chapter 37

431 57 4
                                    


------ • ------

'manusia.'

Pandanganku buram, berusaha mengerjap pelan-- meneliti tempat sekaligus alas dimana aku duduk yang justru membuatku kembali bergidik ngeri. Ini tempat dimana aku bertemu dengan 'tuhan', dan kembali hidup sebagai gitchi.

Ya, tempat gelap itu. Tempat yang mampu membuatku trauma akan kegelapan.

Aku berdiri, berusaha menggumam namun tak bisa karena mulut yang terasa seperti terkunci rapat. Aku tercekat, diam, mematung, menatap cahaya putih yang berjalan kian mendekat kemudian seakan berhenti hendak menyampaikan sesuatu.

'ini pasti tuhan.' ujarku dalam hati.

Yang bisa kulakukan hanya mendongak, menatap cahaya terang yang kini berada dihadapanku dengan mata menyipit. Aku tidak tau mengapa harus bermimpi seperti ini lagi. Apa tujuan-NYA sekarang?

'waktu, habis...'

Aku terkejut, kedua bola mataku lantas membelalak.

'...natasha.'





Mataku terbuka, udara yang berdesak desakan kemudian terasa jelas memenuhi pernafasanku. Keringat dingin rasanya telah membanjiri seluruh tubuh.

Aku berusaha kembali tenang, menoleh kearah jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas malam sambil mengusap wajah.

'Waktu? Habis? Natasha? Apa maksudnya?'

Aku kembali mengusap wajah, meringkuk diatas kasur sambil berusaha menenangkan pikiran pikiran buruk yang kini meledak seperti bom.

Ini gila.

Waktu apa yang akan habis? Lalu, Natasha itu siapa? Ah! Apa mungkin natasha adalah namaku? Yah itu pasti benar, tidak mungkin tuhan memanggilku dengan nama orang lain. Itu pasti namaku!

Sial, perasaanku kalut. Rasa rasanya aku mau berteriak senang sekaligus takut secara bersamaan.

Pertama, senang karena aku mengetahui namaku--- dan dengan kata lain aku mendapatkan identitasku yang selama ini kucari cari. Dan kedua adalah, takut karena kata kata aneh yang belum bisa dimengerti apa maksudnya.

Hah, kepalaku rasanya ingin meledak. Jantungku juga terasa tak tenang akibat overthingking berkepanjangan.

Tidak, kita harus selalu berpikir positif. Mungkin ada salah satu maksud Tuhan yang belum bisa kucerna dengan benar. Dan itu adalah maksud yang baik.

"Gitchi.."

Aku tersentak, langsung menatap kearah sumber suara dengan wajah kaget yang mendominasi.

"Ah, Shimizu san." Aku tersenyum.

Shimizu san terlihat menyipit, sebelum memakai kacamatanya dengan benar. Ia mengusap rambutnya sebentar, kemudian meregangkan tubuhnya secara ringan.

"Mimpi buruk?"

"Yaa, begitulah. Sepertinya aku hari ini sangat gak beruntung." Aku terkekeh.

"Sebaiknya kamu membaca buku, atau menghitung angka secara mundur. Banyak orang bilang, kalau itu membuatmu cepat mengantuk."

Aku menggaruk tengkuk. "Baiklah, akan kucoba."

Ia tersenyum. "Cepatlah tidur, kamu harus banyak beristirahat. Besok pagi, kita harus bantu bantu."

"..ingat kan?" Lanjutnya.




Ah, hampir lupa.

Sudah beberapa hari sejak aku jalan dengan rin, dan sudah satu minggu aku berada di sini untuk ikut camp pelatihan. Dengan kata lain, aku sudah seharusnya kembali pulang ke rumah dan istirahat seperti biasanya.

CONTINUE || Haikyuu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang