------ • ------
Masih diam.
Tsukishima masih diam, kelihatan bingung dengan jawaban yang akan dia keluarkan. Berbeda denganku, yang sedikit terisak akibat menceritakan segala kejujuran tentang hidupku tadi.
"Jujur aja aku memang ada rasa sama gitchi."
Aku noleh cepat.
"Tapi karena kamu bukan dia, yaudah. Toh itu juga bukan keinginan kamu." Sambungnya sambil menatap datar.
"Seharusnya aku juga udah mati." Ucapku menunduk.
"Goblog, bukannya bersyukur."
"Ih, tai! Aku udah bersyukur tau! Tapi nggak enak aja sama gitchinya."
Aku membuang muka kesal. Menatap kedepan, kearah bus besar yang sudah berhenti menunggu aku untuk masuk kedalamnya. Kini aku berdiri, menenteng tas sambil menoleh kearah tsukishima.
"Pokoknya semua ceritaku tadi, kamu rahasia-in ya!"
Tsukishima mengangguk.
"Awas kalo bilang bilang!"
"Cih, iya."
Aku tersenyum kecut lalu masuk kedalam bus. Meninggalkan tsukishima dengan boneka dino nya yang duduk melihatku pergi. Bokongku segera duduk dikursi, menatap ke langit langit kendaraan ini dengan pikiran kosong. Membayangkan, apa yang akan terjadi jika aku telah mati.
Ah, entahlah.
Benar kata tsukishima, aku harus bersyukur. Bersyukur karena telah hidup kembali dalam keadaan sehat. Bersyukur karena hidup dan bertemu dengan tokoh tokoh ini dan bercengkrama bersama sama. Tapi orang mana yang tidak merasa bersalah jika berada disituasi sepertiku. Pasti akan merasa nggak enak tentunya.
"Sebaiknya aku berdoa untuk ketenangan gitchi." Gumamku kecil.
Bus tiba tiba berhenti. Sepertinya menemukan pelanggan lagi untuk segera diantar ke tempat tujuan. Yaudah, nggak peduli. Lebih baik aku main handphone dan mendengarkan musik sambil menghalu.
TRAK.
Pintu depan bus itu terbuka, menyertakan orang yang juga akan masuk dan segera duduk didalamnya. Siluet laki laki dengan rambut yang kelihatan khas, langsung membuat kedua mataku perlahan menatap kearahnya.
Sial, sial, sial.
Mataku melotot, berusaha menahan diri agar tak teriak. Bisa bisanya aku ketemu tokoh ini sebelum masuk ke camp pelatihan.
'WAH! ITU AKAASHI AJG?!! HUSBU KU YANG PERTAMAAA!'
Aku menggigit bibir, sambil melotot kearahnya. Wajahku persis seperti orang yang sedang menahan berak. Bagaimana tidak begitu? Ada husbuku loh yang lagi berjalan santai kearah kursi kosong dibelakangku.
Bahkan ada si burung hantu resek itu juga mengikutinya.
'WUOOOAH! AKAASHI DAN BOKUTO LAGI NAIK BUS YANG SAMA DENGANKUUU!'
Masih dengan wajah nahan berak, aku mengintip mereka berdua lewat kaca ponsel yang memantul langsung ke wajah mereka. Bahkan rasanya aku memang lebih mirip stalker yang lagi ngintipin mangsa baru. Tentu saja lah aku merasa senang, husbu ku ada disitu!
Rasanya mau pingsan, tapi nggak bisa dan nggak mungkin aku mau pingsan. Mana mungkin aku membiarkan mereka pergi begitu saja. Harus minta nomornya lah, hihi.
"Permisi, kamu akaashi kan?"
"Ya?"
Cowok yang gantengnya bukan main itu langsung menatap kearahku, entah dia sedang bingung atau biasa saja. Aku nggak tau, karena wajahnya datar sekali. Bahkan aku yang sedang menyeimbangkan diri dengan memegang pegangan di langit langit itu pun langsung merasa ingin jatuh. Nggak kuat sama kegantengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTINUE || Haikyuu!
FanfictionBukankah aku sudah mati? Kenapa aku ada disini? Aku tidak akan pernah melupakan fakta bahwa aku secara ajaib melanjutkan hidup sebagai cewek kelas satu yang dikenal dingin dan pendiam di karasuno high school. Dengan kata lain, aku berada di dunia ha...