21 : DHIMH

591 41 2
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu tiba, hari yang akan menjadikan mereka menjadi Ratu dan Raja dalam satu hari. Ya, masyarakat bilangnya hari pernikahan atau bisa juga dengan sebutan walimatul ursy.

Sekarang sudah memasuki pukul 06.30 wib. Untuk prosesi Akad Nikah akan dimulai pada pukul 08.00 dirumah mempelai perempuan. Tidak bisa dipungkiri, di umurnya yang sudah hampir menginjak usia tiga puluh tahun, Faisal akan benar-benar melepaskan masa lajangnya.

"Misiii, paketttt." Suara sedikit cempreng mampu membuat Faisal terkejut. Sedang asik-asiknya membayangkan masa depan bersama istri dan anaknya,ada saja gangguan kecilnya.

"Misiii , Mas calon pengantin.."

Faisal hanya berdeham, ia tengah merapihkan baju akadnya. Berwarna putih yang melambangkan kesederhanaan, netral, minimalis dan suci.

"Sudah ganteng nih si Abang, gimana sudah siap Bang?"

Faisal menganggukkan kepalanya mantap, sudah dari jauh-jauh hari dia sudah siap sampai bisa di titik ini.

"Duh jadi enggak sabar deh ketemu sama calon Kakak iparku. Abang juga nggak? Atau nggak sabar karena pengen ehem."

Faisal melotot, frontal sekali pertanyaan Adiknya itu.

"Dijaga bahasanya Dek."

"Hehe, iyah Bang. Kan cuman nanya doang, ohiya gimana rasanya Bang? Pasti deg-deg an ya Bang? Oh jelas itu sih pasti ya Bang."

"Ya"

"Yaelah Bang, singkat bener jawabnya, yang panjang dong. Atau jangan-jangan Abang lagi grogi yah?"

"Gak"

"Ah mosok sih, nggak yakin Adek."

"Serah"

"Singkat banget sih Bang, udah kek orang apaan tahu."

"Sudah sana keluar, ganggu aja kamu Dek." Usir Faisal seraya mengusir Adiknya agar pergi dari kamarnya. Alhasil Aida terdorong sampai benar-benar berada diluar kamar Faisal.

"Huh menyebalkan sekali."

Aida menghentakkan kakinya sebal, dia memilih untuk turun ke bawah. Baru dua sampai tiga anak tangga yang di pijaki, sudah terdengar suara riuh dari bawah. Sepertinya para tamu yang diundang sudah datang kerumahnya.

Dan benar saja, ada beberapa tamu ibu-ibu dan bapak-bapak yang datang. Kemungkinan besar mereka adalah teman orang tuanya.

Aida hanya memberikan senyuman tipisnya saja, dia memilih menemui ponakannya yang tengah asik bermain sendirian di karpet dengan beberapa mainannya.

"Assalamu'alaikum cayang aunty, uhhh Dedek gembul ku."

Aida menciumi pipi tembem ponakannya itu sampai sang empu tertawa karena ulah bibinya.

"Ihh ketawa, seneng ya ketemu aunty lagi? Iyah?"

Ponakannya itu hanya tertawa seraya tangannya menepuk wajah Aida.

"Emeshh banget sih ponakan aunty satu ini, mau aunty masukin karung."

Seakan tidak paham ucapannya bibinya, ponakannya itu menatap Aida sangat polos dengan air liur yang keluar dari mulutnya. Tentu nya Aida tertawa karena ke gemashan sang ponakan, dia pun dengan sigap mengelap air liur tersebut.

"Dek.."

"Iyah Kak Ina? Kenapa Kak?"

"Gapapa, tapi kamu jagain sebentar yah Rafifnya, Kakak mau bantu bude dulu."

"Iyah Kak gapapa kok, adek seneng bisa main puas sama Dedek Rafif, ya Dek? Ya kan?"

Ponakannya itu seakan paham apa yang diucapkan sang bibi, ia pun tertawa.

Doctor Hamzah is My Husband ✔ [Revisi - New version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang