chapter 33

479 88 2
                                    

------ • ------

Aku sekarang berdiri berhadapan dengan si sipit ini. Sedikit mendengar dentingan jam sembari menunggu cerita yang ia gumamkan habis. Dia bilang kalau mau pergi kesini sangat sulit, bahkan harus mengeluarkan sedikit uangnya untuk menyogok Kaori san.

Tapi itulah yang justru aku bingung-kan. Mengapa dia pergi jauh jauh kemari, bahkan rela memberikan uang berharganya untuk gadis itu.

"Jadi kamu kesini bareng si kembar?" Dia terlihat mengangguk.

"Terus mereka mana?"

"Nggak tau dan nggak peduli." Ujarnya tersenyum datar.

Aku membuang nafas. "Kalo mereka kesasar gimana coba? Kamu mau tanggung jawab?"

"Aku kan nggak kenal mereka. Terus, buat apa tanggung jawab?"

Mata suna san tertutup sebentar karena lengannya kucubit keras. Namun bukannya kesakitan, dia malah terlihat terkekeh kecil. Huh, mengesalkan.

"Ternyata cubitannya ada kemajuan."

"Terus? mau lagi?"

Ia menyerahkan tangannya "Iya, mau."

Alisku mengernyit. "Dasar nggak jelas."

Sejenak aku menatap suna san yang tampak menatapku balik sambil nyengir nyengir kuda karena barusan aku rengutkan. Membuatku agak heran dengan kelakuannya hari ini. Mengaku bahwa dia sampai dikejar polisi hanya untuk pergi kesini dan bertemu denganku. Serta sengaja tersasar untuk menjebak si kembar agar tak jadi ikut.

Sebenarnya dia gila atau otaknya yang miring? Atau.. dua duanya?

"Hei, apa kamu ada latihan hari ini?" Suna san membuka perbincangan dengan tiba tiba, membuatku agak terkejut karena sedikit melamun.

"Nggak, mungkin libur." Ujarku pelan.

"Benarkah?"

"Iya. Ada masalah?"

Dia menggeleng. "Ikut yuk."

"Hah? Kemana?"

Suna san tidak menjawab, namun menarik tanganku secara paksa. Tentu saja aku terkejut, dasar gila.

"Woi! Mau ngapain?"

Wajahnya berbalik disaat lengan panjangnya menarik pergelangan tanganku dengan pelan namun memaksa. Kulihat sedikit senyum terpampang mulus pada wajah datarnya. "Kabur."

Pada detik pertama kurasakan mataku langsung terbelalak. Tentu saja karena kata kata gila yang dia bilang pada beberapa waktu yang lalu.

Kabur? Pergi dari tempat ini tanpa bilang? Keluar dari sini tanpa melapor? Dia serius?

"Kamu gila! Nanti kalo aku ketahuan pelatih gimana?"

"Tenang aja, nggak akan ketahuan."

Alisku langsung menukik tajam. "Kamu enak tinggal ngomong begitu, gimana deng--"

"Sstt!" Kami bertatapan. "Nggak usah khawatir, percaya aja sama aku."


SET.


"Di pake, ada polisi soalnya."

Di tanganku kini hanya ada helm yang barusan di beri suna san tanpa aba aba. Mengesalkan? Oh tentu saja mengesalkan. Siapa bilang suna san sudah bertaubat untuk tidak mengesalkan sehari saja?

"Me-memangnya kita mau kemana?"

"Rahasia."

"Kalo main rahasia rahasiaan, aku nggak mau ikut." Ujarku bersedekap ria.

CONTINUE || Haikyuu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang