------ • ------
"Eum.. omong omong, aku bohong soal kageyama."
Ia melepaskan pelukan, sedikit memiringkan kepala.
"Aku gak suka sama dia. Waktu itu aku cuma ngarang, gak tau mau jawab siapa lagi."
"Jadi soal crush--"
"Iya itu bohong. Aku kehabisan kata kata, jadi harus bawa bawa kageyama deh."
Dia memelukku lagi, lebih erat. Jadi terlihat seperti seekor induk rubah yang memeluk anaknya karena tidak bertemu selama seminggu.
"Bagus deh kalo bohong. Berarti hati kamu cuma buat aku."
"Eitt, gak juga--"
"Harus!" Potongnya, sambil menatap mataku dari dekat.
Aku mendorong wajahnya. "Iya iya, jangan heboh sendiri dong. Itu diliat sama orang orang, dikiranya kenapa."
GREP!
Lenganku digenggam olehnya, kedua bola matanya kemudian menusuk Indra penglihatanku. Sekilas memberikan tatapan tajam.
"Aku gak peduli sama orang orang!"
"Karena kalo lagi bareng sama kamu, yang lain cuma bot."
Kata kata yang ia lontarkan berhasil membuatku terbang semakin jauh ke angkasa. Fakta bahwa suna san terlihat seperti orang yang terserang virus 'bucin', berhasil membuatku ingin berteriak hingga orang orang disini kaget.
Dan sialnya lagi, kurasa aku juga akan sangat 'bucin' kepadanya. Aduh, kuharap aku masih bisa sedikit normal.
"Pergi yuk." Ia menarik lenganku.
"Kemana?"
"Kemana aja, asal bareng kamu."
---
Sejenak alunan musik biola dari pria tak dikenal menusuk pendengaran. Bahkan aku jadi bisa sedikit paham bahwa ia melakukannya karena membutuhkan uang. Tapi jujur, suasananya cocok sekali jika ditambahkan dengan hal begituan.
Aku bersama suna san masih menaiki motor, menepi sebentar karena lampu merah yang tak kunjung berganti menjadi hijau. Burung gagak juga terlihat menepi pada kabel listrik, seperti paham bahwa hari akan menjadi semakin sore-- menandakan waktu beristirahat akan tiba.
Omong omong, yang kami lakukan sejak tadi adalah berputar putar, menaiki motor tentunya-- menatap langit senja dari motor secara apik.
"Mau makan?"
"Gak, masih kenyang."
Motor terlihat kembali melaju. "Kalo gitu, mau minum?"
"Gak haus."
"Terus kita ngapain dong?"
"Pulang lah, ini udah hampir malem."
Dia buang nafas. "Gak mau, aku mau terus sama kamu."
"Kan masih banyak waktu lain."
"Please.."
"Nanti pelatihku marah, suna san.."
"Suna san?"
Dia tiba tiba memelankan laju motornya, membuatku agak terkejut setelah dia benar benar berhenti pada trotoar khusus pejalan kaki. Jika dilihat oleh polisi, aku yakin dompetnya akan terkuras habis akibat ditilang.
"Mulai sekarang panggil aku rin, aku maksa."
"Kalo gak mau?"
"Kalo gak mau, masih banyak panggilan lain kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTINUE || Haikyuu!
FanfictionBukankah aku sudah mati? Kenapa aku ada disini? Aku tidak akan pernah melupakan fakta bahwa aku secara ajaib melanjutkan hidup sebagai cewek kelas satu yang dikenal dingin dan pendiam di karasuno high school. Dengan kata lain, aku berada di dunia ha...