chapter 21

820 139 17
                                    

Klean kangen aku nggak? (☞ ͡° ͜ʖ ͡°)☞

------ • ------

Pukul setengah 6 sore.

Langit senja terhias apik membuat mata siapapun yang masih berada diluar seperti tersengat kedalam pori pori miliknya secara perlahan. Burung burung bahkan terus bernyanyi, seiring hembusan angin sepoi sepoi yang menenangkan seperti ini.

Aku masih berada diluar. Menatap jengah kearah langit yang terkadang memberikan kesan ramah kepada benakku yang sedikit terbakar.

"Fyuuh.."

Setelah berulang kali kami belajar di kediaman Hinata, tak ada satupun dari kami yang mengerti penjelasan dari tsukishima. Aku tentunya kesal karena terus terusan dibilang bodoh oleh si blonde berkacamata itu. Bahkan mungkin, monyet pun akan menyerah jika terus diejek begitu.

Aku sempat memukul meja keras, dan keluar dengan mendobrak pintu kamar hinata. Sampai sampai adik Hinata yang kelihatan lucu itu bergidik ngeri, melihatku mengamuk tentunya.

"Ugh."

Tanganku menggurat kesal sembari memikirkan kejadian beberapa menit yang lalu. Kuharap si biang permasalahan segera minta maaf dan mengakui semua kesalahannya.

Tapi agak nggak mungkin sih.

Padahal aku sudah mencoba untuk memberikan boneka dino yang telah ku hias sendiri dengan kotak kado itu. Namun, biarlah tersimpan rapih didalam tas. Aku tak ingin memberikannya sekarang.

Toh karena kesal, aku berniat untuk menjual kembali bonekanya.

CKLEK.

Tsukishima datang dengan segelas teh hangat. Berdiri di sebelahku dengan pandangan mata menatap kearah lain. Aku juga membuang muka tentunya, enggan menatap si biang permasalahan sejak tadi.

"Mo sampe kapan kamu disini, nggak mau belajar?"

Aku memainkan kuku, tak berniat untuk menjawab pertanyaan darinya.

Sebenarnya aku ingin segera pulang dan belajar dirumah, walaupun nilaiku akan anjlok nantinya. Tapi, entahlah. Disisi lain, aku juga menyukai cara belajar bersama seperti ini. Tentu saja ini adalah konsekuensi yang kudapatkan jika mau diajari oleh iblis seperti dia.

Dan untuk wanita yang cepat emosi sepertiku, konsekuensi seperti itu tidaklah gampang.

"Sebenarnya, kamu bisa nggak sih bersikap sedikit lembut?" Aku menatap kearah tsukishima yang juga terlihat menatap kearahku sebentar, dan segera berpaling kearah depan dengan tatapan kosong.

"Kalian itu bodoh banget. Kalo pakai cara lembut agak susah." Lanjut dia, sambil terkikik kecil.

Aku tau dia pasti akan menjawab seperti itu. Bahkan jika berpikir bahwa dia akan bersikap lembut, itu pasti menjadi suatu kemustahilan.

Dari sejak awal aku menonton haikyuu, aku tak pernah merasa bahwa kata kata tsukishima se-menyakitkan ini. Bahkan aku sempat menyukai karakter dengan rambut blonde itu. Namun, jika sudah dirasakan secara langsung, kata kata yang ia lontarkan justru lebih parah dari dugaanku. Aku jadi merasa selalu salah jika didepannya.

"Hikss, BANGSAD."

Kenapa aku menangis? Kenapa hatiku rasanya sesak karena terus diejek terang terangan seperti itu? Oh biarlah. Biarkan saja kalau tsukishima sekarang melototi aku dengan wajah terkejutnya. Aku mau menangis, aku mau menangis pokoknya!

"HUAAAAA!!!" Teriakku sambil menarik rambut.

"Harusnya aku beruntung karena masuk didunia iniii, tapi kenapa kayaknya aku disiksa teruss oleh merekaaaa!!!!"

CONTINUE || Haikyuu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang