28. Gak Peduli!

117 37 24
                                    

Beda kepentingan aja bisa sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beda kepentingan aja bisa sakit. Bagi aku kamu penting tapi bagi kamu aku ga penting.

✰✰✰

Seminggu telah berlalu setelah Zia, Geva dan yang lainnya berlibur ke Surabaya. Sebagian dari mereka telah sibuk persiapan untuk masuk ke jenjang perkuliahan. Apalagi yang ingin masuk ke perguruan tinggi negeri seperti Zia, Arin juga Jordi.

Risa dan Gilang masih belum tahu ingin melanjutkan ke perguruan tinggi negeri atau swasta. Namun, kedua juga tetap ikut belajar dan mencari-cari informasi.

Sedangkan Geva terakhir kali bercerita dengan Zia waktu-waktu lalu masih bingung memilih untuk fokus ke karirnya atau pendidikannya. Meski begitu sama dengan Risa dan Gilang. Ia tetap belajar saja juga mencari-cari informasi. Disamping itu ia juga mengerjakan beberapa endorsement karena semakin banyak tawaran promosi kepadanya dari berbagai brand lokal hingga luar.

Karir Geva menjadi artis sepertinya akan semakin terlihat. Followers instagram juga tiktoknya setiap hari kian bertambah banyak.

"Diliat-liat followers makin banyak ya Gev." Kata Zia ikut senang karena idolanya itu semakin terkenal. Namun tidak bagi Geva, raut wajahnya terlihat berbeda. Tidak seperti biasanya. Responnya juga hanya senyum separuh tanpa kata-kata.

Melihat Geva seperti itu membuat Zia bertanya-tanya. Ia menanyakan kepada Geva apakah ada masalah atau sesuatu terjadi dengannya."Lo kenapa Gev?"

"Gapapa kok." Jawabnya datar sambil memainkan ponselnya tapi pandangannya juga terlihat kosong.

"Gapapa pasti ada apa-apa."

"Gue cape Zi," katanya dengan nada yang melas  dan mata sedikit berkaca-kaca tanpa memandang Zia.

Perkataan yang singkat itu membuat hati Zia tiba-tiba ikut bersedih. Masalahnya juga baru pertama kali Zia mendengar ada pria yang mengeluh dengan dirinya seperti demikian.

"Mau cerita?"

Geva tidak menjawab. Ia hanya berdiam lalu menggelengkan kepalanya, menolak untuk bercerita dengan Zia.

"Gev."

"Hm?"

Tidak sengaja Geva mengangkat wajahnya yang tadinya menunduk jadi melihat Zia dengan mata yang sedikit berair.

"Lo nangis?"

"Engga kelilipan. Itu ibu-ibunya nyapu tadi lewat jadi masuk debunya."

Zia jadi ikut terdiam dengan menarik kedua bibirnya ke dalam mulut ia melihat Geva seperti itu.

"Gaada salahnya cowo itu nangis. Cowo nangis bukan menunjukkan dia itu lemah. Kalo emang perlu nangis ya nangis aja."

"Gaada yang nangis Zi. Kenapa tadi?" Elak Geva lagi.

Figuran (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang