Typo
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading!!Seminggu sudah berlalu, besok adalah hari keberangkatan Seunghyun dan Chaerin ke Jepang untuk urusan bisnis. Seharusnya dua hari yang lalu mereka berangkat, tapi baru sekarang mereka bisa pergi karena Jennie yang terus berusaha mencegah mereka dengan alasan ia masih butuh adaptasi lebih untuk tinggal di Seoul apalagi di rumah ini karena Jennie masih merasa sungkan dan canggung dengan Irene kakaknya.
Setelah makan malam tadi keluarga itu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Irene yang kembali ke kamarnya melihat beberapa e-mail yang baru masuk di Ipadnya. Jennie yang mulai membuat tugasnya sebagai seorang mahasiswi dan kedua orangtua yang sibuk mempacking baju yang akan dibawa besok.
Sekitar pukul sembilan Seunghyun dan Chaerin duduk di ruang keluarga setelah selesai mempacking baju mereka.
"Appa, eomma."
"Eh sayang appa, sini duduk nonton sama appa dan eomma." Seunghyun langsung menarik pelan Jennie agar duduk ditengah-tengah antara ia dan Chaerin.
"Sudah buat tugasnya?" Tanya Chaerin pada putrinya itu.
"Udah eomma, masih awal, jadi tugasnya nggak susah-susah banget." Jawab Jennie senang.
"Betah nggak sama kampusnya? Terus teman-temannya gimana?" Tanya Seunghyun memusatkan perhatiannya pada putri bungsunya itu.
"Betah kok appa, Jennie juga udah punya teman-teman, mereka baik, namanya Yeri, Rosé sama Lisa." Jawabnya sangat antusias setiap kali bercerita kesehariannya pada kedua orangtuanya.
"Syukurlah kalau kamu senang, itu artinya Appa sama eomma nggak akan terlalu khawatir untuk ninggalin kamu."
"Appa sama eomma beneran pergi besok? Nggak bisa ditunda lagi ya?" Tanyanya mulai lesu saat mengingat keberangkatan kedua orangtuanya besok.
"Maaf ya sayang, mereka disana benar-benar sudah butuh appa. Kamu tau kan kantor disana baru dibuka. Appa janji akan berusaha agar urusannya cepat selesai supaya bisa pulang cepat dan bisa tinggal disini juga sama anak-anak appa." Seunghyun berusaha membujuk putrinya itu.
"Ya udah deh,, tapi appa sama eomma janji ya harus sering kabarin Jennie sama eonni, dan nggak boleh capek-capek, nanti kalau sakit kan Jennie nggak bisa rawat appa sama eomma disana."
"Iya sayangnya eomma." Chaerin yang gemas pun mencubit hidung Jennie membuatnya terkekeh.
Sedari tadi semua pembicaraan dan interaksi ketiganya dilihat oleh Irene yang berdiri di belakang mereka. Hanya tatapan datarnya saja saat melihat bagaimana akrab keluarganya itu.
"Eonni, kenapa berdiri disitu, ayo duduk disini." Jennie memanggilnya saat menyadari kehadiran sang kakak.
Dengan sedikit malas ia melangkah mendekati sofa, Jennie berdiri dan menarik tangannya lalu mengajaknya duduk di antara kedua orangtua mereka.
Irene masih dengan wajah datarnya hanya diam saja saat ini, entah kenapa ia jadi merasa gugup dengan posisi mereka duduk sekarang. Mungkin karena ia jarang berkumpul dengan keluarganya sendiri karena harus tinggal terpisah selama ini.
"Bisa nggak jangan peluk." Ucapnya lirih agar kedua orangtuanya tak mendengar ucapannya karena Jennie merangkul lengannya.
"Kenapa? Eonni nggak suka ya." Jennie belum melepaskan rangkulannya.
"Eonni kurang suka." Jawabnya seraya menjauhkan tangan Jennie agar melepasnya.
Jennie terdiam dan tak menahan saat Irene melepaskan rangkulannya. Gadis itu hanya diam memandang wajah eonninya dari samping karena Irene tak sedikitpun menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not The Same
RandomMereka saudara satu ayah dan satu ibu, itu sebabnya wajah mereka ada sedikit kemiripan satu sama lain, namun perbedaan itu tetap ada...