Typo
.
.
🍁🍁🍁
.
.
Happy Reading!!
___________
______________"Eonni."
Gadis itu berbalik saat suara yang sangat ia kenali memanggilnya.
"Nini? Dek ini kamu? Eonni tak salah lihatkan? Kamu sudah bangun?" Matanya langsung berkaca-kaca saat melihat kini sang adik berdiri dihadapannya dengan senyum manis.
Saat sang adik sudah mendekatinya ia pun langsung memeluk tubuh itu membuat perasaannya sangat lega.
"Eonni kangen kamu sayang, akhirnya eonni bisa memeluk kamu seperti ini lagi."
Ia merasakan punggungnya di usap dengan pelan oleh sang adik, tapi anehnya tak ada respon lain yang membuatnya bingung hingga ia melerai pelukan mereka untuk melihat wajah adiknya yang kini baru ia sadari jika wajah itu pucat.
"Sayang kamu masih sakit? Wajah kamu sangat pucat." Ucapnya menangkup kedua pipi tembam itu yang hanya dibalas senyum tipis sang adik.
"Nini tidak sakit lagi eonni, Nini sudah bangun. Jadi eonni tak boleh sedih lagi oke, jangan sakit, Nini sedih jika eonni sakit." Akhirnya ia bisa mendengar suara adiknya.
"Tidak sayang, eonni tak apa, eonni akan tetap sehat untuk kamu."
"Tapi eonni tidak, eonni selalu memikirkanku tapi tak memikirkan keadaan eonni sendiri. Eonni jangan sakit, eonni harus sembuh agar bisa menjaga Nini lagi. Nini ingin melihat eonni saat terbangun nanti."
"Apa maksudmu sayang, kamu sudah bangun sekarang. Dan eonni baik-baik saja."
"Tidak, eonni harus sembuh, bangunlah eonni, Nini kangen eonni. Sembuhlah dan datanglah untuk Nini."
"Nini apa maksudmu? Dek kamu mau kemana? Jangan tinggalkan eonni." Irene melangkah maju saat adiknya kini semakin menjauh dan transparan dari pandangannya.
"Nini, NINI!!"
"NINI!"
"Hah~ hah~."
"Sayang kamu kenapa nak?" Chaerin langsung mendekati putrinya itu dengan khawatir.
"Eomma? Nini, mana Nini?" Irene menatap sekelilingnya untuk mencari keberadaan sang adik, tapi keningnya mengernyit bingung saat ia mengenali ruangan yang ia tempati sekarang.
Pandangannya juga langsung tertuju ke bawah pada tangannya saat merasakan sesuatu disana. "Eomma, aku kenapa? Kenapa tanganku di infus dan memakai baju pasien? Ini masih di rumah sakit kan?" Irene bertanya bingung pada ibunya yang kini menatapnya sendu.
"Iya kita masih di rumah sakit sayang. Sore kemarin kamu ditemukan pingsan didekat brangkar pasien adikmu. Dokter bilang kamu terlalu banyak pikiran hingga membuat kamu stress. Kamu harus di infus juga karena sistem imun kamu menurun dan juga demam. Sayang jangan begini, eomma benar-benar panik kemarin. Eomma menyayangi kalian, jangan tinggalkan eomma hikss.. maafkan eomma tak bisa menjaga kalian."
"Eomma jangan mengatakan itu, maafkan Rere, jangan menangis. Eomma tak boleh menangis." Irene langsung memeluk ibunya dengan perasaan menyesal karena ia tak bisa menjaga dirinya sendiri hingga harus sakit begini dan membuat kedua orangtuanya khawatir.
"Maafin Rere karena lemah, Rere hanya terlalu mengkhawatirkan Nini,. Rere janji akan segera sehat dan kita bisa menjaga Nini bersama. Eomma jangan sakit heum, maaf."
"Eomma juga lemah, tapi kamu tak perlu khawatir. Eomma akan tetap sehat untuk kalian. Appa juga akan selalu bersama kita, jadi kita harus kuat."
Irene hanya bisa menjawabnya dengan anggukan saja karena rasanya ia sudah tak bisa lagi mengeluarkan suaranya. Keduanya terus saling berpelukan untuk saling menguatkan satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not The Same
RandomMereka saudara satu ayah dan satu ibu, itu sebabnya wajah mereka ada sedikit kemiripan satu sama lain, namun perbedaan itu tetap ada...