18. With me then With Her?

150 41 16
                                    

Diam itu baik tapi kalau sudah mencintai dalam diam apa itu baik?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diam itu baik tapi kalau sudah mencintai dalam diam apa itu baik?

✰✰✰

April, 2018

Terik matahari siang ini seakan berbeda dari biasanya. Meski menyengat rasanya. Sengatan itu tertutupi dengan ajakan hangat seorang Geva kepada Zia.

Pijakan kaki yang biasanya di atas kursi roda. Geva kini kembali menginjak lantai lorong kelas tanpa harus didorong oleh sahabat-sahabatnya.

"Siangg fanss," sapa Geva dari belakang sambil menepuk pundak Zia.

"Duh Gev, ngagetin aja. Kenapa?"

"Hehe sori Zi. Fisika kita kan sekelompok berdua. Mau kerjain hari ini ga?"

"Ayo sekarang aja? Di mana?"

Mendengar ajakan Zia. Geva langsung mengerutkan alisnya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tidak menyangka Zia akan seambis itu. Tidak masalah sebenarnya. Dirinya hanya berfikir sebaiknya apakah istirahat dulu atau tidak karena cuaca di hari Jumat, yang pulangnya selalu lebih cepat dari hari biasa sangatlah terik.

"Langsung nih baru pulang sekolah. Ga cape?"

"Ohh, lo cape? Gapapa kalo mau sorean nanti."

"Ga sih, tadinya gua mikir takutnya lu yang cape."

Meski terlihatnya perhatian pada Zia. Sampai saat ini masih jadi pertanyaan. Bentuk perhatiannya hanya sebagai teman atau lebih.

"Agh...jadi, mau gimana?" Tanya Zia lagi.

"Ayo, kalo mau sekarang. Di rumah gua gimana?"

Tawaran Geva kali ini mengejutkan. Pertama kalinya Zia di ajak untuk ke rumahnya. Meski bukan rumah asalnya di Surabaya. Tetap saja hal ini tidak pernah terbayangkan olehnya.

Bisa bertemu dan bertemannya dari awal saja itu seperi anugerah terindah yang patut Zia syukuri.

Tanpa berfikir panjang juga dirinya menyetujui ajakan Geva itu."Boleh Gev."

Saking tidak percayanya. Zia baru ingat kalau di rumahnya ia hanya tinggal dengan sang kakak, Kak Kenzo. Sedangkan kedua orang tuanya di Surabaya.

"Duhh, kenapa lo langsung bilang iya sih Ziaaa." Bicaranya sendiri dalam hati.

Bukan memikirkan sesuatu yang aneh-aneh akan terjadi. Masalahnya tidak baik saja jika harus berdua saja dalam rumah. Apa kata tetangganya kalau lihat. Itulah yang dipikirkan Zia.

"Ya udah yuk." Ajak Geva.

Sudah terlanjur menyetujui ajakan Geva. Mau tidak mau Zia tetap menyetujui ajakannya dan berfikir tetap positif.

Seperti biasa, ntah sudah ke berapa kalinya Zia dibonceng naik motor besarnya oleh Geva. Di awal perjalan menuju rumah Geva. Selama di perjalanan keduanya hanya diam. Mungkin karena jalanan yang agak padat dan cuaca yang panas juga melelahkan saat pulang sekolah.
Namun, saat hendak sampai di jalan perumahan Geva baru mengajak Zia biacara.

Figuran (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang