30 : DHIMH

878 64 3
                                    

Hari dimana kelulusannya dan acara makan malam disertai dengan pertukaran cincin telah berlalu. Kini tibalah hari dimana Hamzah dan Aida akan menjadi sepasang kekasih halal.

Gugup tentunya. Di usianya yang ke 30 tahun ini, Hamzah akan segera melepaskan masa lajangnya. Menjadikannya harus lebih dewasa dan bertanggung jawab pada kewajibannya sebagai seorang suami.

Hamzah terus bergumam, dia takut salah ketika ijab qabul nanti dimulai. Tangannya pun terasa dingin, gugup sekali rasanya. Mungkin benar apa yang dikatakan Faisal tadi malam. Saat hari H, semua terasa menegangkan. Menyesal dia bertanya kepada Faisal, karena semalam pun selepas bertukar pesan pada sahabatnya itu. Ia justru tidak bisa tidur.

Suara Bapak penghulu menyadarkan Hamzah. Hamzah tersenyum tipis, dia mencoba untuk rileks.

"Bagaimana Nak Hamzah? Apakah sudah siap?" tanya Bapak penghulu pada Hamzah. Hamzah menganggukkan kepalanya. Dihadapannya kini sudah ada Farid, yang sebentar lagi akan menjadi mertuanya.

Farid menjabat tangan Hamzah yang terasa dingin. Dia mengetahui bahwa calon menantunya itu gugup, karena dia juga pernah merasakannya. Farid memberikan senyuman kepada calon menantu nya itu.

"Bismillahirrahmanirrahim.." ucap Hamzah dalam hati.

Bismillahirrahmanirrahim.. Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Hamzah Syah Azhari bin Muhammad Hanif Sakha Afif dengan putri kandungku Aida Zharifa Syauqi binti Muhammad Farid Syauqi dengan maskawin berupa emas 500 gram dan seperangkat alat shalat dibayar tunai."

Hamzah menarik napas dalam, "Saya terima nikah dan kawin nya Aida Zharifa Syauqi binti Muhammad Farid Syauqi dengan maskawin tersebut dibayar tunai." Dengan sekali tarikan napas, Hamzah berhasil mengucapkan kalimat ijab qabul.

"Bagaimana para saksi? Sahh??" Tanya Bapak Penghulu kepada para saksi.

"SAHHHHHH!!" sahut para saksi dengan lantangnya.

Setelah itu tangan semua orang yang ada di sana diangkat sebab akan dilanjutkan doa untuk pengantin.

"Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin. Barakallahu laka wa baraka 'alaika wa jama'a bainakumaa fil khair.."

Selepas do'a dibacakan, semua mengucapkan rasa syukur atas pernikahan Hamzah dan Aida. Hamzah mencium kedua tangan mertuanya dengan menintikkan air mata. Farid dengan senang hati mengulurkan tangannya seraya mengelus lembut punggung menantunya itu.

"Terimakasih sudah menjadi menantu Abi.." ucap Farid seraya menepuk-nepuk pundak menantunya.

"Sudah Le, jangan menangis. Nanti anak Abi kaget ngeliat wajahmu.." canda Farid agar menantunya itu tertawa.

Hamzah menghapus jejak tersisa air matanya. Duduk kembali ke tempat semula. Iring-iringan mempelai wanita akhirnya datang, Aida begitu cantik dengan kebaya gamisnya. Lalu Aida duduk di sebelah Hamzah.

"Silahkan tanda tangani buku nikah kalian ya." titah Bapak penghulu pada kedua mempelai.

Hamzah dan Aida menganggukkan kepala mereka bersamaan. Mereka pun menandatangani buku nikah itu secara bergantian.

Setelahnya, Hamzah menyerahkan mahar kepada Aida lalu pemasangan cincin. Hamzah memakaikan cincin itu di jari manis Aida, begitu juga sebaliknya yang dilakukan Aida. Keduanya sangat canggung karena baru pertama kalinya mereka saling bersentuhan. Setelah itu Aida mencium punggung tangan suaminya. Mulai sekarang, Hamzah bisa bebas menyentuh Aida tanpa penghalang apapun itu.

Hamzah memegang ubun-ubun Aida membacakan sebuah do'a. Aida pun mengaamiinkan. Lalu Hamzah mendekatkan wajahnya ke arah Aida membuat jantung gadisnya itu berdetak kencang. Hamzah mencium kening Aida begitu lama. Akhirnya, penantian lamanya sudah tercapai.

Hamzah membisikkan Aida sebuah kalimat yang membuat pipi istrinya itu bersemu kemerahan. "Assalamu'alaikum yaa zawjatii.."

"Sudah-sudah dong, nanti kan bisa romantisan nya. Sekarang saatnya kita sesi foto dulu nih." ucap Faisal yang memisahkan keduanya.

Sesi foto berlangsung, secara bergantian para tamu yang diundang berfoto bersama kedua mempelai.

•••

Para tamu mulai berdatangan, acara resepsi pernikahan diadakan di dua tempat pada hari yang berbeda. Hari pertama itu pada hari ini, Jum'at di kediaman rumah Aida. Sedangkan hari kedua itu pada hari esoknya, hari sabtu dan akan diadakan di sebuah gedung yang telah kedua orang tua mereka persiapkan atas kemauan kedua mempelai.

"Samawa ya Aida dan suami.."

"Terimakasih.." ucap Aida. Sedangkan suaminya hanya membalas dengan senyuman.

"Kita gak nyangka loh, kamu bakal menikah secepat ini. Apalagi kan kita baru lulusan seminggu yang lalu, tau-tau dapet kabar dari Aisyah kamu akan menikah." kata teman perempuan kuliah Aida yang berambut sebahu.

"Iyah nih, untung saja tidak dadakan. Tapi maaf ya Aida, kita datengnya hari ini. Karena besok aku mau balik kampung." sahut teman Aida yang lain.

"Iyah gapapa, terimakasih juga kalian sudah mau datang." kata Aida sekali lagi mengucapkan rasa terimakasih karena teman kuliahnya mau datang.

"Suamimu dokter ya Aida? Hati-hati, dokter kan sibuk terusss. Tapi ganteng juga suamimu itu." bisik temannya yang mengenakan kerudung berwarna pink.

Hamzah tentu terkejut dengan penuturan teman kuliahnya Aida. Bagaimana bisa teman istrinya itu berkata-kata seperti itu dan apa tadi, barusan dia memujinya secara terang-terangan pada istrinya? Sungguh Hamzah risih dan tidak suka ada orang yang memujinya.

Aida hanya tersenyum tipis, dia menahan rasa kekesalannya karena temannya itu memuji suaminya. Siapa yang tidak kesal ketika suaminya sendiri dibilang ganteng oleh perempuan lain selain Ibu mertuanya? Tidak ada. Maka dari itu, Aida mulai sekarang harus berwaspada pada perempuan diluaran sana. Karena bisa saja menjadi orang ketiga di kebahagiaannya ini.

"Sayang.."

Aida merinding, aneh memang. Hamzah memanggilnya dengan panggilan sayang tapi responnya justru diluar dugaan Hamzah.

"Sayang ihh, Mas manggil kamu kok kamunya malah cuek gitu sih. Dosa loh kalau tidak merespon suami sendiri." kata Hamzah sambil berbisik.

Aida menghela napasnya panjang, dia harus menjaga ekspresi nya. Apalagi di hari bahagia nya ini. Tapi suaminya justru membuatnya kesal. "Kenapa sih Bang?"

"Lohh kok Abang sih Dek? Jangan Abang dong. Masa panggilan sayang ke suaminya masih Abang. Harus diganti Dek." tegur Fatimah sesaat dia baru saja ingin memberikan es krim cup kepada anaknya.

"Misalnya Mas gitu atau panggilan sayang lainnya. Jangan Abang, kan sekarang Adek statusnya udah berubah menjadi istri. Jadi coba diubah ya Dek." kata Fatimah lagi. "Nih es krim kamu, berdua yaaa.. Inget pesan Umi tadi, diubah.." ucap Fatimah seraya menyerahkan es krim cup ke Aida.

Aida menerimanya dengan senang hati, dia hanya mengangguk saja atas perkataan Uminya untuk mengubah panggilannya pada Hamzah.

"Tuh kan sayang.. Umi bilang diubah jangan Abang teruss. Suamimu ini bukan Abangmu." bisik Hamzah pada istrinya.

"Iyah-iyah.."

"Kok gitu jawabnya??" tanya Hamzah pada istrinya itu.

Aida menghela napasnya panjang, "Iyah Mas ku sayang.." ucapnya dengan begitu lembut membuat Hamzah malu-malu saat pertama kali dipanggil dengan sebutan sayang oleh Aida.

•••

06 Februari 2023

.
.
.
Pernah diketik pada : 28 Juli 2021
Pernah dipublishkan pada : 02 Oktober 2021

Doctor Hamzah is My Husband ✔ [Revisi - New version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang