Typo
🌟🌟🌟
Happy Reading!!
__________________________________
Pagi ini cuacanya terlihat cukup mendung, gadis bermata kucing itu sedang berada di balkon kamarnya menatap langit yang memang tak begitu menampakkan sang mentari yang terbit seperti biasanya.
Miauw...
Suara lucu itu mengalihkan perhatiannya untuk menunduk melihat makhluk kecil lucu berwarna abu yang sejak kemarin menjadi temannya itu.
Ia menunduk untuk mengambilnya dan diangkat untuk ia lihat lebih dekat mata bulat kecil yang menatapnya lucu.
"Hai Louis, pagi, kenapa heum?" Terlihat sekali ia menyayangi hewan kecil itu, seperti mengerti apa yang diucapkan si kucing menyahut dengan suara imutnya yang selalu membuat si gadis mandu gemas hingga menciumnya beberapa kali.
"Kamu lucu banget sih, kan tambah sayang." Dipeluknya kucing itu dengan penuh kasih sayang, beruntunglah si kucing semenjak semalam tak pernah merepotkannya bahkan tak membuang hajat sembarangan.
Jika Jennie tak salah perkiraan semalam ia melihat kucingnya ini pergi ke dalam kandangnya dan mengais tempat khusus yang didalamnya ada pasir.
Jennie tak begitu yakin, tapi ia menebak jika semalam apa yang dilakukan kucingnya adalah ia tengah membuang kotorannya. Setidaknya begitulah yang Jennie baca di internet semalam tentang cara merawat kucing dengan baik.
"Kamu lapar ya? Mau sarapan? Oke lets go kita sarapan." Dengan semangatnya Jennie yang memang sudah rapih siap untuk ke kampus itu berjalan menuju pintu kamarnya untuk mengajak kucingnya makan dibawah.
"Eh tapi,,, oh iya kan kemarin Jisoo eonni ada belikan makanan kucing kan? Jadi tidak perlu makan dibawah."
Jennie baru ingat tentang makanan kucing yang dibelikan Jisoo, kakak tingkatnya itu memang tau apa yang diperlukan kucingnya. Mungkin karena dirumahnya juga ada memelihara hewan, jadi sudah tau apa yang sangat dibutuhkan.
Kalau Jennie kan ia memang belum pernah merawat hewan secara langsung, dulu saat di Busan pun mereka tak memelihara hewan seperti ini, paling ya hanya ikan saja peliharaan appanya.
"Makan yang banyak ne." Tangannya mengusap sayang si kucing yang sedang lahap memakan makanannya.
"Omo sudah setengah tujuh, Loui-ya aku pergi dulu ne, kamu jangan nakal, dikamar saja. Nanti Nini akan suruh bibi Ahn untuk kasih kamu makan siang. Arra." Diciumnya kucing itu lalu bergegas mengambil tas dan juga ponselnya diatas ranjang. Tak lupa ia membalas terlebih dahulu pesan sapaan pagi dari eommanya.
Kakinya melangkah cepat menuruni tangga, tidak, ia belum terlambat, hanya saja Jennie belum sarapan, jadi ia harus cepat.
Tiba di ruang makan ia sudah melihat Irene yang duduk menunduk memainkan ponselnya. Jennie pergi ke westapel terlebih dahulu untuk mencuci tangannya lalu kembali mendekati meja makan.
Saat mendengar suara kursi yang bergerak Irene mengangkat pandangannya dan mendapati sang adik yang sudah duduk disebrang dengan wajah datar?
Tidak, bukan datar yang dingin dan jutek seperti Irene, tapi wajah datar biasa, tidak ada senyum tipis, raut marah ataupun jutek, hanya memang wajah datar biasa tanpa ekspresi, hambar. Ngerti nggak, anggap ngerti aja deh...
"Ekhemm.. maaf baru turun, eonni kenapa belum makan?" Jennie bertanya tapi ia tak menatap sang kakak yang sedari tadi menatapnya.
Tak ada jawaban, Jennie mencoba menguatkan hatinya, lalu mencoba menatap makhluk cantik rupawan didepan yang berstatus sebagai kakaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not The Same
RandomMereka saudara satu ayah dan satu ibu, itu sebabnya wajah mereka ada sedikit kemiripan satu sama lain, namun perbedaan itu tetap ada...