------ • ------
Mati lampu.
Keadaan yang sama seperti saat aku dibangkitkan, gelap gulita. Terdengar teriakan nyaring dari laki laki yang sedang berceloteh riang di sekitarku, namun aku juga tak luput dari itu.Rembesan kuah ramen yang tumpah karena tidak sengaja ku senggol pun pelan pelan membuat celana ku basah. Aku tidak bisa mengira siapa yang akan terkena kuah ramen, karena ini betul betul gelap. Jantungku berdegup kencang,
ini benar benar mengerikan.
PATS!
Suna san tampak menghidupkan layar ponsel nya dengan sinar yang langsung menyorot ke wajahnya. Aku hampir berteriak karena itu. Cukup kaget melihat mata tajam dan seragam yang memerah karena kuah ramen. Dia melirik kearahku kesal, sepertinya dia sadar kalau aku yang menumpahkannya.
"Basah semua." Suna san menggerutu.
"Waduh..." Osamu terlihat menatap bingung kearah suna. Sepertinya dia agak geli melihat mie yang tercecer di seragam blocker inarizaki itu.
"Maaf!! Aku nggak sengaja!!" Aku membungkuk berkali kali, tanda bahwa aku sangat menyesal tidak sengaja menumpahkannya. Huh! Betapa bodohnya aku..
"Suna, gimana kalo kamu pinjam baju aku aja dulu? Untuk sementara." Ucap atsumu san.
Suna san terlihat tidak acuh, dia mengambil ponsel miliknya dan menghidupkan senter. Ia menjatuhkan sisa sisa mie yang ada pada seragamnya lalu berjalan kearah kamar atsumu dan Osamu yang terletak di lantai dua. Terlihat si pirang mengekor dari belakang.
Di sela jalannya, dia membalikkan kepalanya dan melirikku dengan kesal. Dari tatapannya aku bisa mengira dia akan bicara 'mati lo!' atau 'awas kamu!' tapi entahlah, kepalaku pusing sekali memikirkannya.
Aku melirik kita san yang tiba tiba berdiri, dia meminjam ponsel milik Osamu dan terlihat berjalan kearah dapur. Tangannya membawa beberapa mangkuk ramen yang belum habis. Mereka bilang, tidak ingin menghabiskan karena sudah tidak selera lagi. Aku tentu saja ingin membantunya mencuci, namun dia mencegahku dan menyuruh Aran san yang membantunya. Sedangkan aku bertugas untuk mengelap sisa ramen yang berserakan dilantai.
Hening.
Aku paling takut dalam keadaan seperti ini. Sunyi, gelap, semua menjadi satu dan membentuk sebuah kengerian tersendiri bagiku. Tanganku gemetar, keringat dingin bercucuran, aku sekarang mengerti kenapa ada beberapa orang yang fobia kepada kegelapan. Ternyata ini memang benar benar mengerikan.
'sial.'
Tap.
Tangan kekar milik Osamu mendarat di dahiku. Mulutku hampir saja mengeluarkan teriakan karena sangat terkejut dengan tepukan kecil itu. Di sela sela keremangan senter ponsel, mataku menangkap wajah Osamu san yang agak khawatir. Agak khawatir? Kenapa?
"Kulitmu dingin."
"Eh iya, cuacanya cukup dingin hari ini." Timpalku.
"Jangan bohong." Dia tampak memandangi wajahku dengan serius. Matanya menangkap tanganku yang masih sedikit gemetar.
"Kamu.. takut gelap kan?" Lanjutnya.
Mataku membelalak kaget, masih tidak percaya karena laki laki ini sadar dengan gestur tubuhku. Segera aku buang raut tersebut, dan kembali berekspresi tenang. "Aku takut? Enggak lah."
"Tanganmu gemetar, kamu takut kan?"
"Enggak." kataku mantap.
"Jangan bohong."
"Aku serius." Aku membuang nafas gusar, seraya mengambil lap di meja dan mulai mengelap lantai yang tercecer kuah ramen diatasnya. Tampak osamu san juga mengikuti kegiatan yang telah aku lakukan, dia mengelap lantai dengan serius disebelahku. Mataku masih memerhatikan dia, entah sejak kapan laki laki ini menjadi sedikit lebih.. tenang?
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTINUE || Haikyuu!
FanficBukankah aku sudah mati? Kenapa aku ada disini? Aku tidak akan pernah melupakan fakta bahwa aku secara ajaib melanjutkan hidup sebagai cewek kelas satu yang dikenal dingin dan pendiam di karasuno high school. Dengan kata lain, aku berada di dunia ha...