Baru saja ia mendaratkan diri di sofa untuk menonton acara kesukaan nya. Namun, suara sang Umi memanggilnya membuat Aida kembali berdiri dan menghampiri sang Umi.
"Ada apa Mi?"
"Nah ini dia anaknya, yasudah gih Dek pergi."
Fatimah sedikit mendorong tubuh Aida sampai mendekati Hamzah. Dan hampir jatuh tersungkur ke depan, untungnya ada Hamzah yakin sigap menahan bebannya dengan memegangi lengan Aida.
"Duh maaf ya Dek, Umi terlalu bersemangat. Tapi kamu enggak apa-apa kan sayang?"
"Iyah Mi."
"Lebih baik ganti dulu bajumu Dek, sana gih rapih-rapih dulu. Masa mau keluar jauh makenya daster gitu." Ujar Farid yang melihat penampilan sang anak dari atas sampai bawah.
"Emang mau kemana sih Bi? Kalau ke warung doang mah, ngapain segala ganti baju."
"Ya pergi diajak main sama Nak Hamzah tuh."
"Gak" Jawabnya cepat, menatap malas sosok Hamzah yang duduk di kursi sebelah kanan.
"Loh enggak boleh menolak, sudah sini ikut Umi. Ditunggu ya Nak Hamzah, ceweknya siap-siap dulu nih." Ujar Fatimah dengan senyum tipisnya.
Fatimah menarik tangan anaknya dengan erat dan membawa sang anak untuk cepat berganti pakaian.
Di dalam kamar Aida, Fatimah memilah-milah gamis yang cocok untuk dipakai hari ini.
"Nah ini Dek, cocok kan gamisnya sama pakaian yang dikenakan Nak Hamzah."
Aida mendengus sebal, "males ah Mi. Emang mau kemana sih segala harus Adek yang pergi. Umi aja deh ya."
"Ehh enggak boleh menolak loh, sekalian kamu ngukur baju Dek."
"Baju? Baju apaan lagi Mi?" Tanya Aida dengan kebingungan nya yang bertambah.
"Itu buat acara wisuda kamu loh Dek."
"Loh? Kan Adek enggak minta Mi. Kenapa harus buat coba?"
"Ya gapapa dong Dek, sekalian buat kenang-kenangan. Nanti kan bisa dipake sama anak gadismu."
"Masih lama punya anaknya lagian pulak." Gumamnya yang masih dapat didengar oleh Fatimah.
Fatimah tersenyum tipis. "Ya makanya nurut sama Umi, sekarang ganti dastermu terus pake gamisnya ya."
Tanpa mau berdebat panjang lebar, Aida membawa gamis yang telah di pilih oleh Fatimah untuk ia pakai.
•••
Selepas berlama-lama di butik milik sahabat Syarifah-Bundanya Hamzah, Hamzah membawanya ke sebuah tempat makan yang cukup terkenal ramai karena tempatnya yang nyaman dan cocok untuk berswafoto."Dek, kamu mau pesen apa?" tanya Hamzah pada Aida yang duduk berhadapan dengannya.
"Bebas aja."
Hamzah menganggukkan kepalanya, "iyaudah kalau begitu, Abang pesankan ayam bakar saja ya."
"Terserah." jawabnya seraya memainkan handphonenya yang tengah membalas pesan Aisyah-Kakak iparnya.
Hamzah memperhatikan tiap inci gerak wajah Aida yang menurutnya sangat lucu. Semakin lama semakin membuatnya membayangkan bagaimana wajah anak mereka kelak nanti, apakah akan mirip dengannya atau mirip istrinya?
"Biasa aja dong Bang lihatnya." Ucap Aida yang tersadar kala Hamzah memperhatikannya yang membuatnya sedikit risih.
"Iyah tahu Aida tuh cantik, imut dan lucu. Ya pantes sih, aku kan masih umur sepuluh tahun Om."
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Hamzah is My Husband ✔ [Revisi - New version]
EspiritualMaaf masih jauh dari kata baik. Tulisannya masih nggak sebagus penulis lain. Alurnya pun mungkin masih ndak jelas. 🥲 •••-------------------------------------••• "Akhirnya setelah sekian lama tidak berjumpa denganmu, membuat rinduku terbayarkan. Izi...