Malam hari tiba. Geva masih sibuk harus mengemaskan barang-barang untuk segera pergi ke Taiwan. Belum lagi dirinya juga harus balik ke Surabaya juga untuk bertemu orang tuanya sekaligus mengerjakan beberapa job endorsment.
Mamanya meminta Geva dan Kak Kenzo untuk balik ke Surabaya sebagai tanda perpisahan juga menghabiskan waktu dengannya. Rencananya gagal lagi untuk bertemu dengan Zia.
" Sori Zi... gua ga bisa temuin lo lagi." Ucap Geva dalam hatinya sambil menarik diam sejenak dan menarik nafasnya panjang.
Beberapa menit kemudian setelah selesai mengemaskan barang-barangnya ia segera beristirahat. Namun saat menempelkan kepalanya di bantal ia kembali memikirkan Zia hingga Geva mengambil ponselnya dan kembali untuk menghubungi Zia.
*Drett drett drett
"Siapa sih malem-malem gini telefon, baru mau tidur." Kata Zia bicara sendiri pasalnya jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.
Saat mencoba melihat ponselnya Zia bola matanya langsung membesar, cukup mengejutkan bagi Zia, Geva menghubungi dirinya di tengah malam seperti itu. Kembali lagi Zia masih saja berfikir "angkat, engga, angkat, engga, angkat, engga, angkat..?"
"Zii angkat please."
"Ha..lo"
Akhirnya setelah kesekian lamanya Zia tidak bicara dengan Geva ataupun sebaliknya sebenarnya ada rindu mendalam diantara keduanya sebagai sahabat.
"Halo Zi.."
"Apakabar Gev, kenapa? he heem." kata Zia sambil sedikit tertawa.
"Baik Zi, lu gimana?"
"Baik juga Gev"
"Hm bagus deh kalo fans gua sehat hehehe"
"Hem..hehe iya Gev. Kenapa telefon malem-malem gini?"
Belum selesai dan lama bicara dengan Zia sudah memotongnya.
"Iya gue mau..."Tak sengaja juga Geva memang mendengar suara seorang pria "Permisi, dengan saudari Zia, saya ingin memeriksa keadaan Tuan Bestari."
"Eh Gev, sori telefonnya gua matiin dulu ya. Ini ada dokter mau periksa papa gue."
"Owh iya Zi, gapapa. Cepet sembuh buat bokap."
"Thanks Gev."
Tut Tut Tut
Zia memang sedang berada di rumah sakit meskipun sudah malam. Ia harus menjaga papanya. Sedangkan Geva yang sebenarnya masih ingin bicara dengan Zia. Sebenarnya Zia juga bahkan berharap bisa bertemu sebelum Geva berangkat ke Taiwan.
"Udah malem juga kasian Zia, kalau gua telefon lagi." Bicara Geva lagi sendiri. Dirinya memutuskan untuk beristirahat saja.
Belum tentu juga saat di telefon kembali Zia mengangkatnya. Alangkah baiknya menghungi lagi besok pagi atau mengajaknya bertemu jika masih ada kesempatan. Toh besok pagi Geva harus berangkat lagi ke Surabaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran (TAMAT)
Teen FictionTerperangkap dalam kehaluan mengidolakan seseorang? Sampai mimpi dapat bertemu, menjadi teman atau kekasihnya hingga strata tertinggi? Itulah yang diimpikan seorang gadis SMA bernama Zia. Dirinya mengidolakan seorang laki-laki yang akrab disapa G...