------ • ------
Bersendawa.
Aku memegang perut sambil bersendawa karena kenyang, setelah melahap habis sekotak takoyaki tadi. Suara teriakan, bahkan obrolan entah darimana kerap kali masuk ke telingaku memberikan kesan festival yang khas. Aku berjalan bareng suna san, melewati kerumunan orang sambil menengok kanan dan kiri berharap ada makanan enak lagi agar bisa aku cemilin.
Dilihat dari banyaknya warung disamping kanan kiri tubuhku, aku yakin bahwa hari ini uangku dan uangnya suna san akan habis akibat membeli begitu banyaknya makanan. Tapi kok kayaknya suna san santai aja ya, mungkin dia memang udah siapin uang banyak. Atau jangan jangan, dia mau ngeborong semua?
"Oi, mau permen apel nggak?"
Aku langsung menengok ke sumber suara yang telah memanggilku barusan. Hah, permen ya. Entah kenapa, aku kurang suka dengan makanan yang manis manis. Lebih enak makanan gurih, yang terkesan pedas dan asin. Aku suka kalau kayak gitu.
Aku menggeleng pelan. "Nggak suka manis manis."
Suna san langsung melotot. "Nggak suka manis manis? Nggak mungkin." Ujarnya terkesan nggak percaya.
"Apasih orang emang nggak suka kok."
Dia mengangkat alis. "jelas jelas aku sering liat kamu makan permen kaki."
Aku terperanjat.
Sial, aku hampir lupa dengan kebiasaan gitchi selama ini. Kenapa kesukaannya harus berbanding terbalik sih denganku?
Aku menatap kearahnya. "Kok kamu bisa tau aku suka permen itu?"
"Ya tau aja." Jawabnya datar.
Gara gara jawabannya, wajahku jadi ikut datar. Nggak ngerti lagi deh sama kelakuan si sipit ini. Mending aku segera beli bakso bakar yang kayaknya enak banget. Udah ditandain soalnya sama baunya.
"Suna san! Daripada permen, mending bakso bakar. Yuk!" Aku menarik tangan suna san, membuat dia kini berjalan mengikutiku.
Terdengar sedikit kekehan suna san yang membuatku sedikit malu. "Dasar rakus." Gumamnya pelan.
Walaupun pelan, tapi kedengeran jelas loh sama aku. Mengkesal dah.
BRUK.
"Ah maaf!"
Aku nggak sengaja menabrak seseorang. Tubuhku langsung sedikit membungkuk sih, nggak enak sama yang kena tabrak. Berusaha nggak peduli, kini kakiku lanjut bergegas jalan. Takut ditinggal sama suna san soalnya.
"Gitchi?"
Aku berhenti.
Menoleh kebelakang dan mendapati seseorang dengan surai telur yang khas, tengah berdiri menatapku dengan pasang mata terkejut miliknya. Ditangan kanannya tertera satu cup minuman, yang tertulis bacaan 'susu sapi asli'. Dan bisa kutebak itu adalah salah satu favoritnya.
"Kageyama?" Aku tersenyum lebar kearahnya, berharap dengan senyumanku itu dia bisa kembali berbincang dan bercanda kepadaku seperti biasa. Namun kayaknya gagal, wajahnya masih saja datar dengan pandangan mata jengkel yang tak kukenal.
"Kamu kesini?" Mulutku kembali mengucapkan pertanyaan dengan ragu. Takut, jika saja dia tak menjawabnya seperti yang sudah sudah.
"Ya."
"Bareng siapa?"
"Bukan urusanmu."
JEDARR..!
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTINUE || Haikyuu!
FanficBukankah aku sudah mati? Kenapa aku ada disini? Aku tidak akan pernah melupakan fakta bahwa aku secara ajaib melanjutkan hidup sebagai cewek kelas satu yang dikenal dingin dan pendiam di karasuno high school. Dengan kata lain, aku berada di dunia ha...