32. Dikenal Publik

154 60 73
                                    

Jangan sampai angan berubah jadi angin yang besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan sampai angan berubah jadi angin yang besar. Bisa saja akan  menarik benda-benda di dekatnya hingga terjadi kehancuran. Mengerikan sekali rasanya.

Itulah pemikiran seorang Kezia Wanodya Puteri Bestari. Baginya sekarang yang sudah ada hanya patut disyukuri. Jika bersyukur tak ada kata  rasa yang tak enak. Itulah yang bisa membuat diri bisa bahagia.

Hari demi hari Zia jalani seperti biasa.  Menunggu waktu perpisahan angkatan kelas 12 yang akan datang. Ia menyibukkan dirinya dengan hal-hal positif juga produktif.
Begitu pun dengan Geva. Dirinya juga menjalani hari-harinya yang dipenuhi panggilan pekerjaan yang semakin padat.

Geva semakin dikenal dikalangan anak-anak muda terutama kaum perempuan. Tawarannya tidak sekedar figuran saja kali ini. Ia sudah menjadi bintang iklan di televisi. Publik sudah semakin mengenal namanya. Bahkan dengar-dengar dirinya akan menjadi pemain film  di salah satu platform untuk menonton film.

"Geva, siap-siap ya kalau saya bilang action," perintah produser padanya

"Oke, baik pak."

"Satu, dua, actionnnn."

Dirinya sedang melakukan shooting iklan, salah satu produk makanan ternama di Indonesia. Mencapai hingga tahap seperti ini, tentunya tidak mudah bagi Geva. Banyak tantangan yang ia harus lalui.

Salah satunya, kurangnya dukungan dari orang tua sendiri. Hal itu sempat membuat dirinya down. Meski begitu dirinya berusaha agar tetap tegar. Rasa tegar  itu ia dapat dari kakaknya sendiri, Kak Kenzo juga para sahabat dan teman-temannya di sekolah. Dukungan itulah yang membuat dirinya bangkit dan pantang menyerah.

Saat ini, melihat perkembangan Geva yang demikian kedua orang tuanya semakin percaya bahwa dirinya tidak seperti yang difikirkan sebelum-sebelumnya.

Sebenarnya bukan karena tidak ingin mendukung  Geva di jalannya sendiri. Orang tuanya hanya khawatir dengan pendidikan. Layaknya cara pandang para orang tua pada umumnya. Penuh dengan pertimbangan dan lain sebagainya.

✰✰✰

"Coba tebak, ini siapa?"

"Ehh, siapa sih." Geva menghempas tangannya tapi dengan lembut. Dirinya sedikit terkaget karena sedang asik menonton pertandingan basket di televisi.

"Haiii."

"LOH! Del, kok bisa di sini kamu. Ga bilang ke mau ke Jakarta loh?"

Ya, perempuan itu bukan Zia melainka Adelin. Sahabat perempuan Geva dari Surabaya yang sering menghubunginya juga via telepon ataupun chat dan pernah melakukan video call bersama Zia waktu lalu.

Kedatangannya yang tiba-tiba di ruang tanu rumahnya membuat Geva sangat terkejut tapi juga membuatnya senyum lebar semringah. Terlihat dari ekspresi wajahnya.

Figuran (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang