Jen-42

604 86 35
                                    

Typo
.
.
🍁🍁🍁
.
.
Happy Reading!!
___________
________________

"Oh jadi dulu oppa sempat menyukai Jisoo eonni dan berencana untuk meminta Jisoo eonni jadi kekasih oppa saat prom night sekolah? Tapi karena harus kuliah di luar negeri membuat oppa hanya bisa mengatakan perasaan oppa saja tanpa meminta Jisoo eonni untuk menjadi kekasih? Kenapa?"

Joshua memghela nafasnya kasar, ada penyesalan juga di dirinya kenapa dulu ia tak mencoba saja mengajak Jisoo berkencan meski harus LDR.

"Dulu oppa tak tau harus bagaimana Jen, oppa berpikir jika kuliah di luar negeri akan membuat oppa sibuk dan bisa saja akan jarang mengabari Jisoo. Jadi oppa tak mau membuatnya merasa terabaikan nantinya. Apalagi dengan kenyataan oppa baru mengatakan perasaan padanya disaat lulus sekolah. Mungkin jika saat itu hubungan kami sudah berjalan lebih dari tiga bulan saja, oppa pasti tetap mempertahankan hubungan kami."

"Kenapa oppa baru menyatakan perasaan saat lulus sekolah? Bukankah oppa bilang tadi jika oppa sudah menyukai Jisoo eonni saat awal semester di kelas XI?"

"Itu karena oppa tak percaya diri, Jisoo gadis yang ramah dan humble. Jadi dia memang mudah dekat dengan siapa saja, oppa hanya takut terbawa perasaan sendirian."

"Oppa pengecut."

Bukannya marah Joshua malah terkekeh mendengar ucapan Jennie.

"Ya kamu benar, bisa dikatakan begitu, apalagi saat itu oppa tau banyak yang menyukai Jisoo bahkan teman baik oppa sendiri."

"Lalu bagaimana respon Jisoo eonni saat oppa menyatakan perasaan padanya tapi tidak memintanya untuk menjadi kekasih oppa?" Oh ayolah jangan salahkan Jennie jika sangat kepo dengan hubungan Joshua dan Jisoo. Jennie hanya masih tak menyangka saja jika Jisoo mengenal kakak sepupunya ini.

"Awalnya dia kaget, tapi pada akhirnya ia bisa menerimanya dan mengerti keadaan oppa. Tapi saat itu sebelum berpisah Jisoo juga sempat mengakui perasaannya pada oppa, dan dia juga bilang jika tak ada pria lain yang bisa membuatnya jatuh hati lagi mungkin perasaannya pada oppa akan tetap ada hingga oppa kembali."

"Huh~ jadi maksudnya Jisoo eonni akan menunggu oppa kembali? Oppa itu kejam, kenapa oppa menggantungkan perasaan Jisoo eonni seperti itu? Lebih baik tak pernah mengakui perasaan saja saat itu jika oppa hanya ingin memberi harapan palsu padanya."

Joshua hanya bisa meringis saat Jennie mengomelinya bahkan memukul-mukul lengannya dengan gemas.

"Huh menyebalkan." Jennie memasang wajah kesalnya setelah puas memukul Joshua yang hanya bisa pasrah saja, ya karena sejujurnya pukulan Jennie tak begitu sakit.

"Oppa juga tak tau saat itu jika Jisoo juga mempunyai perasaan pada oppa Jen. Oppa hanya berpikir untuk mengakui perasaan oppa saja agar tak selalu di pendam."

"Tapi kenapa oppa tak meminta Jisoo eonni menjadi kekasih saat Jisoo eonni membalas perasaan oppa?"

"Oh itu? Saat itu jujur saja oppa merasa terkejut dan jantung oppa berdebar kencang dengan pengakuan Jisoo dan hanya bisa terdiam hingga oppa tak sadar jika Jisoo sudah pergi." Joshua memberikan cengirannya yang medapat tatapan tak percaya dari Jennie.

"Ah oppa menyia-nyiakan kesempatan. Kenapa oppa dulu sangat cupu?"

"Aish bocah ini bicara seperti sudah ahli saja dalam percintaan. Memangnya kau sudah pernah jatuh cinta?" Karena gemas dengan Jennie yang sejak tadi mengomel padanya seperti seorang ahli Cinta Joshua pun mengacak gemas rambut adik sepupunya itu.

"Ih bukan begitu, kan sayang sekali oppa tak menjadikan Jisoo eonni kekasih. Padahal Jisoo eonni cantik terus baik lagi. Aku kan juga senang." Ucapnya membela diri.

Not The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang