Tampak kedua anggota keluarga sudah berkumpul bersama diruang tamu rumah Aisyah. Duduk bersama saling mendiskusikan tanggal baiknya.
"Kalau dari nak Faisal sendiri, apakah sudah menentukan kapan waktu baiknya?" Afnan bertanya selaku kepala keluarga dan Ayah dari Aisyah.
Faisal mengubah posisi duduknya, menghadap ke arah Afnan.
"Kalau soal itu, Faisal sudah memilih hari baiknya kapan, tetapi Faisal juga butuh pendapat Om, Tante dan Aisyah serta Abi dan Umi."
"Faisal menginginkan hari jum'at pagi untuk akad, sedang resepsi nya jum'at siang selepas shalat jum'at bersama. Untuk konsepnya bagaimana, sepertinya Faisal berikan pada Aisyah mau seperti apa. Nanti insya Allah Faisal akan setuju."
"Jum'at ya?"
Faisal mengangguk saat Farid bertanya."Kenapa tidak sabtu atau ahad saja Nak Faisal?" Tanya Fathiyah, menurutnya akan lebih baik dihari kedua itu karena pastinya banyak yang bisa meluangkan waktu.
"Kalau tante maunya seperti itu, tidak apa-apa Tan. Faisal menerima segala keputusan yang baik seperti apa dan bagaimananya."
"Maaf Bu, Aisyah setuju sama pendapat Bang Faisal. Lebih baik hari jum'at saja, tapi.." Aisyah berheti berucap, ia hanya takut salah berucap.
"Tapi apa Syah?" Aida bersuara, membuat Aisyah mendongakkan wajahnya ke atas. Menatap mata Aida dengan tatapan yang membuat Aida sulit mengerti maksudnya apa.
"Gini deh, gimana kalau akad nya jum'at, resepsi nya sabtu atau ahad? Gimana, setuju enggak? Kalau enggak, eum yasudah gapapa." Kata Aida membuat semua tampak berpikir.
"Boleh, Abi setuju sama pendapat Adek. Bagaimana Pak Afnan, apakah setuju juga dengan pendapat anak bungsu saya?"
Afnan tampak mengangguk, "Iyah saya juga setuju. Bagaimana Bu? Kamu setuju tidak?"
"Ibu sama juga kok setuju, memang lebih baik seperti itu, agar saudara kita juga bisa hadir ke pernikahan anak kita Yah."
"Aisyah juga setuju, kalau boleh resepsi nya jangan mewah-mewah, Aisyah maunya sederhana aja kok. Selain itu, untuk harinya kapan, bagaimana jika hari Ahad, Bang?"
"Boleh.."
Aisyah tampak menampilkan senyuman manisnya membuat jantung Faisal berdetak kencang.
"Soal mahar bagaimana? Nak Aisyah mau diberi mahar berupa apa?"
"Yang penting tidak memberatkan Bang Faisal dan juga tidak merendahkan Bang Faisal apalagi saya sendiri Om.."
"Masya Allah.."
"Baik, jadi kita sepakat yah Pak Farid. Untuk tanggal pernikahan dan hal yang lainnya."
"Insya Allah kita sepakat Pak Afnan.. Masya Allah sebentar lagi kita akan menjadi keluarga, mudah-mudahan pernikahan ini memberikan keberkahan dan juga kebahagiaan bagi kedua keluarga kita.." Ucap Farid yang di aamiin kan semua nya.
Selepas semua dibahas, kami kedua keluarga menyantap makanan bersama-sama. Setelahnya para orang tua serta anak-anak memilih memisahkan diri.
Para orang tua sibuk membicarakan hal yang akan dilaksanakan nanti, sedang ketiga anak ini lebih memilih berdiam diri duduk lesehan di teras rumah Aisyah. Selain itu, tempatnya pun sejuk dengan taman kecil didepan sana yang bisa membuat mata kita merasa takjub.
Aida berdeham, membuat kedua orang yang berbeda gender tersebut mengalihkan matanya ke arahnya.
"Kenapa Ai?"
Aida menghela napasnya panjang, meluruskan kakinya yang semula duduk bersila.
"Bosan nih, enggak ada gitu yang mau ngajak jajan keluar? Atau kemana gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Hamzah is My Husband ✔ [Revisi - New version]
EspiritualMaaf masih jauh dari kata baik. Tulisannya masih nggak sebagus penulis lain. Alurnya pun mungkin masih ndak jelas. 🥲 •••-------------------------------------••• "Akhirnya setelah sekian lama tidak berjumpa denganmu, membuat rinduku terbayarkan. Izi...