekat kedua bangunan yang sama besar itu. Suck sendiri berjalan di jalan utama yang berada di antara sekat itu.
'Asrama'
Tulisan itu terlihat jelas oleh Suck dan membuat gadis itu takjub saat tahu bahwa Asrama bisa secantik ini. Asrama pria didominasi biru-silver dan wanita ungu-silver, Suck hanya bisa menatap kagum dari luar pagar asrama dan kembali memasuki gerbang selanjutnya, di mana Suck langsung disambut halaman yang luas dengan deretan kantor guru dan banyak kelas dengan bangunan bertingkat yang tak kalah indah dan rapi dari bangunan asrama tadi. Jangan lewatkan para siswa Schutz yang tampak sangat cantik dengan seragam khas mereka yang menyenangkan dan terlihat beragam.
KAMU SEDANG MEMBACA
VALET✔
Fantasy(Fantasy) Suck yang dibesarkan di keluarga sederhana tak menginginkan hal lain selain bisa hidup tenang dengan keluarga kecilnya. Membantu ayahnya bertani, merawat kebun di pekarangan rumahnya dengan Sang ibu adalah satu-satunya impiannya. Suck tak...