Jen-45

659 95 58
                                    

Typo
.
.
🍁🍁🍁
.
.
Happy Reading!!
____________
_______________

Drrtttt....

Irene melirik ponselnya yang berdering, dilihatnya nama Yeri yang menelponnya. Keningnya mengkerut, tidak biasanya Yeri menelponnya begini. Karena penasaran ia pun langsung mengangkat panggilan itu dan menutup file yang baru saja selesai ia kerjakan.

"Yeoboseyo Yeri-ah?" Sapanya yang langsung disambut dengan suara panik Yeri.

"Eonni hikss Jennie,, eonni,,"

"Yeri ada apa? Jennie kenapa? Katakan!" Entah kenapa Irene menjadi panik juga dan perasaannya menjadi tak enak sekarang mendengar suara Yeri yang juga disertai tangisannya.

"Eonni, Jennie masuk rumah sakit, dia hikss dia kesusahan bernafas dan sekarang sedang diruangan ICU."

Bagai disambar petir Irene terdiam membeku mendengar ucapan Yeri. Sempat ia merasa jiwanya pergi dari raga sebelum akhirnya Irene tersadar dari keterkejutannya.

"Y-yeri-ah kamu bohong kan? Ba-bagaimana bisa?" Suaranya sudah gemetar, rasanya ponselnya akan jatuh jika ia tak menahannya dengan kedua tangan.

"Aku akan ceritakan, tapi eonni datanglah kesini. Aku takut, aku akan mengirimkan alamatnya."

"N-ne eonni akan datang, kirimkan alamatnya sekarang."

Dengan tangannya yang gemetar Irene mulai membereskan mejanya dan mengambil tasnya. Sebuah notifikasi pesan masuk dari Yeri yang mengirimkan alamat rumah sakit dimana Jennie dibawa.

"Nini bertahanlah sayang. Tuhan tolong jaga adikku." Air matanya sudah tak bisa ia tahan.

Dengan langkah yang sedikit berat Irene segera keluar ruangannya dan langsung berpapasan dengan Seokjin yang berbicara dengan Nayeon.

"Rene kau kenapa menangis? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Nayeon langsung menghampirinya.

"Jennie, adikku masuk rumah sakit, Nayeon-ah, aku,, aku harus pergi sekarang." Ucapnya dengan suara gemetar.

Nayeon tentu juga terkejut mendengarnya. "Rumah sakit? Tapi kamu tak mungkin menyetir sendiri dengan keadaan begini Rene."

"Aku bisa mengantarnya." Ucap Seokjin cepat, melihat keadaan Irene membuatnya juga merasa khawatir.

"Ah Seokjin-ssi, apa tak apa?"

Seokjin mengangguk. "Heum, bukankah aku kesini tadi memang untuk bertemu Irene kan? Jadi tak masalah." Ucapnya.

"Ayo kita pergi sekarang, aku ingin meliha adikku." Ucap Irene langsung menarik lengan Seokjin, tidak ada waktu untuknya menolak karena yang ia pikirkan sekarang adalah keadaan adiknya.

"Baiklah ayo kita pergi."

"Jin-ssi nanti kirimkan alamat rumah sakitnya ya. Aku akan menyusul bersama Minho." Ucap Nayeon.

Seokjin mengangguk lalu mulai merangkul bahu Irene yang terlihat sedikit tak stabil saat berjalan.

"Nini, kamu akan baik-baik saja kan."

"Kita doakan semoga adikmu baik-baik saja. Dia gadis yang kuat." Seokjin mencoba memberikan pikiran positif pada Irene gadis yang dua bulan ini sudah cukup banyak mengambil perhatiannya.

Ya mungkin ia mulai mempunyai perasaan lebih pada Irene, tapi Seokjin tak ingin menyimpulkannya begitu saja. Biarkan semuanya berjalan apa adanya, mungkin seiring berjalannya waktu ia bisa memastikan semuanya.

Not The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang