09 : DHIMH

859 55 1
                                    

Aida terlelap, selain mengantuk, ia juga merasa kekenyangan akibat memakan mie goreng dua porsi. Beginilah jadinya, jika sudah kenyang, waktu nya tidur.

Bunyi klakson dari mobil abu-abu milik Pak Rt mengejutkan Faisal, ia menepikan mobilnya. Faisal kemudian melepas seatbelt nya lalu keluar dari mobil, meninggalkan Aida yang tertidur di jok penumpang. Lama ditinggal, ternyata Pak Rt salah mengira, dikiranya Pak Rt, mobil yang dikemudikan oleh Faisal itu mobil temannya, makanya ia meng klakson kan, tetapi dugaannya salah.

Aida merasa terusik dalam tidurnya dan akhirnya ia terbangun, melihat sekitar dan tidak mendapati Faisal. Faisal akhirnya kembali masuk kedalam mobilnya.

"Abang darimana?? Kita belum sampai kah?"

Faisal memasang seatbelt nya kembali, menyalakan mobil dan melajukan mobil dengan kecepatan sedang.

"Belum Dek, sebentar lagi kok. Kamu ngantuk? Nanti ya, tunggu sampai rumah dulu baru boleh tidur."

"Huft, yasudah Bang.."

Mobil pun sampai di pekarangan rumah milik kedua orang tua Aida, Aida lebih dahulu keluar dari mobil Faisal dan berjalan masuk lebih dahulu.

"Assalamu'alaikum Aida pulang.." salam Aida yang disambut manis oleh seorang wanita paruh baya yang ia tidak ketahui siapa perempuan itu.

"Wa'alaikumussalam" serentak Umi dan tamunya menjawab salam Aida.

"Aida izin ke kamar yah Umi" pamit Aida sopan kepada Umi dan berikutnya Faisal datang setelah memarkirkan mobil kesayangan nya.

POV Aida

Aida membanting tubuhnya dikasur empuk miliknya, ia menghela nafasnya panjang. Memejamkan mata adalah salah satu kenyamanan baginya, karena dengan memejamkan mata ia akan merasakan ketenangan. Tapi, tidak dengan kegelapan. Meskipun sama-sama gelap, baginya kegelapan dan memejamkan mata berbeda maknanya. Dan iapun tak suka dengan kegelapan.

Potongan bayangan ingatan sekelebat silih berganti selalu muncul. Aida entah kenapa merasa selalu sedih, padahal dia sedang tidak menangisi apapun. Kegelisahan selalu yang ia dapatkan, entah mengapa selalu menimbulkan tanda tanya di dirinya.
'Siapa mereka?'
'Apa maksud semua ini?'

"Akh.." pekik Aida.

Menyadari kepalanya yang mulai sakit, iapun meminum obat anti nyeri untuk meredakan sakit yang telah diresepkan oleh Dokter.
Selepas meminum obatnya, Aida memilih sejenak mengistirahatkan tubuhnya.

POV Aida End

•••


Tepukan di pipi kanan membuat tidurnya terganggu, suara lembut yang ia kenali membuat Aida terbangun.

"Alhamdulillah bangun Dek, sudah sore. Sudah jam empat, bangun terus shalat, jangan lupa mandi."

Aida hanya mengangguk dengan mata terpejam, masih merasa mengantuk.

"Umi turun duluan, kalau bisa shalat dulu baru mandi, Dek." Ucap Fatimah seraya mengusap lembut rambut Aida.

Setelah lama mendudukkan diri diatas ranjang kasur, Aida bangun berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu.
Selepas itu, Aida menunaikan shalat ashar dengan khusyuk dan diakhiri dengan berdo'a serta dzikir.

Aida beranjak dari duduk diatas sajadah, melepaskan mukenah dan membereskannya. Berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaian ganti.
Tidak butuh waktu lama, hanya tiga puluh menit bagi Aida untuk membersihkan diri. Aida keluar dengan badan yang segar dan begitu fresh.

Langkah kakinya membawanya ke meja rias, duduk didepan cermin. Tak mau ketinggalan, wajahnya ia poles kan sedikit bedak dan bibirnya ia basahi dengan lipbalm. Terakhir sedikit minyak wangi bayi disemprotkan ke pakaiannya.

Doctor Hamzah is My Husband ✔ [Revisi - New version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang