Typo
🌺🌺🌺
Happy Reading!!
____________
_______________"Nini."
Sapaan itu tak langsung disahuti seperti biasanya, Irene menghela nafasnya melihat sang adik yang terlihat termenung. Sejak kejadian dikampus tadi adiknya itu belum ada lagi mengeluarkan suaranya jika tak diajak bicara.
Irene duduk di samping sang adik yang duduk di sofa, matanya memang menatap kearah televisi yang hidup tapi tatapan matanya terlihat kosong.
"Dek." Sekali lagi Irene memanggilnya dengan menyentuh bahunya sehingga membuat sang adik tersadar.
"Eh eonni, kenapa?" Tanyanya yang terlihat linglung.
"Sayang kamu kenapa? Kamu masih mikirin kejadian tadi? Apa perkataannya masih mengganggumu?" Irene bertanya dengan lembut, jujur saja Irene tak akan bisa dengan mudah melupakan perilaku pria itu yang sudah merendahkan adiknya.
"Katakan sayang, jangan hanya diam dan dipendam. Jika itu sangat mengganggu dan menyakitimu katakan pada eonni, jika pun kamu menangis eonni akan ada disini untuk memelukmu. Eonni tak akan mengabaikanmu lagi, eonni akan berusaha untuk selalu menjagamu. Kamu percaya sama eonni kan?"
Diusapnya pipi adiknya itu dengan lembut, Irene merasa mungkin adiknya masih ada rasa sungkan untuk terbuka padanya karena dulu selalu diabaikan. Irene akan memaklumi itu, tugasnya lah yang harus bisa membuat adiknya agar selalu bisa merasa nyaman dan mau terbuka padanya.
"Eonni~" Jennie mulai tak bisa menahan air matanya yang mulai nampak menumpuk dipelupuk mata.
Bibirnya bergetar menahan perasaan yang tak mengenakkan yang sejak tadi coba ia abaikan tapi itu sangat sulit karena ini pertama kalinya Jennie menerima perlakuan seperti itu dari orang lain apalagi didepan banyak orang.
"Iya sayang, kenapa?"
"Hiksss... ini,, sakit eonni. Nini tak murahan kan? Nini bukan jal-"
Irene segera menarik Jennie kepelukannya, "Sssttt jangan katakan itu sayang, adik eonni adalah gadis baik. Kamu sangat berharga bagi eonni juga eomma dan appa dan juga mungkin bagi banyak orang diluar sana yang sudah mengenal kamu. Jangan dengarkan kata-kata sampah pria brengsek itu."
"Tapi semua mendengarnya eonni, Nini takut mereka akan membenci Nini bahkan menganggap Nini begitu."
"Tidak akan, mereka tidak akan melakukan itu. Jika itu terjadi maka eonni sendiri yang akan memberi mereka peringatan agar tak mengganggu kesayangan eonni. Mereka tak berhak melakukan itu."
"Hikksss... Nini hanya takut eonni, Jay sunbae memiliki banyak pengagum. Bagaimana jika mereka tak terima, bagaimana jika mereka akan mengganggu? Mereka banyak."
"Tidak sayang, eonni tak akan membiarkan itu." Irene semakin memeluk adiknya berusaha memberi ketenangan.
"Sekarang menangis saja sepuasmu. Tapi nanti setelah ini janji untuk tak terlalu memikirkannya lagi. Eonni tak suka melihat kamu sedih."
Jennie hanya mengangguk didalam pelukan itu, rasa nyaman mulai membuatnya merasa tenang. Pelukan hangat dan nyaman yang sama yang sering ia dapatkan dari kedua orangtuanya.
Irene mulai mengurai pelukan saat dirasa tangis Jennie sudah mereda. Diusapnya kedua pipi tembam itu untuk menghapus bekas air matanya.
"Lihat matanya jadi merah gini, untung tak sampai membengkak. Sudah ya, jangan sampai eomma dan appa melihatnya, mereka pasti akan khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not The Same
RandomMereka saudara satu ayah dan satu ibu, itu sebabnya wajah mereka ada sedikit kemiripan satu sama lain, namun perbedaan itu tetap ada...