Typo
.
.
🍁🍁🍁
.
.
Happy Reading!!
____________
________________Selesai berbicara dengan sang ayah dan perasaannya mulai tenang, Irene pun berpamitan untuk tidur dan pergi ke kamar Jennie sesuai janjinya tadi.
Saat memasuki kamar sang adik, Irene tersenyum saat ibu dan adiknya yang ada di kasur menoleh menatapnya. Keduanya sepertinya sedang berbincang entah membicarakan apa.
"Eonni sudah selesai?" Tanya Jennie segera menurunkan Louis yang sejak tadi ada di pangkuannya, lalu segera ia mengelap tangannya dengan tissu takut ada bulu Louis yang nyangkut dan itu membuat kakaknya tak mau dekat dengannya karena takut alergi.
"Kasihan Louisnya, sepertinya dia masih ingin bermanja sama kamu." Ucap Irene menyusul duduk disebelah sang ibu sehingga membuat Chaerin kini di tengah kedua anak gadisnya itu.
"Gwenchana, Louis sepertinya juga sudah mengantuk." Jawab Jennie saat melihat kucing abunya itu yang kini sudah mulai berbaring di tempat tidurnya.
"Sepertinya eomma pergi sekarang, kalian istirahat saja." Ucap Chaerin sudah mengusap pipi Irene yang kini memeluknya dengan menyandarkan kepala dibahunya.
"Sebentar lagi saja eomma, Rere butuh pelukan eomma." Bisik Irene sangat lirih takut terdengar Jennie yang kini memiringkan kepala untuk menatapnya.
Chaerin mengerut bingung, ia menoleh menatap putri sulungnya yang biasa terlihat kuat itu kini terlihat berbeda. Wajahnya nampak seperti menyimpan beban yang cukup berat.
"Gwenchana?" Tanyanya lirih
Irene mengangguk, tapi meski begitu Chaerin tau ada sesuatu yang mengganggu pikiran putri sulungnya ini sekarang. Irene yang sudah memejamkan matanya nyaman dibahu sang ibu kini bisa merasakan jika punggungnya mulai diusap dengan lembut, ia tau itu perbuatan ibunya yang mungkin peka jika sekarang ia sedang tak begitu baik-baik saja.
"Eonni kenapa?" Jennie bertanya saat melihat kakaknya yang hanya terdiam dengan mata yang sudah terpejam.
Jennie juga sudah berpindah duduk didepan ibu dan kakaknya sekarang. Gadis itu sedikit menunduk untuk melihat wajah sang kakak yang masih memejamkan matanya nyaman.
"Eonni sudah tidur?" Tanya Jennie lagi.
Irene menggeleng kecil, lalu membuka matanya dan tersenyum saat melihat wajah sang adik yang menatapnya cukup dekat dengan tatapan polosnya tapi juga nampak khawatir.
"Eonni tak apa, hanya ingin memeluk eomma sebentar, tak apa kan eonni meminjam pelukan eomma sebentar?" Tanyanya sudah mengusap pipi Jennie.
"Kenapa meminta izin? Eomma kan eomma kita bersama. Eonni berhak kapan pun meminta pelukan dari eomma. Tidak perlu izin dariku." Jawabnya lalu mengerucutkan bibirnya lucu.
"Eonni tau itu. Sini, eonni juga ingin memelukmu." Irene merentangkan satu tangannya yang bebas bersiap menerima tubuh Jennie yang langsung dengan senang hati berhambur kepelukannya.
"Eonni gwenchanayo? Kenapa eonni terlihat sedih?" Tanya Jennie yang kini tak hanya memeluk Irene tapi juga satu tangannya mencoba memeluk ibunya meski tak sepenuhnya bisa ia lakukan karena posisinya yang ada didepan antara kakak dan ibunya.
"Eonni hanya sedikit lelah, kamu tau kan tadi siang eonni rapat selama beberapa jam, jadi rasanya sedikit lelah dari biasanya karena kita hanya duduk diruangan itu tanpa ada istirahat yang banyak."
"Kenapa eonni baru mengatakannya? Seharusnya eonni jujur sejak tadi jika lelah jadi Nini bisa menghibur eonni sejak tadi."
"Tidak apa, melihat senyummu saja sudah membuat lelah eonni berkurang. Jadi tetaplah tersenyum heum, jangan hilangkan senyum menggemaskan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not The Same
RandomMereka saudara satu ayah dan satu ibu, itu sebabnya wajah mereka ada sedikit kemiripan satu sama lain, namun perbedaan itu tetap ada...