Keringat membasahi sekujur tubuhnya, napasnya tersenggol. Dadanya terasa sesak dan kepalanya terasa pening. Ini sudah kesekian kalinya dia bermimpi buruk.
Terkadang rasanya seperti begitu nyata. Dan seolah, memberitahukan bahwa nyawanya terancam. Entahlah, Aida selalu tidak mau membuat pusing kepala nya karena mimpi buruk itu, menurutnya mimpi itu bisa datang karena ulah syaiton yang seolah-olah ingin menipu dayanya dengan percaya dengan apa yang terjadi di dalam mimpi.
"Huh.."
Aida mengusap wajahnya, ditengok nya jam di dinding, menujukan pukul empat dini hari. Dia segera mengubah posisinya, tangannya bergerak mengambil gelas diatas nakas dan meminum air putih tersebut.
"Alhamdulillah.."
Aida bangkit dari duduknya, dia mulai membereskan kasurnya yang sedikit berantakan, selepas selesai membereskan kasurnya dia langsung mengambil pakaian ganti yang akan ia kenakan hari ini didalam lemari dan memilih memasuki kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Tidak membutuhkan waktu lama, hanya sekitar tiga puluh menit Aida didalam kamar mandi, dia keluar dengan begitu segar, rambutnya yang panjang dan basah dia gesek-gesekkan ke handuk agar cepat kering.
Aida membelakangi kipas, agar rambut basahnya kering, dia sengaja mengkipasi rambutnya agar cepat kering, meskipun tidak terlalu kering tapi cukup bagi rambut agar tidak menetes terus airnya.
Tidak lama, samar-samar terdengar adzan shubuh berkumandang. Aida bersiap untuk menunaikan ibadah shalat nya.
.
.
"Pagii semua, ish-ish, pagi-pagi sudah ngopi aja sih Bang." Ucapnya saat melihat Faisal yang tengah menyeruput minumannya."Ngopi??"
"Iyah, itu kopi kan?" Aida menggelengkan kepalanya. "Oh bukan, teh gitu?"
"Apasih gajelas kamu Dek, ini tuh air putih biasa."
Jawaban Faisal membuat Aida tersedak tempe yang baru saja dia telan kedalam mulutnya.
"Astaghfirullah Adek, makannya Umi bilang juga apa. Jangan asal nyomot aja deh, jadi keselek kan."
Fatimah membantu Aida dengan menepuk-nepuk punggung Aida.
"Ya lag-uhukk gi, Abang tuh Umi-uhukk, uhukk."
"Jangan nyalahin orang lain, itu salah kamu sendiri."
Aida menghela napasnya, "Umi mah, Abang tuh sudah buat Adek kaget, masa cuman minum air putih sampe cangkir gitu."
"Sudah-sudah, jangan debat terus. Enggak akan selesai kalau seperti ini, Abi sudah lapar nih, mau makan." Farid langsung menyela Faisal yang baru saja ingin protes tidak terima.
Aida pasrah, dia pun memilih berdiam dan menatap sinis Faisal. Ingat perdebatan ini belum usai, kita lihat saja nanti apa yang akan Aida lakukan pada Abangnya itu.
Selepas sarapan pagi, semua berpisah, Faisal memilih berangkat menuju kantornya untuk berkerja sedang Farid ada agenda untuk mengisi kajian ditempat yang cukup jauh, maka dari itu dia berangkat pagi. Teruntuk kedua perempuan itu, mereka memilih membereskan alat makan yang dipakai dan membersihkan meja makan.
•••
"Arghhh bosennn, ngapain yak?"Aida sejak daritadi terus menggelindingkan dirinya diatas kasur. Merasa bosan dan jenuh dirumah saja.
Pintu kamarnya terbuka, Fatimah masuk, dia hanya bisa geleng-geleng kepala dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana jika nanti anak bungsu nya itu sudah menikah? Apakah akan seperti ini juga kelakuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Hamzah is My Husband ✔ [Revisi - New version]
EspiritualMaaf masih jauh dari kata baik. Tulisannya masih nggak sebagus penulis lain. Alurnya pun mungkin masih ndak jelas. 🥲 •••-------------------------------------••• "Akhirnya setelah sekian lama tidak berjumpa denganmu, membuat rinduku terbayarkan. Izi...