Jen-33

786 121 25
                                    

Typo

🌺🌺🌺

Happy Reading!!

__________
_________________

Miaaww,, miaawww....

Usapan lembut di pipinya membuat gadis yang tengah nyenyak dengan tidurnya itu melenguh karena terganggu dengan pergerakan yang juga dilakukan makhlul kecil berbulu itu yang sudah bermain diatas tubuhnya.

"Loui~ya, wae? Kau sudah lapar? Apa ini sudah memasuki waktu sarapanmu?" Gadis itu bergumam serak dengan mata yang masih ingin terpejam karena kantuk.

Miaawww...miaaaww...

Seakan mengerti apa yang gadis itu katakan, si kucing abu-abu yang tubuhnya mulai membesar itu menyahuti sembari kembali mendekat pada wajah majikannya dan kembali mengusapkan kepalanya disekitar pipi si gadis.

"Ah Louis, pagi ini kau sudah menebarkan kelucuan seperti ini, siapa yang mengajarkanmu?" Ujarnya mulai membuka mata sepenuhnya untuk menatap kucingnya yang menggemaskan.

Gadis itu beranjak duduk sembari mengangkat tubuh kucingnya yang memang mulai membesar dan tentu saja berat badannya bertambah.

"Kau semakin besar dan berisi lebih cepat dari yang aku perkirakan,, apa kau harus diet? Ah tidak perlu, kau semakin kiyowo seperti ini, jadi makanlah sepuasmu arasseo."

Miaaw..

"Kau mengerti? Tentu saja, kau memang semakin pintar untuk menanggapi setiap ucapanku. Aah~ Kiyowo" Diciumnya si kucing karena gemas dengan tingkah makhluk berbulu itu.

"Hmm,, uh memang sudah waktunya sarapan, dan aku pun juga harus segera kebawah jika tak ingin membuat keluargaku menunggu."

Gadis itu memeluk kucingnya sembari beranjak dari kasurnya untuk menuju ke dekat pojok kamarnya dekat pintu, dimana disana terdapat sebuah kandang berukuran sedang yang menjadi rumah dan tempat bermain bagi kucingnya.

"Jaljja, ini makanlah sarapanmu. Aku akan membasuh wajahku dan kebawah untuk sarapan juga. Habiskan oke, aku akan kembali nanti setelah sarapan, dan kau bermain saja disini selama aku dibawah, arasseo?"

"Aish kau tidak menjawabku kali ini, begitulah jika sudah menikmati makanmu, pasti kau mengabaikanku." Gadis itu agak mengeluh pada kucingnya yang memang sudah menikmati makanannya.

"Sudahlah, nikmati saja. Jika mau membujuk nanti saja oke. Kau terkadang memang menyebalkan."

Meski berkata begitu, ia tetap mencium si kucing terlebih dahulu sebelum akhirnya berjalan ke kamar mandi untuk sekedar membasuh wajah dan menggosokkan giginya sebelum ke bawah untuk sarapan bersama keluarganya.

.

.

.

.

"Pagi eomma, pagi eonni." Sapa Jennie dengan semangat pada ibu dan kakaknya yang sudah terlihat di dekat meja makan menyiapkan sarapan mereka pagi ini.

"Pagi sayang, sudah bangun. Baru saja tadi mau eonni bangunkan." Balas Irene yang tersenyum melihat tingkah adiknya yang sekarang sudah duduk tenang di kursinya sembari menghirup aroma makanan yang ada didepannya.

"Hmm baunya sangat enak, Nini udah nggak sabar untuk memakannya."

"Kenapa harus menunggu, makan saja. Kamu mau yang mana sayang biar eomma siapkan."

Jennie langsung mencegah tangan ibunya yang akan bersiap mengambilkan sarapan untuknya.

"Eomma tak perlu, duduk saja. Nini bisa mengambilnya sendiri. Lagipula appa belum turun, kalau eomma dan eonni sudah lapar makan saja dulu, biar Nini yang menunggu appa." Ujarnya tersenyum, tapi saat melihat respon ibu dan kakaknya membuat Jennie menatap bingung keduanya.

Not The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang