chapter 26

671 115 11
                                    


------ • ------

"Nyampe sini aja, suna san."

Boleh ku bilang, bahwa suna san memang pembalap jalanan yang bertukar profesi sebagai pemain voli. Bahkan beberapa kali aku kalap, sampai hampir pingsan hanya karena dibonceng olehnya. Dia nggak pernah puas untuk menjahiliku, sampai sampai di motor pun juga tetap membuatku marah--- mungkin juga membuatku hampir mati.

Sejak tadi pagi bahkan sampai sore ini kami hanya muter muter di festival, nggak menemukan makanan selanjutnya yang kelihatan enak untuk dimakan. Entah kenapa aku merasa moodku hilang sejak pertengkaran suna san dan Kageyama. Dan benar saja, mood suna san juga telah lama hilang karena pertemuan dia dengan kageyama tadi. Entah kenapa dia selalu marah saat aku membahas kageyama, ada dendam pribadi atau gimana sih?

"Kenapa?" Suna san bertanya, kelihatan bingung melihatku berjalan dengan kriteria macam orang mabuk. Bener sih, aku mabuk. Mabuk perjalanan gara gara suna san yang ngebut ngebut semacam orgil, yakali mabuk cinta.

"Lain kali kalo bawa motor, pikirin perasaan orang yang dibonceng." Suaraku juga jadi mirip orang mabuk. Sialan.

"Hahaha, jadi ceritanya kamu lagi mabok?"

"Dikit siih, and agak pusing."

"Oh, pusing. Terus mau dibeliin apa biar nggak pusing?" Tanya suna san, yang sontak membuatku melotot kembali. Wajah suna san dipangku oleh tangannya sendiri, dengan siku menempel pada bagian atas motor besarnya.

"Kamu sehat?"

"Nggak, lagi sakit gigi stadium 6."

"Iih!"

"Berjanda." Balas suna san sambil tersenyum menjengkelkan.

Aku menghembuskan nafas, entah untuk keberapa kalinya. "Sebenernya hari ini suna san kenapa sih? Tumben baik banget sama aks."

"Emang selama ini aku nggak baik?"

"Nggak." Yang pasti aku jujur, toh karena memang selama ini suna san selalu mengangguku, dia adalah orang yang nggak bisa tenang bukan? Aku jujur, nggak ada bohong bohongan.

"Masa sih aku nggak baik? Terus tadi buat apa aku beliin kamu seblak sampe 5 mangkuk?"

"Ya- yakan tadi. Tadi doang baiknya, biasanya juga bikin emosi."

Suna san berdecak kecil. "Terus, emangnya kriteria orang baik menurut kamu apa?"

Aku terdiam sejenak mengimbangi pertanyaan simple yang diberikan oleh suna san. "Mungkin-- orang yang kayak kita san?"

Wajah suna san sama kayak orang habis melihat karakter anime kesukaannya hidup. Kelihatan kaget banget dengan mata melotot tajam kearahku. "Serius?"

"Iya lah. Kita san itu baru cowok baik. Menurutku sih, dia idaman para jomblowati di dunia ini---- plus di duniaku dulu." Aku turut mengecilkan suara setelah mencapai kalimat terakhir.

"Terus aku harus kayak kita san dulu baru dicap baik sama kamu?"

Aku seperti ngelag beberapa saat, menyadari kata katanya barusan yang terkesan aneh. Entahlah, apakah ada yang aneh dari kata katanya atau tidak, aku juga kurang tau. Mungkin akibat mabuk perjalanan tadi pikiranku juga jadi ikut mabuk. Aku nggak mau geer, karena karakter yang satu ini. Karena dia memang semestinya hanya karakter yang kusuka, nggak lebih.

"Y-ya nggak selalu sama aku. Kalo kamu bersikap kayak kita san pasti dicap baik juga sama semua orang."

Dia membuang nafas. "Jadi kamu mau aku kayak kita san?"

CONTINUE || Haikyuu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang